HTI Press. Ahad pagi, 19 Juni 2011 kondisi AAC Dayan Dawood berbeda dari biasanya. Gelombang kaum muslimin dari berbagai kota tumpah ruah memadati aula gedung AAC Dayan Dawood. Tak hanya itu saja, massa dari berbagai pesantren/dayah juga turut hadir mengikuti konferensi yang dimulai sekitar pukul 08.30 WIB ini.
Konferensi yang dihadiri oleh lebih dari 1500 orang ini, terdiri dari berbagai kalangan masyarakat . Mulai dari ulama, pelajar, pengusaha, akademisi, mubaligh dan mubalighoh, mahasiswa, hingga anak-anak dan orangtua juga ikut menghadiri konferensi yang bertajuk “Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah” ini. Mereka datang dari seluruh Bumi Aceh.
Pukul 07.00, para peserta sudah mulai tiba, baik dari Banda Aceh maupaun dari luar Banda Aceh dan Aceh Besar. Mereka datang dengan menggunakan bus, mobil, sepeda motor bahkan ada yang hanya berjalan kaki. Beberapa diantara rombongan ada yang tiba pada saat subuh dan ada yang tiba saat acara dimulai, Ahad pagi. Peserta yang datang langsung mengunjungi meja registrasi dengan menunjukkan potongan tiket acara.
Tepat pukul 08.30, acara Konferensi Rajab dibuka dengan lantunan nasyid dan pembacaan puisi. Tampil sebuah sanggar yang telah begitu dikenal oleh masyarakat Aceh, yakni Sanggar Seni Seulawet. Sanggar yang sering tampil di panggung-panggung internasional ini tampil dengan rapa’ie geleng, yang berisi nasihat-nasihat mengajak umat untuk ikut mendirikan kembali Khilafah Islamiyah.
Selanjutnya, duet Host Novi Reandy Sasmita dan Muhammad Firza menyapa peserta dengan hangat dan juga membangkitkan semangat peserta dengan menggambarkan betapa pentingnya peran serta dan kehadiran mereka dalam acara dan kemudian dibalas dengan riuh oleh seluruh peserta KR yang memenuhi aula AAC Dayan Dawood tersebut.
Opening speech disampaikan Ust. Rahmat Ibnu Umar, dari DPD II HTI Aceh Besar. Secara bergiliran menyampaikan orasinya Ust. Abbas Abdullah, Ust. Alwin , Ust. Thoriq Abu Askar (pimpinan DPD I Banda Aceh), Ust.Iqbal. Pembicara terakhir Ust. Siddiq Al-Jawie, dari DPP HTI menyampaikan seruan hangat Hizbut Tahrir kepada umat Islam di Aceh .
Konferensi ini semakin menggelora dengan testimoni yang disampaikan para Ulama, intelektual, pengusaha Aceh, mahasiswa dan dari kalangan akhwat mendukung penegakkan Khilafah secara penuh . Dari kalangan ulama hadir Ketua Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat, Tgk. Abdul Roni. Dari kalangan pengusaha Aceh, hadir Zardan Abidin, MT. Mewakili tokoh intelektual Aceh Prof. Zainal Abidin Alawy. Melengkapi testimoni para tokoh tampil Mahmudin (tokoh mahasiswa) dan Ibu Raniar Dewi ( FORSAP ACEH).
Selain diisi dengan orasi-orasi para tokoh, acara KR kali ini juga diisi oleh kolaborasi aksi teatrikal Sanggar Seni dari SMAN 1 Lampeuneureut dan dari kalangan mahasiswa. Teatrikal ini menggambarkan kondisi umat saat ini yang dikuasai oleh sistem Kapitalisme, dimana tatanan kehidupan masyarakat telah rusak dan memberikan kesenjangan yang lebar antara para penguasanya dan rakyatnya. Yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya. Kondisi ini juga diperparah oleh kehidupan generasi mudanya yang hedonis dan materialistis . Generasi mudanya menjadi generasi bebal, kacau balau dan sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam.
Namun, ditengah kondisi yang sedemikian parah ini, masih ada sebagian dari umat ini yang tidak henti-hentinya berdakwah, menyampaikan Islam . Meskipun dengan dengan resiko dituduh radikal, bahkan ada yang ditangkapi dan disiksa oleh para penguasanya dengan alasan perang melawan terorisme (WOT). Namun kondisi ini tidaklah berlangsung lama, para aktivis dakwah ini terus menerus menyeru kepada penerapan syariah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah ‘ala Minhajjin Nubuwwah.
Dan, usaha mereka ini tidak sia-sia, para penguasa, ulama, intelektual, militer, pengusaha akhirnya, dengan pertolongan Allah SWT, mendengar seruan ini dan beramai-ramai mendukung perjuangan Hizb. Nashrullah hadir sebagai pertanda tegaknya Islam dengan Khilafah yang mampu menjawab segala harapan umat yang sudah terlalu lama menderita dibawah cengkraman Sistem Kapitalisme.
Para peserta konferensi rajab sangat antusias mengikuti acara ini hingga selesai. Ini terbukti dengan penuh semangatnya mereka mengatakan dan berjanji dengan lantang dan penuh semangat, siap berjuang bersama Hizbut Tahrir menegakkan Khilafah di bumi para syuhada ini. Kibaran al-Liwa” dan ar-Roya’ menggema memenuhi seluruh aula tempat berlangsungnya Konferensi Rajab dan sekaligus menjadi bukti, bahwa umat semakin sadar betapa pentingnya penerapan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Umat juga semakin tidak sabar lagi untuk hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah.
Konferensi Rajab yang dihadiri lebih dari 1500 orang ini adalah konferensi pertama di Aceh yang disiarkan live melalui streaming sehingga dapat ditonton oleh seluruh rakyat Aceh, nasional maupun internasional []antoni abdul fatah