BANDUNG, (PR).-Pancasila sebagai kumpulan nilai belum dilengkapi dengan metode pelaksanaannya sehingga tidak mampu menjadi solusi krisis multidimensi. Kumpulan nilai yang dilengkapi metode sebagai solusi krisis yang paling tepat adalah Islam. Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jabar, Muhammad Riyan mengatakan itu ketika ditemui di sela-sela aksi long march 1.000 massa HTI Jabar di Jln. Merdeka, Kota Bandung, Minggu (5/8).
Karena tidak dilengkapi metode, Pancasila bersifat multitafsir. Setiap rezim di Indonesia memilki penafsiran berbeda terhadap Pancasila. “Pada masa Soekarno, Pancasila ditafsirkan menjadi sosialisme. Pada masa Soeharto, Pancasila ditafsirkan sebagai kapitalisme sekuler. Pada masa sekarang, Pancasila ditafsirkan Neoliberalisme,” kata Riyan.
Riyan mengatakan, Islam sebagai solusi krisis multidimensi akan dibahas secara internasional dalam Konferensi Intrenasional Khilafah Islamiyah di Gelora Bung Karno, Jakarta, 12 Agustus tahun ini .
Konferensi akan menghadirkan pembicara utama dari berbagai negara, yaitu Dr. Amran Waheed dari Hizbut Tahrir (HT) Eropa, Dr. Salim Frederick dari HT Inggris, Syaikh Issam Ameera dari HT Palestina, Syaikh Ismail Al-Wah Wah dari HT Australia, Syaikh Utsman Abu Khalil dari HT Sudan, Prof. Dr. Hassan Ko Nakata cendekiawan dari Jepang, dan Drs. Hafidz Abdurrahman, MA sebagai Ketua Umum DPP HT Indonesia.
Long march massa HTI antara lain bertujuan mengajak masyarakat Jabar ikut menyukseskan konferensi dan dialog ulama Jabar. Mereka memulai aksi long march di Mesjid Al Ukhuwah, Jln. Wastukancana pukul 08.00 WIB. Rute yang dilalui antara lain Jln. Aceh-Jln. Merdeka-Jln. Braga-Gedung Merdeka di Jln. Asia Afrika. (A-156)***