Survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia tentang representasi aspirasi, menunjukkan ada kesenjangan yang cukup besar antara aspirasi pemilih dengan sikap dan tindakan partai politik. Sebanyak 65 % publik menyatakan bahwa partai politik tidak merepresentasi aspirasi mereka untuk berbagai isu publik: posisi kelas sosial partai, isu ideologi dan sistem legal, dan isu ekonomi. Hanya sekitar 35% aspirasi pemilih yang dipersepsikan terwakili oleh sikap dan perilaku tujuh partai politik besar.
Dalam proporsi yang kurang lebih sama, pemilih merasa bahwa partai politik sejauh ini lebih banyak melakukan tindakan yang hanya menguntungkan kelompok-kelompok tertentu, dan hanya menguntungkan para pemimpin partai, bukan pemilih pada umumnya.Karena tingkat representasi yang rendah ini, sebagaimana dipersepsikan oleh pemilih, hanya sedikit dari pemilih yang merasa punya ikatan psiko-politik dengan partai politik. Hanya sekitar 23% dari pemilih yang mengidentikan diri mereka dengan partai politik tertentu. Implikasi dari semua itu adalah berubahnya peta dukungan masyarakat kepada partai politik. Dimana dukungan masyarakat kepada hampir semua dari tujuh partai besar mengalami penurunan, kecuali PDIP yang justru naik. Namun secara umum tingkat dukungan masyarakat kepada partai politik yang ada menurun.
Survei Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan bahwa dukungan terbesar diperoleh oleh PDIP dengan rata-rata 22.6%. Di tempat kedua dan ketiga adalah Partai Golkar (16.5%) dan Partai Demokrat (16.3%). Dukungan kepada parpol Islam, PKS 5,95 % dan PPP 3,65 %. Sementara dukungan kepada parpol yang konstituennya muslim yakni PAN 3,55 % dan PKB 4,7 %. Semua tingkat dukungan itu masih lebih kecil dibanding mereka yang menjawab tidak tahu, tidak menjawab, rahasia atau belum memutuskan yakni 24,6 %. Hal yang sama juga direpresentasikan dalam proses Pilkada yang sudah berlangsung. Dari sejumlah Pilkada yang sudah berlangsung banyak terjadi bahwa pihak yang memenangi Pilkada adalah orang diluar kader partai yang mencalonkan diri melalui atau dicalonkan oleh partai politik. Sebaliknya banyak calon yang merupakan kader partai bahkan ketua partai yang justru gagal.
Hal itu diantaranya disebabkan oleh kepercayaan masyarakat pada parpol yang rendah dan masyarakat lebih percaya pada figur seseorang. Mengapa? Karena selama ini komitmen parpol pada rakyat kecil juga rendah. Komitmen yang rendah ini, tercermin dari perilaku para wakil rakyat yang notabene berasal dari parpol yang duduk di DPR dan DPRD. Mereka masih kurang intensif dalam merespons keinginan masyarakat luas, terutama anggota DPR, yang sangat kurang sensitif. Hal itu terlihat jelas dari hasil Survei Lembaga Survei Indonesia tentang representasi aspirasi di atas.
Menurunnya kepercayaan terhadap partai dan kadernya dan sebaliknya masyarakat justru lebih percaya kepada figur seseorang itu mengindikasikan semakin tingginya kepercayaan dan harapan masyarakat kepada calon independen. Dan hal itu juga terlihat dari hasil survei Media Indonesia yang dipublikasikan pada 9 Mei 2007 lalu.
Disisi lain hasil survei Lembaga Survei Indonesia juga menunjukkan tingkat kepercayaan publik kepada pemerintahan SBY telah melampaui ambang batas yaitu di bawah 50 %.
Berbagia hasil survei dan fakta yang ada itu mengindikasikan beberapa hal sebagai berikut :
Pertama, bahwa partai politik yang ada saat ini terutama parpol eksis di DPR dan DPRD dipersepsikan oleh masyarakat tidak bisa lagi dijadikan tumpuan harapan bagi perbaikan kehidupan masyarakat. Bahkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia menunjukkan 65 % publik merasa bahwa partai politik sejauh ini lebih banyak melakukan tindakan yang hanya menguntungkan kelompok-kelompok tertentu, dan hanya menguntungkan para pemimpin partai, bukan pemilih pada umumnya.
Kedua, partai politik sejauh ini hanya menjadikan politik sebagai komoditas. Ada kesenjangan yang jauh antara janji-janji politik yang utamanya disampaikan ketika kampanye dengan realisasi, perjuangan dan perilaku kader-kader partai yang duduk di legislatif. Ini mengindikasikan bahwa paradigma politik dari partai-partai yang ada hanyalah politik kepentingan, bukan politik pelayanan dan pengurusan urusan rakyat.
Ketiga, fenomena diatas menjadikan kepercayaan kepada partai politik menurun, termasuk kepada kader partai. Tampilnya pemenang pilkada yang bukan orang partai memberikan sinyal kepada publik bahwa kader-kader partai dipandang tidak kualified. Juga bahwa proses politik internal partai tidak mampu melahirkan kader yang kualifiet. Isyarat yang bisa ditangkap adalah bahwa proses dan pendidikan politik partai-partai kurang bisa melahirkan negarawan.
Keempat, menurunnya tingkat kepercayaan publik kepada partai dan pemerintah saat ini bisa jadi baru menunjukkan ketidakpercayaan publik terhadap politisi, dan lembaga politik yang ada. Publik masih memiliki kepercayaan terhadap sistem politik yang ada. Hal ini terlihat dari bahwa sejumlah desakan dan lontaran ide yang berkembang baru seputar perbaikan perundangan dan pembukaan kesempatan lebih luas bagi orang non-parpol.
Perlu Alternatif
Kenyataan diatas menunjukkan adanya kekecewaan masyarakat, kebingungan sekaligus harapan. Disinilah pentingnya gerakan/partai alternatif.
Partai/gerakan alternatif haruslah memiliki beberapa karakter khas. Pertama, ideologis. Persoalan saat ini bukan sekedar nasional, melainkan global. Padahal, kerusakan yang terjadi bukan sekedar orang atau kelompok melainkan sistem. Sistem kapitalismelah yang menguasai perpolitikan saat ini. Altrnatifnya adalah partai/gerakan yang sungguh-sungguh menawarkan Islam sebagai solusi. Semuanya harus dilakukan secara terbuka, terang-terangan, dan elegan.
Kedua, mendunia. Krisis sekarang mendunia. Karenanya alternatifnya harus menyerukan perlawanan terhadap kezhaliman sistem yang kini berlaku di dunia.
Ketiga, radikal dan revolusioner namun damai. Radikal artinya menyelesaikan masalah dari akarnya. Revolusioner artinya melakukan perubahan tidak sepotong-sepotong atau tambal sulam melainkan menyeluruh. Mereka harus berpikir out of box. Keluar dari cara berpikir kapitalisme, demokrasi, pluralisme, dll. Sajikan yang baru: Islam. Suarakan syariah dan khilafah.
LS-HTI
13-05-07
Saatnya Partai Ideologis, mendunia dan Radikal Pimpin rakyat …
assalamualaikum,
berikut saya sampaikan alamat situs baru yang bisa untuk referensi para penegak syariah dan khilafah juga untuk umum. berikut ini alamatnya,
http://www.politisi.blogspot.com
konsep awalnya adalah e-library, selamat menjelajahi.
wassalam
Mudah-mudahan kepercayaan masyarakat kepada kapitalisme pun semakin menurun drastis dan kepercayaan serta kerinduan masyarakat kepada Islam semakin meningkat, Insya Allah.
Umat bersatu padu dalam sebuah gerakan penyadaran yang harus ditingkatkan biar bangkit! Allahu akbar!
“bersatu..bergerak..tegakkan IDIOLOGI ISLAM..!!!”
ALLAHU AKBAR!
ass.
saatnya partai berideologi Islam memperjuangkan syariah bukan demokrasi. Moga saudara2 yang berada di Parpol Islam akan tersadar penegakan Syariah Islam. Allah Akbar
Setiap partai politik yang tidak memiliki fikroh dan toriqoh dan mengikuti partainya rasulullah pasti akan gagal. Masalah utama kaum muslimin saat ini adalah tidak diterapkan syari’at islam sehingga semua masyarakat menderita. partai islam penegak syari’ahlah yang dirindukan umat. terus berjuang saudaraku. ALLAAHU AKBAR
ya…. semoga Allah membukakan pintu hati masyarakat terhadap permaslahan politik dan apa arti politik yang sebenarnya.. hanya terus bergerak,bertindak, mengubah pemikiran masyarakat hingga terbentuknya kesadaran Islam dan pribadi yang Islami. ini harapan kita bersama.berjuang mengembalikan kehidupan Islam yang telah lama hilang. maka jagna berhenti.pemasalahan umat bukan suatu hambatan melainkan tantangan bagi pengemban dakwah.Allahuakbar!!!
gimana nggak,gayanya doang hendak merepresentasikan aspirasi umat, boro-boro, mereka buruan bagi-bagi modal rakyat.apa seperti begitu ya namanya partai. saya aja malu.ngakunya partai Islam, tahunya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.palsu banget.munafik banget.makanya perjuangkan Islam dengan thoriqah dakwah Rasul pasti jauh dari serakah dan kemunafikan.yang jelas gak ada partai di Indonesia yang saya percaya, termasuk partai Islam yang terkenal itu….semuanya gak ada bedanya.simbol doang yang beda.
kebanyakan parpol yang ada sekarang lebih memihak keapada kepentingan kelompok. wajar jika kepercayaan masyarakat menurun. keberpihakan mereka kpd kel. teretentu mengakibatkan mereka tidak mampu memahami permasalahn yg sdng terjadi. akibatnya perubahan yg dilakukan tidak sempurna dan menyeluruh. hanya partai yg ideologislah yg mampu menyenyelesaikan seluruh permasalahan secra menyeluruh dan mendasar.
uff uff uff politik sudah dipandang kotor dan parpol tidak dipercaya lagi. Tantangan untuk hizb menyampaikan pikiran ‘out of the box’ nya!!! Allahu Akbar
ya…sepakat
Parpol sekarang hanya menyenagkan isi perut mereka aja, makanya rakyatsekarang pada gak percaya
Berjuanglah Wahai Sodara2 MUSLIMIN ,Tinggikan Kalimah ALLAH SWT.. berjuanglah dgn cara seperti apa yg telah dicontohkan Baginda Rasullulah SAW..
Ingat Islam adalah Rahmatan Till Alamin.. hindari kekerasan dan ketidakpedulian pd sesama anak bangsa.. INSYA ALLAH dimasa hidup kita ini akan menjadikan PONDASI Tegaknya Khilafah Islam di TANAH AIR dimasa anak cucu kita… amin ya rabbal alamin..
yang terpenting dari kita adalah persatuan dan persaudaraan di antara kita kaum muslim..