Indonesia dan Malaysia merupakan bangsa satu rumpun, Melayu. Keduanya sama-sama negeri Muslim. Namun, realitas menunjukkan bahwa keduanya kini tengah dirundung kemelut pertentangan. Diantara perkara yang memicu hal ini adalah:
- Klaim Malaysia terhadap Sipadan-Ligitan. Dalam kasus tersebut, kedua negara, Indonesia dan Malaysia memang saling mengklaim kepemilikan wilayah tersebut. Akhirnya, sebagai solusi, kasus itu pun dibawa ke Mahkamah Internasional. Pada tahun 2002, Indonesia kalah dalam persidangan penentuan kepemilikan pulau tersebut. Pulau itu pun resmi menjadi milik Malaysia.
- Kasus Ambalat (2005) bermula dari perlakuan pemerintah Malaysia yang memberi konsesi kepada perusahaan minyak Amerika, Shell untuk melakukan eksplorasi di Laut Sulawesi. Malaysia mengklaim blok Ambalat yang berada di perairan Karang Unarang tersebut adalah milik Malaysia. Padahal, berdasarkan deklarasi Juanda 1957, pulau tersebut milik Indonesia. Deklarasi Juanda sendiri pada tahun 1959 telah diadopsi oleh PBB ke dalam Konvensi Hukum Laut. Hingga kini, kasus Ambalat ini masih membuka peluang konflik antara Indonesia-Malaysia.
- Pelecehan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI). Jumlah TKI di Malaysia diperkirakan mencapai 3 juta orang. Yang resmi sekitar 1,5 juta. Pihak Indonesia melihat para TKI dilecehkan. Tidak sedikit TKI di Malaysia dideportasi dan diperlakukan tidak manusiawi. Sementara rakyat Malaysia memandang TKI yang pria sering terlibat dalam aksi-aksi kriminalitas di negeri mereka. Mereka pun seringkali diklaim sebagai pendatang ilegal.
- Pemukukan wasit karate asal Indonesia dan pengklaiman lagu “Rasa Sayange” oleh Malaysia. Hal ini menimbulkan ketegangan baru antara Indonesia dengan Malaysia.
- Penangkapan isteri seorang diplomat Indonesia, Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, oleh Relawan Rakyat Malaysia (Rela). ”Mereka memperlakukan Muslianah seperti pendatang ilegal. Perlakuan ini tak dapat kami terima. Insiden ini juga menunjukkan mereka tak menghormati anggota kedubes,” kata Shanti Utami Retnaningsih, sekretaris III Kedubes Indonesia di Malaysia. DPR melayangkan surat protes, bahkan Fraksi PAN menuntut diputuskannya hubungan diplomatik dengan Malaysia. KBRI pun protes (8/9/2007).
- Berbagai kejadian tadi memicu lahirnya ketegangan antara Indonesia dengan Malaysia. Slogan yang pernah dikumandangkan Presiden Soekarno dulu ’Ganyang Malaysia’ kini sering diteriakkan kembali.
Melihat kenyataan demikian ada beberapa hal penting yang harus disadari, yakni:
- Kesamaan rumpun dan agama menjadi tidak bermanfaat apapun. Hanya karena tidak dapat menunjukkan paspor TKI dianggap ilegal dan diperlakukan semena-mena. Padahal, dalam syariat Islam hubungan antar negeri-negeri Muslim laksana satu negeri yang padu. Mengapa? Sebab, nasionalisme telah menjadikan masing-masing lebih membela kepentingannya sendiri-sendiri sekalipun harus menginjak-injak sesama Muslim; menjadikan kedua negara-negara terus bertikai saling berebut wilayah. Nasionalisme menciptakan perpecahan. Mantan Pejabat Australia Paul Keating dalam satu kesempatan mengakui bahwa nasionalisme memang menimbulkan adanya perpecahan dan permusuhan. Karenanya, paham nasionalisme harus dihentikan sehingga kebaikan bukan hanya tercipta di dalam negeri melainkan juga dalam hubungan dengan negara tetangga. Jadikan ikatan akidah islamiyah sebagai pengikat antar sesama Muslim!
Pada sisi lain, sejarah mencatat dilihat dari segi kebudayaan dan penggunaan bahasa modern, istilah “Nusantara” mencakup daerah kepulauan Asia Tenggara atau daerah di mana budaya dan bahasa Austronesia dilestarikan. Dilihat dari kaca mata ini, Indonesia, Malaysia, Filipina dan mungkin pula Vietnam dan Taiwan (serta Madagaskar) termasuk daerah Nusantara yang dulu menyatu.- Kejadian yang berturut-turut ini penting dicermati. Sadar ataukah tidak, tampak adanya upaya provokatif sehingga Indonesia dan Malaysia terjadi konfrontasi yang akan menjadikan kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka menjadi daerah konflik. Lahirnya daerah konflik ini akan menjadi legalitas bagi negara-negara besar pimpinan Amerika Serikat (AS) melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan intervensi di kawasan.
Seperti diketahui, dalam sejarahnya Malaysia merupakan bagian dari persekemakmuran Inggris. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada saat rame-ramenya konfrontasi Indonesia-Malaysia, Malaysia dibantu oleh Inggris dan Australia.
Pada sisi lain, AS punya kepentingan besar di Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka. Melalui perjanjian DCA antara Indonesia dengan Singapura, AS akan leluasa berada di kawasan ini. Namun, pihak Indonesia telah menetapkan pembahasan perjanjian DCA ditunda hingga ”waktu yang tepat”. Padahal, Singapura telah mengutus Menteri Senior Lee Kuan Yew datang ke Indonesia dengan menyatakan pemerintah Indonesia tidak perlu mempertimbangkan suara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mempersoalkan DCA. Karenanya, situasi konflik akan semakin menjadikan kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka yang dikuasai Indonesia, Singapura dan Malaysia; sebagai tempat pertarungan antara Inggris dan AS, juga Australia. Yang akan rugi tentu umat Islam.- Melihat hal di atas mestinya kedua negara Malaysia dan Indonesia menghentikan segala bentuk klaim dan menyetop segala wujud ketidakadilan. Jangan terjebak pada konfrontasi! Sadarilah bahwa musuh bersama kita adalah negara kafir imperialis yang selalu berupaya mencengkeramkan kuku penjajahannya di negeri-negeri kaum Muslim. Arahkan perlawanan pada mereka. Jangan bersitegang, konflik apalagi konfrontasi dengan sesama negeri Muslim. Yang harus diwujudkan justru bagaimana negeri-negeri Muslim bersatu untuk membebaskan umat dari penjajahan. Waspadalah, musuh-musuh Islam sedang mengobarkan perpecahan dan perseteruan di tengah Indonesia dan Malaysia demi kepentingan penjajahan mereka.
Lajnah Siyasiyah
Hizbut Tahrir Indonesia
12/10/2007 - Kejadian yang berturut-turut ini penting dicermati. Sadar ataukah tidak, tampak adanya upaya provokatif sehingga Indonesia dan Malaysia terjadi konfrontasi yang akan menjadikan kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka menjadi daerah konflik. Lahirnya daerah konflik ini akan menjadi legalitas bagi negara-negara besar pimpinan Amerika Serikat (AS) melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan intervensi di kawasan.
- Kasus Ambalat (2005) bermula dari perlakuan pemerintah Malaysia yang memberi konsesi kepada perusahaan minyak Amerika, Shell untuk melakukan eksplorasi di Laut Sulawesi. Malaysia mengklaim blok Ambalat yang berada di perairan Karang Unarang tersebut adalah milik Malaysia. Padahal, berdasarkan deklarasi Juanda 1957, pulau tersebut milik Indonesia. Deklarasi Juanda sendiri pada tahun 1959 telah diadopsi oleh PBB ke dalam Konvensi Hukum Laut. Hingga kini, kasus Ambalat ini masih membuka peluang konflik antara Indonesia-Malaysia.
tidak seperti yang digemborkan media selama ini,bahwa malaysia lebih lebih baik kondisi sosial politiknya, tingkat pendidikan yang lebih terjamin,taraf ekonomi yang melaju pesat, namun nyatanya bertindak sewenang2 thd saudara muslim sendiri..
media masih persis zaman orba, yang menggambarkan malaysia (truly asia?)scr berlebihan…kelihatan indah diluar namun terlalu busuk didalamnya..tdk layak kita mngemis kebaikan pd bangsa lain selain pada kekuatan sendiri dan ijin dari yang diAtas
Assalamu’alaikum, Wr, Wb
Ayo teman-temen HT, kita tunjukkan Ukhuwah kita antara HT Indonesia dan HT Malaysia bahwa kita menginginkan tegaknya khilafah. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar, seiring takbir yang mengema sewaktu Idul Fitri
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
saatnya kaum muslimin mencermati siapa dibalik kejadian itu semua. Siapa yang diuntungkan?! Dan mampu membangun sikap dan bersatu melawan arogansi kafir AS.
Negara Imperialisme akan selalu memainkan Antek-anteknya demi kepentingan Politik Globalnya… Mereka bisa memainkan Antek-anteknya secara Personal, yang sering disebut sebagai komprador, atau Pemerintahannya yang disebut dengan Negara Satelit imperialiseme… komprontasi Malasia-Indonesia hanya akan memperparah krisis yang terjadi di Indonesia, dan Kaum Muslimin lah yang paling dirugikan… Yaa ALLAH segerakan lah tegaknya Khilafah…
NASINALISME benar-benar telah menjadi berhalo bagi sebagian kaum muslim sekarang ini. misionaris telah benar-benar berhasil melakukan tugas yang tak biso dilakukan oleh pasukan salib selamo ratusan tahun. Daulah Islam yang untauchabel runtuh dalam bilangan puluhan tahun. yo benar, yaitu mereko telah berhasil menyuntikkan paham NASIONALISME. impian mereko ketiko ngobrol dimejo makan ” kelak akan kita hancurkan Khilafah ” jadi kenyataan, sesuatu yang hanyo sanggup mereko angan-angankan dimaso itu. Nasionalisme sumber ketidak pedulian, sumber raso tegaan,dan sekeranjang sikap sampah yang lain. Bukankah Rosul pernah bersabdo : LAISA MINNA MAN DA’A ILA AL-ASHOBIYAH (bukan golonganku orang yang menyeru pada ashobiyah (nasionalisme, sukuisme, dll). ya Allah sadarkanlah umat kami ….
tidak seperti yang digemborkan media selama ini,bahwa malaysia lebih lebih baik kondisi sosial politiknya, tingkat pendidikan yang lebih terjamin,taraf ekonomi yang melaju pesat, namun nyatanya bertindak sewenang2 thd saudara muslim sendiri..
media masih persis zaman orba, yang menggambarkan malaysia (truly asia?)scr berlebihan…kelihatan indah diluar namun terlalu busuk didalamnya..tdk layak kita mngemis kebaikan pd bangsa lain selain pada kekuatan sendiri dan ijin dari yang diAtas
Menurut isyarat Indonesia dan Malaysia akan bersatu lho…
Lebih baik kita bersatu padu dalam menghadapi segala rekayasa barat mengadu domba kita
Mari kita persiapkan segala yang diperlukan dalam menghadapi mereka.
Tidak ada pembatas antara sesama kaum muslimin, termasuk batas negara yang dibuat orang kafir untuk memecah belah kita. Allahu Akbar
astaghfirullah…
Indonesia..Malaysia adalah satu saudara, kalian adalah negeri mayoritas muslim, setiap muslim adalah bersaudara, janganlah kalian terpecah pecah dalam paham nasionalisme,
bersatulah di bawah panji bendera Allah, Ar-rayah dan Al-liwa sebagai perwujudan dari Aqidah Islam…
Nasionalisme Bertentangan Dg Sunnah Rosullahu SAW.
Sejarah panjang Dunia Islam telah membuktikan bahwa Rosullahu dan penerusnya selalu menyattukan umat dan meleburnya dg Islam. bani-bani yg terpecah, suku-suku yg saling berperang, dan bangsa-2 yg selalu bermusuhan dan ingin menguasai terhadap yg lain telah disatukan dan dilebur menjadi kesatuan umat dalam bingkai Dawlah Islam. Dimulai dg Hijrah, masa-2 Khulafaur Rasyidin dan setelahnya, Dunia Islam dan wilayahnya berkembang sehingga mencapai 2/3 dunia. Tetapi dg Nasionalisme, Dunia Islam yg tadinya besar dan menyatu, kemudian dikerat-kerat, dipecah-pecah, dipisahkan dg garis batas tertentu, diberikan Bendera masing-2 dan lagu kebangsaan tertentu dan akhirnya Umat Islam berkelompok berdasarkan bendera-2 pemberian itu, Hormat, menangis dan tersimpuh dibawahnya dan pada akhirnya, umat Islam semakin terpuruk dan terjajah.Kita lupa bahwa kita selalu berjanji kepada Allahu tiap kita Sholat bahwa Solatku, ibadahku, matiku, hormatku, perjuanganku hanya untuk Islam dan bukan untuk NASIONALISME.
Wahai Kaum Muslimin, mari kita bangkit. Singkirkan Nasionalisme dan kita kembali kepada Kesatuan Umat. Kita angkat tinggi-2 bendera Islam dan kita kumandangkan… Inilah Dawlah Khilafah Islam sebagai payung bersama Indonesia dan Malaysia… dan negeri-2 Muslim yg lainnya.dan pada akhirnya.. Amerika dan Eropa akan memohon perlindungan kepada kita.
Allahu Akbar!!!
Karna kepentingan segelintir pihak (baca: AS dan sekutunya para kapitalis dunia), maka banyak orang (baca: penduduk dunia, khususnya kaum muslimin) dengan sukarela dikorbankan. Dalam hal ini, media massa pun digunakan tuk mencapai tujuan busuk mereka.
Sungguh perbuatan yang sangat tercela!!
Akibatnya, orang-orang yang tidak paham secara tidak sadar turut menjadi pengemban pemikiran mereka, termasuk kaum muslimin.
Saya sendiri dikirimi seorang teman sebuah email yang berisi ajakan tuk mengganyang Malaysia.
Na’uzhubillahi min dzalik deh..
Parahnya, ketika saya ‘amar ma’rufi malah saya dibilang jangan semua membawa nama Islam..
Dasar sekuleris!!
Ayo, teman-teman seperjuangan, gencarkan serangan terhadap pemikiran-pemikiran sesat yang ada di tengah-tengah ummat.
Jangan sampai kita kalah cepat dengan mereka!!
Konflik berkepanjangan Indonesia versus Malaysia sebetulnya dipicu oleh paham ide-ide nasionalistik yang berhasil dicekokkan oleh kaum kafir Barat.
saya tidak melihat kasus indonesia malaysia ada hubungannya dengan dunia barat ( AS ), tapi hanya soal antar warga negara yg sesama muslim seharusnya saling menghormati, tugas kita kita untuk memberikan pencerahan ke sesama muslim bahwa kita bersaudara…..dan jg kita musti hati-hati mencermati berita di media massa, kadang banyak plintir2annya, agar heboh dan laku media mereka. berjuang dengan berfikir positif akan lebih mulia.
Saya merindukan Kazraj dan Aus datang kembali..
Saya merindukan mereka
Menjelma menjadi Indonesia dan Malaysia
Yang bersatu memberikan nusrohnya
Yang bersatu menegakkan liwa’ dan rayyah
Mestinya kedua negara Malaysia dan Indonesia menghentikan segala bentuk klaim dan menyetop segala wujud ketidakadilan. Jangan terjebak pada konfrontasi! Sadarilah bahwa musuh bersama kita adalah negara kafir imperialis yang selalu berupaya mencengkeramkan kuku penjajahannya di negeri-negeri kaum Muslim. Arahkan perlawanan pada mereka. Jangan bersitegang, konflik apalagi konfrontasi dengan sesama negeri Muslim. Yang harus diwujudkan justru bagaimana negeri-negeri Muslim bersatu untuk membebaskan umat dari penjajahan. Waspadalah, musuh-musuh Islam sedang mengobarkan perpecahan dan perseteruan di tengah Indonesia dan Malaysia demi kepentingan penjajahan mereka.
memang bener banget kalo pertikaian antara indonesia dan malaysia hanya akan memperburuk hubungan kedua negara serumpun. oleh karena sebaiknya malaysia segera menghentikan tindakan-tindakan yang memancingperpecahan antara dua negara muslim. paling tidak kita malu pada diri kita sendiri, mengapa kita harus saling berjotosjotosan hanya karena satu negara mampu untuk melakukan hal itu kepada negara lain, dalam hal ini malaysia terhadap indonesia, lalu kemana makna satu rumpun yang selalu digunakan malaysia sebagai dalih dari tindakannnya itu.
Bersatu kita (umat islam) teguh..
Bercerai kita (umat islam) runtuh..