Kesatuan Idul Fitri Meniscayakan Adanya Khalifah
Di Indonesia, perbedaan hari pelaksanaan Idul Fitri 1428H nampaknya tidak terelakkan. Sekalipun sama-sama menggunakan hisab, Muhammadiyah menetapkan Idul Fitri jatuh pada tanggal 12 Oktober 2007 sementara Persatuan Islam (Persis) keesokan harinya. Organisasi Nahdhatul Ulama (NU) menggunakan rukyat lokal (khusus Indonesia) yang baru akan memutuskan kapan Idul Fitri setelah adanya keputusan apakah hilal dapat dilihat pada Maghrib hari Kamis, 11 Oktober 2007. Tidak sedikit dari kaum Muslim, termasuk Hizbut Tahrir Indonesia, yang sama dengan NU menunggu hasil rukyatul hilal. Bedanya, bukan hanya informasi dan kesaksian dari Indonesia melainkan juga dari seluruh dunia.Diantara hal yang cukup menyayat hati terkait kasus ini adalah:
- Tidak adanya pemimpin yang dapat menyatukan. Padahal, hari raya Idul Fitri tersebut terkait masalah haram. Yaitu, bila ternyata 1 Syawal jatuh pada 12 Oktober 2007 tapi tetap orang-orang shaum pada hari itu, kata Nabi, haram shaum pada hari raya Idul Fitri. Pun sebaliknya, bila ternyata 1 Syawal jatuh pada tanggal 13 Oktober 2007 tetapi orang-orang telah buka pada 12 Oktober, ini pun haram. Sebab, ini berarti berbuka pada hari diwajibkan puasa. Ringkasnya, penyatuan Idul Fitri merupakan hal yang penting dilakukan. Bukan hanya kaum Muslim di Indonesia, melainkan juga di seluruh dunia. Wakil Presiden Jusuf Kalla minggu lalu telah mengumpulkan pimpinan organisasi-organisasi Islam, termasuk NU dan Muhammadiyah. Hasilnya, masing-masing berpegang pada pendapat sendiri-sendiri. Nampak jelas fungsi pemimpin untuk menyatukan umat tidak berjalan.
- Perbedaan ini bukan masalah baru, melainkan terjadi hampir setiap tahun. Yang harus diwaspadai adalah perbedaan ini dijadikan oleh pihak-pihak tertentu untuk tetap membuat kaum Muslim tidak mau menyatu. Bahkan, pertentangan yang ada. Tengoklah sikap Kantor Departemen Agama Tuban, Ngawi, Sumenep, dan Madura yang mengancam para pegawainya yang menjadi khotib sholat Idhul Fitri, Jumat (12/10) seperti dilaporkan Republika (11/10/07). Secara resmi Depag Tuban dan Ngawi terutama yang di KUA-KUA (Kantor Urusan Agama) mengeluarkan larangan untuk mengikuti sholat Idul Fitri pada tanggal 12/10/07. Padahal, lebaran mungkin tanggal 12 ataupun 13 Oktober 2007. Lebih dari itu, di Situbondo dilaporkan, spanduk pengumuman sholat Id, Jumat (12/10), telah diturunkan oleh seseorang. Hal ini menjadikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim melaporkan ke Polda Jatim. Sikap yang diambil pemerintah diwakili oleh Departemen Agama. Menteri Agama Maftuh Basuni mengatakan, ”Lebaran berbeda tidak boleh mengalahkan persatuan dan keharmonisan sesama Muslim.” Dilihat dari menghindari pertentangan, sikap demikian dapat dianggap tepat. Tetapi, tetap saja tidak menyelesaikan masalah “ada peluang diantara warga baik yang Id duluan atau belakangan yang melakukan keharaman, baik puasa pada saat Id maupun berbuka pada hari ke-30 Ramadhan”. Dengan sikap seperti itu, berarti membiarkan sebagian kaum Muslim melakukan keharaman.
- Dilihat dari realitas yang ada sebenarnya umat Islam dunia ini sudah menyatu. Tuhannya satu: Allah SWT, agamanya satu: Islam, akidahnya satu: akidah islamiyah, kitabnya satu: al-Quran, kiblatnya satu: ka’bah, Rasulnya satu: Nabi Muhammad SAW, satu-satunya yang beda adalah pemimpin politik. Tiap-tiap negara memiliki kehendak politik yang berbeda. Agama dipandang sebagai bagian dari budaya dan subordinasi dari kekuasaan politik. Karenanya, tidaklah mengherankan bila masalah penyatuan Idul Fitri ini tidak mendapat perhatian penuh seluruh para pemimpin Islam dunia. Aneh, untuk menyelesaikan masalah iklim diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Internasional, tapi untuk menjaga umat dari perbuatan haram tak ada Konferensi apapun untuk melindunginya. Wajar, umat Islam saat ini tidak memiliki Khalifah sebagai pemimpin dunia. Padahal, ra`yu al-imam yarfa’u al-khilaf, pendapat imam/khalifah menghilangkan perbedaan. Kini, kaum Muslim tidak ada yang membentengi. Mulai dari kekayaan alam, akhlak, hingga kemungkinan melakukan keharaman dalam Idul Fitri tidak ada yang serius membentengi. Mengapa? Sebab, benteng tersebut kini memang belum lagi ada. Kata Rasulullah SAW:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ
“Sesungguhnya imam/khalifah itu adalah benteng. (Umat) berperang di belakangnya, dan dilindungi olehnya. Apabila ia memerintahkan takwa kepada Allah azza wa jalla dan berlaku adil maka baginya pahala, sebaliknya apabila ia memerintahkan selainnya maka (celaka) atasnya” (HR. Muslim).
Jadi, ketika kita melihat kaum Muslim berbeda pendapat saat Idul Fitri maka yang harus segera ada dibenak adalah “Kesatuan Idul Fitri meniscayakan adanya Khalifah”. Khalifah akan berpegang pada nash-nash syar’iy tanpa melupakan teknologi dalam menyatukannya. Pemikiran dan perasaan umat disatukan dalam Islam melalui institusi Khilafah.
Lajnah Siyasiyah
Hizbut Tahrir Indonesia
11/10/2007 - Perbedaan ini bukan masalah baru, melainkan terjadi hampir setiap tahun. Yang harus diwaspadai adalah perbedaan ini dijadikan oleh pihak-pihak tertentu untuk tetap membuat kaum Muslim tidak mau menyatu. Bahkan, pertentangan yang ada. Tengoklah sikap Kantor Departemen Agama Tuban, Ngawi, Sumenep, dan Madura yang mengancam para pegawainya yang menjadi khotib sholat Idhul Fitri, Jumat (12/10) seperti dilaporkan Republika (11/10/07). Secara resmi Depag Tuban dan Ngawi terutama yang di KUA-KUA (Kantor Urusan Agama) mengeluarkan larangan untuk mengikuti sholat Idul Fitri pada tanggal 12/10/07. Padahal, lebaran mungkin tanggal 12 ataupun 13 Oktober 2007. Lebih dari itu, di Situbondo dilaporkan, spanduk pengumuman sholat Id, Jumat (12/10), telah diturunkan oleh seseorang. Hal ini menjadikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim melaporkan ke Polda Jatim. Sikap yang diambil pemerintah diwakili oleh Departemen Agama. Menteri Agama Maftuh Basuni mengatakan, ”Lebaran berbeda tidak boleh mengalahkan persatuan dan keharmonisan sesama Muslim.” Dilihat dari menghindari pertentangan, sikap demikian dapat dianggap tepat. Tetapi, tetap saja tidak menyelesaikan masalah “ada peluang diantara warga baik yang Id duluan atau belakangan yang melakukan keharaman, baik puasa pada saat Id maupun berbuka pada hari ke-30 Ramadhan”. Dengan sikap seperti itu, berarti membiarkan sebagian kaum Muslim melakukan keharaman.
Inilah alasan mengapa ketiadaan Khilafah menjadi sumber segala bencana dan kerusakan di tengah umat Islam, termasuk perkara yang akan segera dihadapi, hari raya Idul Fitri. Sebaliknya, tegaknya Khilafah juga akan menjadi pangkal adanya jalan/metode untuk memecahkan segenap persoalan yang menimpa umat Islam ini. Tidak adanya Khilafah menjadikan kita tidak punya cara untuk menyelesaikan persoalan umat.
Jadi, apakah pengumuman 1 syawal akan dimuat di website ini atau tidak?
Ummat menunggu.
hanya dengan khilafah, perbedaan prinsipil tsb dpt dihindari
hanya dengan khilafah, persatuan umat dapat diwujudkan secara nyata
hanya dengan khilafah, persoalan umat ini dapat diselesaikan
sampai kapan lgi, masalah ini terus berlarut?
di kampung ane jg ada ‘dualisme lebaran’ neh…
thn kmaren sampe terjadi konflik antar kampung. cm gara2 ledekan ttg hr raya
nastaghfirullahal azhim….
ya Allah…, segerakanlah Khilafah tegak di semesta ini. demi keagungan-Mu dan kemuliaan Ramadhan. Aaamiiin
ass, jadi kapan 1 syawal??? afwan, ada yang sudah dapat info 1 syawal>> sekalian daerah mana yang terlihat??
jzkllah
ada yang sudah dapat info 1 syawal?? daerah mana??
Bgaimana sikap kita sebagai umat yg yang masih harus banyak belajar?
HTI sendiri kapan mengadakan solat ied?
Syukron..
Wassalam…
jadi, jangan berlama-lama lagi dengan perbedaan ini.
tiap pilihan jelas-jelas memiliki konsekuensi hukum.
tak bisa sekedar “cari aman jadi ikutan pemerintah/suara terbanyak”. falsafah “cari aman” hanya membuat kita tak pernah jelas mengetahui mana yang benar dan mana yg salah.
by the way, saya lg nunggu informasi hilal nih.
mudah2an akan sy peroleh di situs ini.
Bang Admin, tetap buka mata yah….
saya temani deh.
Bagaimana informasi untuk kita sudah ada ?
biang kerok perbedaan idul fitri sesungguhnya bukan masalah kelompok, matla ataupun mazhab, tapi nasionalisme!
so’ perbedaan ini tidak terjadi, dan bukan masalah khilafiah, melainkan masalah idiologis
Permasalahan apapun yang menimpa kaum Muslim (termasuk berbedanya penentuan 1 Syawal)kalau kita mau jujur pada hati nurani….pasti sistem KHILAFAH dengan Khalifah yang berpegang pada nash-nash syar’iy adalah solusinya…………………………
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum……..Semoga kemenangan di hari Fitri ini menjadi awal dari kemenangan Umat Islam seluruh dunia dengan segera tegaknya Negara Khilafah Islamiyyah….ALLAHU AKBAR !!!
jadi kapan nih pengumuman resmi dari HT tentang pelaksanaan idul fithri?
Pkl.02.10 malam hari, bagaimana kabar tentang hilal syawal? Apa saya terlambat mendapatkan kabar?
haduuh belum lagi karena ndak ada khilafah yg nunggu rukyat internasional juga jadi repot …..
wes gak onok khilafah repot kabeh
nggolek duwek repot
nggolek bojo repot
nduwe anak repot
sampek so;at id juga repot
ALLAHU AKBAR
Ass.wr.wb.
Apakah HTI sudah menetapkan 1 syawal 1428 H jatuh kapan?
Di mana tempat pelaksanaan shalat ‘ied di bogor?
Wassalam.
Bener kata mas manarul bangil “susah betul jika didunia ini tidak ada khilafah semuanya jadi susah, bahkan mau sholat id aja susah”. apakah HTI sudah menetapkan kapan 1 syawal 1428 H?sampai kapan harus nunggu?afwan jika salah.
Assalamu ‘alaikum yaa Akhi yaa Ukhti,
Penegakan Khilafah memerlukan Kesungguhan, Kerja keras dan Pengorbanan. Tidak hanya Semangat, tetapi juga Kecerdasan, Kepiawaian, Kepercayaan diri, Ilmu, Harta, dan bahkan Jiwa.
Mari kita bersiap sejak saat ini dan terus menerus.
ALLAHU AKBAR !!!!!!!
Belum ada kabar sampai saat ini.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
inilah kehancuran idonesia yang sesungguhnya menentukan hari raya saja bingung, Bagaimana mengatur negara ??? oleh karena itu kita harus menegakkan khilafah islamiyah and syariat islam sebagai solusi tegaknya kehidupan. Allahu Akbar !!!!
والسلام عليكم ورحمة الله وبركات
sebagai ummat islam yang tinggal di bumi allah bernama indonesia,ana tidak terlalu muluk=muluk cukup tegakkan syariat islam diindonesia agar saudara dan keluarga kita terhindar dari kesesatan yang terus melanda masyarakat indonesia,masalah khilafah internasional bukannya mustahil,tapi kita harus relistiklah,jadi cukuplah di negara indonesia ini dulu kita ciptakan syariat islam yang bener-bener berpegang kepada hukum-hukum allah,dan tolong jangan jadikan islam sebagai konsumen politik kelompok.bersikaplah dan berbuatlah sesuai kata dan ucapan
Menyedihkan, memilukan, memprihatinkan. Ada sekelompok orang yang bangga dengan kesalahan dan kebodohannya. Saya teringat dengan sebuah pertanyaan yang menggoda. “Apa yang membedakan antara orang pandai dan orang bodoh ???” Jawabnya adalah : Orang pandai selalu mentertawakan hal-hal yang bodoh. Orang bodoh melakukannya. Hal ini terjadi di negeri kita tercinta. Kemudian mereka berdalih : “Perbedaan di antara ummatku merupakan rahmat”. Sebuah cara pembenaran yang sangat memprihatinkan atas ketidak berdayaan para pemimpin terhadap orang-orang bodoh lagi keras kepala. Negara lain sudah mampu meluncurkan pesawat ke orbit, bulan, planet Mars bahkan Jupiter. Kita masih berkutat pada kedudukan bulan terhadap bumi dan matahari. Pertanyaannya adalah : Kapan orang-orang kita yang merasa hebat tadi mampu membuat perhitungan untuk meluncurkan pesawat ke orbit bumi, bulan atau Mars ??? Atau yang lebih mudah lagi : Mampukah bapak-bapak kita yang hebat tadi membuat perhitungan kapan dan dimana gerhana matahari terjadi di tahun 2008 ???
Betul Akh Shadiq…Penegakan Khilafah memerlukan Kesungguhan, Kerja keras dan Pengorbanan. Tidak hanya Semangat, tetapi juga Kecerdasan, Kepiawaian, Kepercayaan diri, Ilmu, Harta, dan bahkan Jiwa.
Siap2…………