Allah menegaskan bahwa Islam akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam (QS al-Anbiya’ [21]: 107). Allah pun menjamin keberkahan hidup masyarakat akan terealisasi jika masyarakat beriman dan bertakwa (QS al-A‘raf [7]: 96), yaitu dengan menerapkan syariah Islam secara total dan formal.
Pernahkah fakta normatif kesejahteraan dan keberkahan hidup itu terwujud secara real di tengah-tengah kaum Muslim? Pertanyaan itu penting untuk dijawab, karena jika tidak pernah terwujud dalam 1300 tahun lebih sejarah kaum Muslim, sementara sistem Islam diterapkan, maka orang sulit percaya bahwa sistem Islam akan mampu mewujudkannya pada masa datang. Berikut adalah beberapa catatan sejarah akan hal itu.
Abu Ubaid menuturkan, pada masa Umar ibn al-Khaththab (13-23 H/634-644 M), di provinsi Yaman, tiap tahun Mu’adz ibn Jabal mengirimkan separuh bahkan seluruh hasil zakat kepada Khalifah. Sebab, ia tidak menjumpai seorang (miskin) pun yang berhak menerima bagian zakat. Yahya ibn Sa’id pernah ditugaskan memungut zakat di Afrika oleh Umar ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-120 M). Ia pun tidak bisa menjumpai satu orang miskin pun di Afrika. Gubernur Basrah, Hamid ibn Abdurrahman, sesuai arahan Umar bin Abdul Aziz, membelanjakan kas negara berlimpah untuk gaji pegawai dan anggaran rutin, membantu mereka yang dililit utang dan membantu mereka yang ingin menikah. Uang yang masih banyak di kas negara pun dijadikan sebagai pinjaman modal bagi warga non-Muslim agar bisa mengolah tanahnya, dan pengembaliannya setelah dua tahun atau lebih.1
Sebagai gambaran kemakmuran pada masa Abbasiyah, Philip K. Hitti menyatakan bahwa al-Mansur membangun Baghdad mulai tahun 762 M—menurut as-Suyuthi tahun 141 H—selama 4 tahun dengan menggunakan tenaga lebih dari 100.000 orang baik insinyur, arsitek, pekerja ahli hingga pekerja biasa dan menghabiskan total biaya 4.883.000 dirham. Menurut M. Kurdi Ali, al-Mansur juga membangun sejumlah jembatan, kanal dan berbagai bendungan, tersebar merata di wilayah Khilafah.
Meski pembangunan begitu gencar, saat al-Mansur meninggal (159 H/775 M ) keuangan negara masih surplus sebesar 600 juta dirham dan 14 juta dinar. Saat Harun ar-Rasyid meninggal (194 H/809 M), di kas ada 900 juta. Saat al-Muktafi meninggal (296 H/908 M), kas negara surplus 100 juta dinar. Dari sisi pemasukan negara, Ibn Khaldun mencatat pada masa al-Makmun sebesar 332 juta dirham; Ibn Qudamah mencatat, pada masa al-Mu‘tashim sebesar 388,3 juta dirham setahun. Pada masa inilah dibangun
Dari sisi pembangunan terdapat begitu banyak catatan proyek pembangunan yang dijalankan. Hal itu tentu berdampak positif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Khilafah Umayah di antaranya fokus pada pembuatan saluran air dan jaringan irigasi, penggalian sungai dan kanal, pembangunan bendungan dan penciptaan lahan produktif dari lahan mati yang ada. Muawiyah telah memulai proyek penghijauan Hijaz. Khalifah al-Walid ibn Abdul Malik banyak membangun masjid, membuka berbagai rumah sakit, asrama orang-orang cacat, dan memberikan bantuan pembiayaan pada usaha pembangunan. Daerah rawa al-Bata’ih di Irak antara Basrah dan Kufah pun disulap menjadi lahan produktif dengan biaya 3 juta dirham (jumlah yang cukup besar saat itu) dan dibagikan kepada rakyat. Khalifah Hisyam menggali sumber-sumber air di sepanjang perjalanan Makkah. Ia juga mendirikan Rasafa, tempat peristirahatan bagi pekerja dan musafir.
Jaringan irigasi itu tetap dipelihara dan diperluas oleh Khilafah Abbasiyah. Istri Harun ar-Rasyid turut membiayai pembangunan saluran air di Makkah yang lalu dinamakan dengan namanya, mata air Zubaidah. Bahkan Khilafah Abbasiyah membentuk Direktorat Irigasi (Diwân al-Mâ’i) dengan pegawai ribuan orang. Khilafah Abbasiyah juga fokus pada industrialisasi. Ribuan pabrik dibangun pada masa itu dan tersebar di berbagai wilayah negara. Damaskus terkenal dengan pabrik bajanya.
Sultan Abdul Hamid II pada 1900 M berhasil membangun jaringan kereta api Hijaz dari Damaskus ke Madinah dan dari Aqaba ke Ma’an. Beliau juga membangun jaringan fax antara Yaman, Hijaz, Syiria, Irak dan Turki; lalu dihubungkan dengan jaringan fax
Dalam dunia pendidikan, Khalifah Umar ibn al-Khaththab menggaji tiga orang guru yang mengajar anak-anak di Madinah 15 dinar (63,75 gram emas murni). M. Sharif menerangkan, pendidikan di Dunia Islam berkembang secepat kilat. Tidak ada satu kampung tanpa ada masjid, sekolah dasar dan menengah yang pertumbuhannya seiring pertumbuhan masjid. Prof. Ballasteros dan Prof. Ribera menerangkan bahwa sekolah-sekolah disediakan dekat sekali dengan semua anak-anak. Untuk mahasiswa disediakan berbagai sekolah tinggi, akademi dan universitas beserta para guru besarnya. Bahkan telah diketahui secara umum, dunia pendidikan, sains, teknologi dan pemikiran, pada masa Abbasiyah telah berkembang sangat maju. Sekolah dari tingkat dasar hingga universitas dan berbagai fasilitas pendidikan, sains, teknologi dan pemikiran dibangun secara modern dan disediakan sebagai fasilitas gratis untuk masyarakat. Di antara yang terkenal adalah universitas yang didirikan oleh al-Makmun dan perpustakaan Bait al-Hikmahnya, yang dilengkapi observatorium; Universitas Nizhamiyah yang didirikan oleh Nizham al-Muluk wazir Sultan Alp Arsalan pada 1065 atau 1067 M; Madrasah Mustanshiriyah yang didirikan oleh Khalifah al-Mustanshir (1226 – 1242 M) di Baghdad yang bebas biaya dengan fasilitas perpustakaan dan laboratorium dan fasilitas lainnya. Mahasiswanya dijamin kehidupannya dan masih diberi beasiswa satu dinar (4,25 g emas)/orang/bulan. Tidak boleh dilupakan adalah universitas Nuriah di Damaskus yang dirikan oleh Sultan Nuruddin Muhammad Zanki, dengan fasilitas lengkap. Perpustakaan pun menyebar di berbagai
Tentang realisasi keadilan tanpa ada diskriminasi, Prof Brelvi menyatakan, “Pemerintah Abbasiyah sangat terbuka, seperti pemerintahan negara-negara modern di dunia saat ini, yang belum mampu melebihinya. Semua kantor pemerintahannya terbuka untuk rakyat Muslim dan non-Muslim secara sama.”
Al-Baladzuri melaporkan, keadilan Islam oleh kaum Muslim telah membuat rakyat Hims dan wilayah Syam umumnya lebih memilih hidup di bawah Khilafah. Keadilan itu pula yang membuat kaum Kristen Koptik malah membantu pasukan Amru bin al-‘Ash dalam pembebasan (futûhât) Mesir atas pemerintahan Bizantium yang Kristen. Karena keadilan itu pula Qadhi an-Najiy memvonis pasukan kaum Muslim yang sudah menaklukkan Samarqand tidak sesuai prosedur—yaitu tanpa menyerukan Islam dan jizyah terlebih dulu, yang lalu diprotes oleh penduduknya—harus keluar dan memulainya lagi sesuai prosedur. Hal itu membuat penduduk Samarqand justru memilih hidup di bawah Khilafah.5
Keadilan Khilafah pulalah yang membuat kaum Yahudi Spanyol memilih tinggal di wilayah Khilafah setelah inkuisisi oleh Ratu Isabella. Hal yang sama juga membuat orang-orang Rusia memilih tinggal di wilayah Khilafah pasca Revolusi Bolchevik.
Masih banyak sekali catatan sejarah tentang kesejahteraan, kemakmuran, kemajuan, keberkahan dan kerahmatan yang sudah pernah diwujudkan oleh generasi kaum Muslim terdahulu.
Lalu bagaimana dengan kondisi dunia sekarang? Faktanya, sistem Kapitalisme hanya berhasil dalam mewujudkan kemajuan materi, sains dan teknologi. Sebaliknya, Kapitalisme pun berhasil meruntuhkan dan menghancurkan nilai-nilai moral, spiritual, kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai luhur lainnya. Kapitalisme justru berhasil menciptakan malapetaka dan kesengsaraan, dekadensi moral, kekosongan spiritual, penindasan, penjajahan dan perbudakan. Karenanya, tuntutan kemanusiaan meniscayakan diterapkannya ideologi dan sistem yang bisa menjadi solusi, yang tidak lain adalah syariah dan Khilafah Islamiyah. Semua catatan kegemilangan di atas—tentu bukan demi romantisme—bisa membuat kita, kaum Muslim, percaya diri bahwa ke depan, dengan menerapkan sistem Islam dalam wadah Khilafah, kita akan mampu mewujudkan hal yang sama, bahkan lebih. Apalagi Rasul saw. telah memberikan bisyârah:
«يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِيْ خَلِيْفَةٌ يَحْثُوْ الْمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا»
Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya. (HR Muslim).
Abu Said menuturkan, bahwa Rasul saw. juga pernah bersabda:
اِنَّ مِنْ اُمَرَائِكُمْ اَمِيْرًا يَحْثُوْ الْمَالَ حَثْوًا وَلاَ يَعُدُّهُ عَدًّا يَأْتِيْهِ الرَّجُلُ فَيَسْأَلُهُ فَيَقُوْلُ : خُذْ, فَيَبْسُطُ ثَوْبَهُ قَيَحْثُوْ فِيْهِ…فَيَأْخُذُهُ ثُمَّ يَنْطَلِقُ
Sungguh, di antara para pemimpin kalian ada seorang pemimpin yang memberikan harta secara berlimpah yang tidak terhitung, seseorang mendatanginya dan meminta harta kepadanya. Lalu pemimpin itu berkata, “Ambillah!” Kemudian orang itu menghamparkan pakaiannya dan pemimpin itu mencurahkan (harta/uang) di atasnya…Orang itu mengambilnya, lalu pergi. (HR Ibn Katsir dalam al-Bidâyah wa an-Nihâyah)
Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. [Yahya Abdurrahman]
Catatan kaki:
1 Al-Qaradhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Musykilah al-Afqar wa kayfa ‘Alajahâ al-Islâm) penerjemah Safril Halim, GIP, Jakarta. 1995.
2 Philip K. Hitti, History of Arabs, hlm. 320-321
3 Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan Islam di Masa Khilafah, hlm. 107-113, al-Izzah, Bangil. 1996; M. M. Sharif, Muslim Thought its Origin and Achievment, hlm. 34-35
4 Hitti, History of Arabs; Svend Dahl, Histoire du Livre, de l’Antiquite a nos Jours; Sigrid Hunke, Allah Sonne ueber dem Abendland (Matahari Allah di atas Dunia Barat). Lihat juga cuplikan buku ini oleh Dr. fahmi Amhar, al-Waie, no. 55 th. V, edisi khusus Maret 2005, hlm. 107-120; Lothrop Stoddard, The New World of Islam; Lucas H. Grollenberg, Voor een Israil zonder grenzen, Ambo, Bilthoben. 1971 dalam H. Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, Bulan Bintang, Jakarta, cet. i. 1977
5 Prof Brelvi, Muslim Inretrospect, hlm. 18 dalam H. Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, Bulan Bintang, Jakarta, cet. i. 1977; al-Baladzuri, Futûh al-Buldân, hlm. 139; Ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, 8/138, Maktabah Khiyath.
PASTI HANYA KHILAFALAHLAH SATU_SATUNYA SOLUSI SEGALA PERMASALAHAN
ALLOHUAKBAR
Idem deh sama ukhti fatimah………..!!!!!
ISLAM YESSS
SYARIAH GUE BANGET
DAULAH KHILAFAH MAANNTAAPP
TAKBIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Islam is the only solution..
AllahuAkbar..
We’re agree..
Siapkah kita diberi amanah ini??
MAmpukah kita??
Mari terus berusaha dan berjuang..
Jangan hanya ngomong doang bagaikan angin lalu..
Ayo berkonstribusi nyata tuk ummat..
Setuju…..
Jangan hanya berkeluh kesah doang tanpa solusi konkrit..
Dengan kerja nyata maka kenyataan tegaknya khilafah akan terwujud..