Pendudukan Amerika yang dijalankan untuk memecah belah dan menguasai Irak belakangan ini mencapai babak yang baru dengan dibangunnya sebuah tembok di wilayah Adhamiya di kota Baghdad. Tembok tersebut didisain sedemikian rupa untuk memecah wilayah yang dikuasai kaum Sunni dan wilayah yang dikuasai kaum Syiah di kota itu dengan alasan melindungi kaum Sunni di wilayah Adhamiya dari serangan militan Syiah, tapi kenyataanya tembok itu banyak menuai kecaman dari semua faksi di Irak maupun dari elit politik yang berkuasa saat ini. Tapi walaupun protes dilancarkan, Amerika meneruskan pembangunan dan penyelesaian tembok itu.
Sebuah tembok yang dibangun pada hakekatnya tidak akan pernah bisa memisahkan dua komunitas masyarakat di kota Baghdad mengingat sejarah yang panjang dari pembauran maupun penyebaran kedua komunitas tersebut. Namun simbolisme yang dipakai sebagai alasan yakni untuk mengurangi kekerasan di Irak yang dikarenakan perpecahan sectarian Sunni dan Syiah lebih diperhatikan daripada yang seharusnya dilakukan. Ini adalah penjelasan yang kerap dipakai yang mengesampingkan fakta bahwa hampir 70% kekerasan di Irak ditargetkan pada pasukan pendudukan. Bahkan Estimasi Intelejen Nasional Amerika mengakui bahwa konflik itu memiliki sebab multi dimensi dimana termasuk juga didalmnya “kekerasan antara kaum Sunni dan Syiah, Al-Qaeda dan kaum Sunni yang menyerang pasukan koalisi, dan kekerasan yang dikarenakan oleh meluasnya kriminalitas.”
Fakta yang sebenarnya adalah bahwa yang dinamakan sebagai konflik Sunni dan Syiah pada tingkat yang terjadi sekarang ini, belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Irak yang bermula dari serangan Amerika atas Irak tahun 2003. Menurut Fred Halliday, seorang Professor Hubungan Internasional pada London School of Economics “konflik yang aktual dan langsung dari Sunni dan Syiah …yang terjadi sekarang ini adalah sangat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya”. Ini adalah kenyataan yang sengaja dilupakan oleh kebanyakan komentator, sebagaimana kenyataan bahwa Irak adalah negara yang diduduki oleh lebih dari 160.000 tentara asing yang menjadi sasaran serangan baik Sunni maupun Syiah, yang sering kali bekerja sama.
Maka oleh karena itu, tembok itu tidak bisa melakukan apapun untuk mengurangi kekerasan, karena sudah salah sasaran, tapi ini dilakukan lebih pada usaha memberikan keyakinan bahwa hal ini terjadi karena perselisihan keduanya selama berabad-abad yang menarik Irak ke dalam jurang kehancuran, dan bahwasanya perlu ada pihak ketiga, dalam hal ini adalah seseorang seperti Amerika, untuk bisa menjaga perdamaian.
Dalam kenyataanya, sebuah tembok semacam ini hanyalah akan melegitimasi perpecahan antara Sunni dan Syiah daripada mengurangi kekerasan. Ini karena ia memakai rintangan fisik yang secara simbolis mendukung pandangan bahwa kedua komunitas itu tidak bisa hidup berdampingan. Orang-orang yang tinggal di dalamnya akan terpenjara dan ini mengingatkan pada tembok yang dibangun di wilayah pendudukan Palestina.
Bukan rahasia lagi bahwa Amerika memiliki niat untuk mengeksploitasi situasi Irak untuk mencapai tujuannya melalui taktik “pecah belah dan kuasai (divide and rule)” . Suatu laporan dari badan RAND yang terbit pada akhir 2004, berjudul “Strategi Amerika di Dunia Islam Setelah 11/9”, secara jelas menganjurkan dilakukannya konflik Sunni dan Syiah maupun konflik-konflik lain demi mencapai kepentingan Amerika di wilayah itu. Laporan itu, yang mengatas namakan Wakil Ketua Staf Angkatan Udara dan Operasi Antariksa Amerika, menyebutkan bahwa satu dari tujuan utamanya adalah “untuk mengidentifikasi kunci perpecahan dan garis garis kesalahan diantara sekte, etnis, regional dan nasional dan mendapat penilaian bagaimana agar perpecahan itu bisa memberikan tantangan dan kesempatan bagi Amerika.”
Pada konteks ini, hal ini merujuk pada fakta bahwa Shiah mewakili sekitar 15% populasi kaum muslimin di seluruh dunia, yang tidak termasuk secara politis kecuali Iran. Maka akibatnya hal ini mengesankan bahwa “Amerika mungkin memiliki kesempatan untuk bersekutu dengan kaum Syiah dalam hal kebijakannya, yang berpartisipasi lebih banyak di pemerintahan dan memiliki kebebasan politik dan ekspresi keagamaan yang lebih luas” Laporan itu menyebutkan, jika hal ini berhasil maka ini “dapat merupakan fondasi bagi kestabilan posisi Amerika di Timur Tengah“. Laporan itu juga menyarankan untuk memanfaatkan instrument perpecahan lainnya di Dunia Islam seperti pembagian antara Arab dan non-Arab, maupun suku, etnis dan klan. Karena itu bukan mustahil dan jelas tergambar di pikiran orang-orang yang berkuasa untuk memberikan pengaruhnya pada pembuat kebijakan di Amerika bahwa perbedaan itu perlu dieksplotasi apabila relevan bagi keterlibatan jangka panjang Amerika di Timur Tengah.
Kebijakan dengan cara pecah belah dan kuasai sangat nyata hidup dalam percaturan politik di Irak masa kini, yang dengan tidak tahu malu dilakukan oleh Amerika sebagai alat untuk membuat perpecahan. Sebuah solusi di Irak yang bisa menghapus sumber kekerasan dan penyelesaian dengan perantara tanpa melibatkan pihak ketiga hanya mungkin dilakukan jika pendudukan diakhiri. Ini amat penting untuk melawan garis petempuran mistis yang senantiasa disiarkan media, yang gagal memahami Dunia Islam dan pada akhirnya menyaring konflik itu untuk kepentingan audience mereka. Kehadiran militer Amerika hanyalah membawa kekacauan dan instabilitas di Negara dan wilayah itu, dan bagi berlanjutnya rintangan untuk kemajuan.
(Riza Aulia ; www.khilafah.com; 30/05/07)
UMAT MERINDUKAN KHILAFAH.UMAT BUTUH KHILAFAH.UMAT INGIN KHILAFAH.DAN ALLAH AKAN BERIKAN KHILAFAH.INI JANJI ALLAH.SAMBUT DATANGNYA KHILAFAH DENGAN TERUS BERJUANG DI JALANNYA.ALLAHU AKBAR 3X.
BERSATULAH WAHAI KAUM MUSLIMIN DIBAWAH SYARIAH-NYA.
Alhamdulillah bahwa secara teoritis kita sebenarnya sudah tahu dan sadar apa kelemahan kita umat Islam. Tinggal bagaimana kita melaksanakan semangat ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan yang nyata. Marilah kita mulai dari negara kita Indonesia tercinta. Marilah kita rangkul semua golongan Islam di Indonesia sepanjang mereka berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Dengan bersatu banyak hal bisa kita lakukan misalnya dalam bermuammalah. Saat ini mayoritas muslim hanyalah menjadi konsumen dari produk-produk yang nota bene pemiliknya kebanyakan non muslim, coba kita lihat apa yang kita konsumsi sehari-hari. Marilah kita tunjukkan kepada masyarakat muslim dunia bahwa di Indonesia kita bisa bersatu! Kita tunggu langkah Hizbut Tahrir dalam hal ini.
go 2 hell Amerika …
Gambar tembok yang di bangun di Baghdad
http://www.iraqslogger.com/index.php/post/2500/The_Controversial_Wall_in_Pictures
Bandingkan dengan tembok Apartheid di Palestina
http://www.flickr.com/photos/freepal/352733191/
LAGI LAGi…Amierika..Bulshit TUNggu Kenhancuranmu jika beserbangan dengan ISLAM