Moqshid Memprovokasi Konflik

Oleh: Muhammad Ismail Yusanto

Esai yang ditulis Moqshid Ghazali di rubrik kajian (4/5/2007) banyak mengandung klaim dan penyesatan. Oleh karena itu, tulisan tersebut harus ditanggapi dan diluruskan. Pertama, penggunaan istilah “Islam transnasional” yang dialamatkan kepada sejumlah kelompok disertai dengan melekatkan tuduhan-tuduhan tertentu yang tidak pernah bisa diverifikasi kebenarannya. Artinya, hal itu menimbulkan generalisasi penyesatan.

Seperti kasus perebutan masjid dan menghujat kebiasaan amaliah-ritualistik warga NU, yang tidak jelas di mana kasusnya, oleh siapa, kapan, dan bagaimana kejadiannya?

Tetapi, ketika pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah dijawab, karena memang tidak bisa diverifikasi, tiba-tiba fitnah tersebut sudah tersebar ke mana-mana. Celakanya, “Islam transnasional” yang dijadikan kambing hitam fitnah jahat itu. Celakanya lagi, fitnah itu terus diulang-ulang, seolah-olah memang benar.

Padahal, tidak pernah ada klarifikasi. Jika fitnah seperti itu diteruskan, justru itulah yang akan memicu konflik horizontal di tengah umat. Apakah memang itu yang menjadi tujuannya?Kalau memang benar begitu, lalu siapakah yang paling bertanggung jawab jika terjadi konflik horizontal akibat fitnah seperti itu? Karena itu, menurut saya, klaim dan penyesatan seperti itu harus segera dihentikan.

Kedua, istilah “Islam transnasional” lawan dari “Islam nasional” atau “Islam keindonesiaan” itu sendiri sebenarnya tidak ada. Sebab, Islam hanya satu. Sumber Islam juga satu, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang ternyata bukan orang Indonesia.Islam juga bukan agama asli Indonesia, tetapi dibawa masuk dari Arab ke Indonesia. Karena memang Islam bukan hanya agama orang Arab, tetapi juga agama semua bangsa, baik Arab maupun non-Arab (’ajam).

Karena itu, tidak ada Islam Arab atau Islam Indonesia. Maka, klaim seperti ini justru bertentangan dengan nash Alquran, wamaa arsalnaka illa kaffat[an] li an-nas (Kami tidak mengutusmu [dengan membawa ajaran Islam], kecuali untuk seluruh manusia) (Qs 34: 28). Kalau memang Islam bukan agama transnasional, tentu tidak ada ibadah yang dilakukan lintas negara, seperti haji, umrah, dan jihad. Kalau Islam bukan agama transnasional, pasti praktik ibadah kaum muslim di Indonesia berbeda dengan kaum muslim di Saudi, Iran, Iraq, Kuwait, dan sebagainya. Tapi, nyatanya tidak. Maka, semuanya itu membuktikan bahwa Islam adalah agama transnasional. Jadi, “Islam transnasional” ini bisa menyesatkan.Ketiga, jika mencermati uraian Moqshid, seolah-olah NU menolak formalisasi syariah. Terlebih, ketika formalisasi itu dihubungkan dengan ancaman bubarnya Indonesia. Ini tentu menyesatkan.

Dan, penyesatan seperti itu pernah dijawab oleh Ketua PB NU KH A. Wahid Hasyim sendiri, “Pernyataan bahwa pemerintahan Islam tidak akan dapat memelihara persatuan bangsa, dan akan menjauhkan Irian menurut pandangan hukum Islam, adalah merupakan perbuatan munkar yang tidak dibenarkan syariat Islam, dan wajib tiap-tiap orang muslim menyatakan inkar atau tidak menyetujui..” untuk merespons pidato Soekarno (27/1/1953) di Amuntai, yang menuduh kalau Islam digunakan untuk memerintah negara, maka banyak daerah akan lepas.

Bukan hanya itu, AD/ART NU juga menyatakan komitmen NU, “Menegakkan syariat Islam menurut haluan Aswaja (Ahlu Sunnah wal Jama’ah).” Sementara syariat Islam menurut Aswaja itu bukan hanya ’ubudiyah (ritual), tetapi juga munakahat, mu’amalat, jinayat, jihad, termasuk ahkam sulthaniyyah.

Keempat, perjuangan khilafah akan bertubrukan dengan sikap para kiai NU. Saya kira ini juga klaim yang menyesatkan. Sebab, kitab-kitab yang membahas wajibnya mengangkat khilafah (imamah) juga dibahas di pesantren.

Pendapat ini juga bukan hanya pendapat Hizbut Tahrir, tetapi pendapat seluruh ulama kaum muslim. Sebut saja kitab al-Hushun al-Hamidiyah, yang menjadi buku wajib di pesantren, juga kitab al-Ahkam as-Sulthaniyyah.

Jadi, tuduhan Moqshid itu jelas mengada-ada. Kecuali kalau dia memang berniat menubruk-nubrukkan para kiai dengan kelompok lain, termasuk Hizbut Tahrir. Wallahu a’lam.

Muhammad Ismail Yusanto, juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia

Sumber: http://www.indopos.co.id (Jumat, 18 Mei 2007)

Redaksi: berikut ini tulisan dari Moqshid di JawaPos/IndoPos:

Jumat, 04 Mei 2007,
NU v Gerakan Trans-Nasional

Baru-baru ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) mengeluarkan seruan penting, sebagaimana dilansir NU Online, 24 dan 25 April 2007. PB NU meminta masyarakat Indonesia berhati-hati terhadap gerakan trans-nasional yang berkembang di Indonesia. Gerakan itu dinilai berpotensi menghancurkan ideologi negara Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.

Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi menyebut beberapa organisasi dan gerakan keagamaan seperti al-Qaidah sebagai bagian dari international political movement (gerakan politik dunia) yang tak punya akar budaya, visi kebangsaan, dan visi keumatan di Indonesia. Menurut Hasyim, organisasi-organisasi tersebut telah menjadikan Islam sekadar sebuah ideologi politik, bukan jalan hidup.

Lebih jauh, Hasyim menengarai bermunculannya tendensi formalisasi agama sebagai indikator gerakan mereka. Padahal, tegas Hasyim, yang perlu dilakukan mestinya bukan formalisasi, melainkan substansialisasi agama. Kiai Hasyim pun gerah terhadap tindakan mereka yang menghujat kebiasaan amaliah-ritualistik warga NU. Mereka itu, tandas Hasyim, juga telah mengambil-alih masjid-masjid yang dulu didirikan warga NU. Hasyim meminta warga NU menjaga masjid-masjid tersebut agar tak dijadikan pangkalan untuk menyerang NU dan republik.

Untuk mengantisipasi pergerakan mereka, demikian Hasyim, sekurangnya ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, pemantapan ideologi negara Pancasila. Semua gerakan politik di negeri ini harus berasas Pancasila, bukan yang lain. Kedua, perlunya mengukuhkan sendi-sendi Islam moderat hingga ke level bawah masyarakat. Islam moderat inilah yang berpandangan toleran (tasamuh) terhadap pluralitas yang ada di Indonesia. Sebagai orang yang terlahir dari kultur NU, saya memahami kegelisahan PB NU tersebut. Taushiyah itu kiranya tak mengada-ada. Ia disusun setelah memperhatikan data-data empiris, bukti-bukti otentik, dan laporan dari para kiai NU di daerah-daerah. Dan kewaspadaan NU cukup beralasan karena kaum nahdliyyin tak rela Indonesia dalam petaka.

Semua tahu, NU adalah salah satu ormas keagamaan yang ikut mendesain berdirinya republik ini. Indonesia tegak, salah satunya, karena darah dan air mata para kiai dan warga nahdliyyin. Kaum nahdliyyin berjuang memanggul bambu runcing dan tongkat untuk mengenyahkan para penjajah. Kaum nahdliyyin bukan hanya berkorban harta, bahkan jiwa pun mereka pertaruhkan untuk rumah bernama “Indonesia”.

Demikian besar pengorbanan banyak orang demi tegaknya Indonesia. Karena itu, wajar kalau NU geram terhadap sejumlah organisasi yang baru muncul seumur jagung dan berpretensi ingin mengubah ideologi negara. Sudah berkali-kali para kiai NU menegaskan Indonesia dengan Pancasila dan NKRI-nya merupakan keputusan final.

Bagi NU, Pancasila bukanlah ideologi transisi yang secara terpaksa diterima karena politik belum memungkinkan tegaknya ideologi definitif; ideologi Islam misalnya. Ada konsensus di kalangan NU bahwa ideologi Pancasila bagi Indonesia adalah qath’i.

Karena itu, siapa pun yang ingin mengubah Pancasila dan NKRI, langsung atau tidak langsung, akan berhadapan dengan ormas keagamaan terbesar itu. Keinginan Hizbut Tahrir membentuk khilafah Islamiyah, suka atau tidak suka, akan bertubrukan dengan sikap para kiai NU. Begitu juga kehendak ormas-ormas kecil untuk menyulap Indonesia menjadi negara Islam.

Sebagaimana NU, kita juga menghendaki berlanjutnya Indonesia sebagaimana dikehendaki para founding father & mother bangsa ini. Untuk itu, komitmen kebangsaan dan ketundukan semua warga negara terhadap ideologi Pancasila, UUD 1945, dan NKRI mutlak diperlukan. Pengabaian terhadap ideologi negara bisa saja mengantarkan Indonesia ke proses balkanisasi.

Jika itu yang terjadi, Indonesia bukan hanya akan tersisa dalam buku-buku sejarah karena sosoknya sudah ilang kerta ning bumi, tapi konflik antaranak bangsa pun bisa jadi tak terelakkan. Kita jelas tak menginginkan itu. Itulah pentingnya memperhatikan taushiyah PB NU kali ini. (abd moqsith ghazali)

Sumber : http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=283690

22 comments

  1. Allahu akbar…. cahaya Islam tidak akan redup dan tidak kan pernah lenyap. Walaupun orang-orang fasik menginginkannya…

    Akan senantiasa ada sekolompok umat yang menolong agama Allah, dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih dunia. Kami berdoa hanya kepada Allah Swt., semoga Allah yang Mahatahu memberikan hidayah dan petunjuk selalu kepada para ulama, yakni orang yang takut kepada Allah.

    Islam adalah dien sempurna, Islam dien untuk seluruh umat manusia. Lalu kenapa kita membagi-bagi Islam menjadi, ini Islam Arab, ini Islam Indonesia, padahal Islam itu satu???

    Ya Allah, rahmatillah umat Islam. Amin

  2. Tidak cukupkah bencana-bencana yang menimpa negeri ini membukakan “mata” hati kita semua untuk kembali bersimpuh dengan taubat atas kedzaliman kita selama ini yang mengesampingkan Allah sebagai Sang Kholiq. Majulah wahai pejuang Syariah & KHilafah, Allah Bersama kita. Untuk Bung “Moksit”, Wallahi, bertaubatlah, sebelum segalanya terlambat……

  3. ada usaha serius dari “pihak-pihak tertentu” yang sengaja membenturkan nu dan muhammadiyah dengan beberapa gerakan islam. dicitrakan bahwa gerakan2 islam itu tidak sesuai dengan islam indonesia, bukan gerakan agama, memecah belah, merebut massa, dan lain sebagainya.
    saya berharap kita semua jangan sampai terprovokasi dengan hal ini. sudah seharusnya nu, muh, dan ormas-ormas islam lain bersatu padu dan bekerja sama untuk menggapai satu tujuan yaitu terwujudnya tatanan kehidupan yang islami.
    jangan sampai kita terprovokasi “pihak ketiga” yang berbicara dengan seakan-akan dia warga nu atau muhammadiyah, kemudian dia seolah-olah membela nu dan muhammadiyah. ujung2nya, ia bertepuk tangan karena terjadi benturan sesama ormas islam.
    justru “pihak ketiga’ inilah yang harus disingkirkan. ia adalah “parasit” yang menggerogoti ormas-ormas islam, menghancurkan kaum muslimin dari dalam. sejatinya ia bukanlah bagian dari umat islam tetapi bagian dari kafir barat dengan ideologi kapitalis-sekulernya.

  4. Sdr IA yth, anda benar sudah menanggapi sdr AMG secara proporsional. Semoga Allah SWT merahmati sdr IY dan keluarga dan para pejuang di belakang anda.
    Comment saya sbb.
    Sdr AMG yth, sehubungan dengan tulisan anda, tanggapan umat selayaknya mengembalikan segala urusan kepada ajaran dan aturan Islam. Adapun Islam yang saya pahami sehubungan dengan tulisan sdr AMG adalah sebagai berikut.
    Ada atau tidak-ada NKRI, ada atau tidak-ada NU, PBNU, yang mulia para kiai NU, masalah Khilafah Islamiyah adalah salah satu masalah utama dalam Islam. KI adalah warisan dari Rasulullah Muhammad SAW, warisan dari para sahabat, warisan dari para tabi’in, warisan dari para tabi’it tabi’in, warisan dari kaum muslimin generasi sesudah mereka. Menegakkan Khilafah Islamiyah sebagai institutusi Imamah untuk menerapkan syariat Islam secara kaffaah ADALAH semata-mata melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena kewajiban itu sudah menjadi pengetahuan umum para ulama dan hal yang pasti secara hukum Islam di dalam ajaran Islam, di mana tidak ada keraguan sedikitpun bahwa itu memang perintah Allah SWT dan Rasul-Nya dan Rasul SAW sudah memberikan contoh teladan bagaimana berjuang menegakkan KI, SI dan mengurus kepentingan umat Islam. Sebagaimana kepastian perintah sholat adalah perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, termasuk teladan dari Rasul bagaimana tatacara melaksanakan sholat. Oleh karena itu umat Islam wajib mendirikan KI sebagaimana kewajiban sholat dan banyak kewajiban yang lain. Selamanya akan begitu dan akan tetap seperti itu sampai hari Qiamat. Allah akan menuntut syahadat manusia berikut konsekuensi setelah syahadat. Tidak ada urusan dengan NKRI, NU, PBNU. Dan sebagai bagian dari umat saya tentu kecewa dan tidak terima begitu saja jika ada yang memfitnah NU, PBNU, kiai NU, apalagi memperalat, lalu menjebloskan umat untuk menjauhkan diri bahkan menolak melakukan kewajiban umat sebagai hamba Allah SWT dan Rasul-Nya untuk menegakkan KI dan menerapkan SI. Soal nasional, trans-nasional, semata-mata kedhoifan manusia. Manusia akan sengsara mengurusi kehidupannya jika tidak menjadikan Islam sebagai basisnya. Justru di sinilah fakta bahwa setelah hampir seabad Khilafah absen dari muka bumi, umat Islam dan manusia secara umum membutuhkan kehadiran Khilafah Islam sebagai pemutus perkara atas urusan dan banyak kekisruhan di dalamnya. Allahu akbar. Afwan.

  5. juragan pipin

    sayasependapat dg tulisan p ismail yusanto semoga pendpt orang2 ygmenterjemahkan al quran dan assunah sekehendak hatinya cepet22 sadar apa yg merekakira2kan

  6. Abd.muqsid al ghozali memang menyesatkan,sekarang dia mencoba berkomentar seolah-olah dia itu pembela NU,NU adalah ahlus sunnah wal jamaah,orang dulu dan sekarang tau itu, apa maksud anda?????,begitukah berdakwah mencerdaskan umat dengan agama?

  7. Abu Faqih Al Mustaniir

    NU (Nahdotul Ulama’) adalah kebangkitan ulama’. Ulama’ adalah pewaris para nabi, Nabi selalu berpegangteguh dengan syari’ah, Nabi muhammad adalah rasul dan Kepala negara kaum muslimin. Syariat islam tidak akan dapat diterapkan sempurna tanpa adanya Daulah Khilafah Islamiyah. maka siapa saja yang mengaku ulama termasuk PB NU mestinya adalah pejuang syari’ah bukan sebaiknya.

  8. Ahmad PONSEN

    Saya yakin, semua warga Nahdliyyin pasti setuju dengan Syari’at Islam, dan Syari’at Islam dijalanken sama semua manusia yang beragama Islam, baik di Indonesia, Malaysia, atow disemua belahan dunia.
    Sayapun yakin, semua warga Nahdliyyin yang memegang Syari’at Islam dengan teguh, akan berjuang dalam penerapannya.
    Mas Muqsid, hati-hati warga Nahdliyyin juga manusia, lama-lama bisa habis juga kesabarannya.

    ALLAAHU AKBAR

  9. hasan al maududi

    saya orang NU, saya dukung perjuangan syariat islam tegak di indonesia, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR.

  10. Sesungguhnya agama kita itu satu yaitu islam,tuhan kita satu yaitu Allah, Rasul kita satu yaitu muhammad, Kitab kita satu yaitu Al-Qur’an. Sesungguhnya semua muslim itu bersaudara,Allah memerintahkan kita supaya berpegangteguh pada tali agamanya dan jangan berceraiberai,janganlah pecah karena hasutan orang yang fasik

  11. muklaz al kalangi

    Abdul Moqsith Ghozali Neo Snouck Horgrounye, mau mecah belah Islam di Indonesia?

  12. Muhammad Nadzir Aljumbangi

    Tulisan Moqsith Ghozali jika tidak dibuktikan dg fakta-fakta maka itu berarti fitnah,(dalam dunia akademik tulisan Mogsith Ghozali jika tidak dibuktikan dg fakta berarti tulisan sampah/tidak ilmiah) dan perbuatan fitnah sungguh lebih kejam dari pembunuhan,(alfitnatu asyaddu minal qotli) sedangkan membunuh orang tanpa hak merupakan dosa besar.
    Usul saya Ust. Ismail Yusanto bisa menjelaskan baik scr langsung/tidak langsung kpd pengurus PBNU/kyai Hasyim Muzadi perihal Tulisan sdr Muqsith agar kaum nahdiyyin yang dilingkungan bawah (kampung) tidak mudah terbawa isu-isu /provokasi dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang pada akhirnya merugikan umat islam.(agar sesama umat islam tidak bentrok karna fitnah)

  13. ayaatu al-munaafiqeen:
    1. idzaa qaala kadzaba
    2. idzaa ‘tumina khaana
    3. idzaa waqada khalafa
    Allahumma, iftah qalbahu, basharahu, udzunahu. annahu laa ya’lamu hizb at-tahrir, bal huwa yaquulu kulla syai’in baathilan.
    tahammas ayyuhaa asy-syabaab! Inna ALlahu ma’akum
    wa laa tasma’uuna laa-imuuna idzaa fatanakum

  14. Sudah menjadi sunnatullah. Makin besar nama hizbut tahrir makin besar pula tantangan & rintangan serta fitnah yg bakal diterima. Bersabar dan tetap istiqomahlah mengikuti jalannya Rosul SAW dalam memperjuangkan agama ini.

    Hal ini pula yg perlu dipahami oleh kaum muslimin yg dg ikhlas memperjuangkan agama Islam.

    Allahu akbar. Kemenangan semakin dekat.

  15. Ini membuktikan bahwa rekomendasi lembaga-lembaga think tank seperti The Nixon Center dengan directur Zeyno Baran beberapa tahun lalu. Rupanya dana sedang mengucur deras ke kelompok-kelompok seperti itu… Perhatikan rekomendasi Nixon Center Sept 2004 yang antara lain sbb:
    …Pertentangan antara HT dan Pergerakan Islam ortodoks radikal lainnya di tingkatan yang ideologis…
    …Menciptakan ruang untuk kelompok Islam yang mempromosikan toleransi dan dialog antar umat beragama…
    …Membiayai dengan baik usaha untuk menyerang Ideologi yang disebarkan islam radikal…

    Atau dari The Heritage Foundation yang antara lain:
    1. Memperluas koleksi inteligence terhadap HT. Hal ini perlu dilakukan baik di Eropa Barat maupun daerah-daerah yang jauh seperti Asia Tengah, Pakistan dan Indonesia…

    4.Memojokkan kaum radikal dan mendukung kaum moderat. Amerika Serikat harus mendorong pemerintahan-pemerintahan lokal untuk tidak saja menghancurkan Islam radikal (seperti yang telah mereka lakukan), tapi juga mempromosikan alternatif-alternatif.

  16. Abu Syafiq ITB

    ya Allah Robbul Izzati.. “balikkan hati&akal muqshid agar ia kembali ke jalan_Mu, bukan seperti sekarang terus menurus berada di jalan Syaithan, jika Engkau berkehendak ya Allah. Amiin Ya Robbal ‘alamiin.”

  17. assalaamu’alaikum
    Dari pada merisaukan “penggusuran” oleh “gerakan islam transnasional”, lebih baik NU mewaspadai Abdul Muqshid Ghozali dkk yang ada di dlm tubuhnya sendiri. Kerusakan pemikiran yang ditimbulkanya sudah kasat mata. Wassalam

  18. Utk Moqsith jangan memecah belah umat islam atau membenturkan NU dengan HTI.
    Utk Moqsith janganlah menjadi corong orang-orang liberal/sekuler, jadilah pejuang syariah yang istiqomah.

  19. Seperti halnya AMG saya masih belum yakin, akan dikemanakan eksistensi NKRI dalam cita-cita khilafah islamiyah-HT.

    Tanggapan AMG atas tanggapan Ismail Yusanto
    http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1261

    Melihat gerakan perongrongan terhadap NKRI dan Pancasila yang menguat akhir-akhir ini, saya jadi teringat (Alm.) Kiai As’ad Situbondo. Tujuh belas tahun lalu, dalam suatu pertemuan di Auditorium PP Salafiyah Syafiiyah Asembagus Situbondo, dengan suara lantang dan bergetar membaca Alquran surat Thaha 17-21, Kiai As’ad mengumpamakan NU sebagai “Tongkat Musa” yang siap melawan pihak-pihak yang merongrong keutuhan NKRI. Seruan kebangsaan Kiai As’ad itu kini seakan menemukan relevansinya kembali.

  20. itu adalh ugkapn muksid yg mylwegkn NU,sbge generasi NU saya sgt myesal generasi NU speti Muksid.mdh2an akan muncul generasi NU yg bnar2 mmbela islam,syariah islam.bkn pmikirn muksid yg tdk NU.smg allah mgabulkn.amin

  21. maju terus HTI.memang menegakkan kebenaran itu musuhnya setan baik setan yang bertanduk hijau atau yang nyamar pakai sorban.ALLOHUAKBAR

  22. memang hidup ini kayak sandiwara aja ,,,,,,,,,,,,,,tak bosan boannya mengadu sesama saudara bertobatlah bong…………………………………………………………………………………

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*