[BULETIN AL-ISLAM EDISI 382]
Tanggal 1 Desember lalu baru saja Hari AIDS se-Dunia diperingati. Tahun ini, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditunjuk sebagai koordinator pelaksanaan peringatan Hari AIDS se-Dunia. Di Tanah Air, untuk pertama kalinya, sebuah kampanye berskala nasional bertajuk “Pekan Kondom Nasional” (PKN) 2007 diselenggarakan, yaitu pada 1-8 Desember 2007. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan kondom sebagai salah satu cara untuk mengatasi Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HIV. HIV adalah Human Immuno Deficiency Virus, suatu virus yang menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang (terinfeksi) penyakit. Adapun AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu timbulnya sekumpulan gejala penyakit yang terjadi karena kekebalan tubuh menurun akibat adanya virus HIV di dalam darah.
Selama sepekan, agenda PKN 2007 terdiri dari serangkaian kegiatan antara lain pembagian kondom gratis. ”Pekan Kondom Nasional ini diharapkan akan meningkatkan lingkungan yang kondusif bagi penggunaan kondom,” ungkap Christopher Purdy, Country Director DKT Indonesia. (Aidsindonesia.or.id, 6/11/2007).
Karena itu, di Semarang, misalnya, KPA Kota Semarang mengisi Peringatan Hari AIDS se-Dunia antara lain dengan membagikan 5.000 kondom secara gratis kepada sopir dan kernet truk di Terminal Mangkang,
Terkait dengan HIV/ADIS ini, data dari aktivis kesehatan menunjukkan bahwa hingga Maret 2007 ada 8.988 kasus AIDS dan 5.640 kasus HIV di Indonesia. Yang mengejutkan, 57 persen kasus terjadi di usia remaja, yakni 15 tahun hingga 29 tahun. Sebagian besar, yakni 62 persen, terinfeksi narkotika yang menggunakan jarum suntik dan 37 persen dari seks tidak aman. (Liputan6.com, 01/12/07).
Sebuah Kebohongan
Banyak orang di dunia yang yakin betul bahwa penularan virus HIV bisa ditangkal dengan penggunaan kondom. Berbagai kampanye dan argumentasi dikemukakan kepada khalayak agar mau menggunakan kondom sebagai ‘senjata pamungkas’ melawan virus ganas itu.
Keyakinan tersebut ternyata tidak beralasan. Prof. Dr. Dadang Hawari pernah menuliskan hasil rangkuman beberapa pernyataan dari sejumlah pakar tentang kondom sebagai pencegah penyebaran HIV/AIDS. Berikut sebagian pernyataan tersebut:
1. Direktur Jenderal WHO Hiroshi Nakajima (1993), “Efektivitas kondom diragukan.”
2. Penelitian Carey (1992) dari Division of Pshysical Sciences,
3. Laporan dari Konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai,
4. V Cline (1995), profesor psikologi dan Universitas
5. Hasil penelitian Prof. Dr. Biran Affandi (2000): Tingkat kegagalan kondom dalam KB mencapai 20 persen. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof. Dr. Haryono Suyono (1994) bahwa kondom dirancang untuk KB dan bukan untuk mencegah virus HIV/AIDS. Dapat diumpamakan, besarnya sperma seperti ukuran jeruk garut, sedangkan kecilnya virus HIV/AIDS seperti ukuran titik. Artinya, kegagalan kondom untuk program KB saja mencapai 20 persen, apalagi untuk program HIV/AIDS; tentu akan lebih besar lagi tingkat kegagalannya.
Prof. Dadang Hawari meyakini, dari data-data tersebut di atas jelaslah bahwa kelompok yang menyatakan kondom 100 persen aman merupakan pernyataan yang menyesatkan dan kebohongan. (Republika, 13/12/02).
Kondomisasi Mengkampanyekan Seks Bebas
Jika sudah jelas penggunaan kondom tetap mengundang bahaya, lalu mengapa orang masih terus mengkampanyekan kondom? Tidak lain karena di balik kampanye kondom ada semacam pesan tersembunyi: “Bolehlah Anda melakukan hubungan seks bebas dengan siapa saja, asal memakai kondom.” Kira-kira begitulah pesan dari kampanye penggunaan kondom.
Akibatnya, kampanye kondom bakal semakin meningkatkan pergaulan seks bebas. Hal ini pernah diungkapkan oleh Mark Schuster dari Rand, sebuah lembaga penelitian nirlaba, dan seorang pediatri di University of California. Berdasarkan penelitian mereka, setelah kampanye kondomisasi, aktivitas seks bebas di kalangan pelajar pria meningkat dari 37% menjadi 50% dan di kalangan pelajar wanita meningkat dari 27% menjadi 32% (USA Today, 14/4/1998).
Itulah sebabnya, pakar AIDS, R Smith (1995), setelah bertahun-tahun meneliti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya ia merekomendasikan agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12/11/1995).
Namun demikian, orang-orang sekular, khususnya para pemuja HAM dan demokrasi, tentu lebih merekomendasikan untuk menebar kondom gratis ketimbang memberantas pergaulan bebas dan pelacuran. Mungkin pikir mereka, itu lebih manusiawi karena tidak melanggar HAM.
Berbagai konferensi tentang HIV/AIDS diselenggarakan di seluruh dunia. Namun, tak satu pun konferensi itu—yang bahkan di antaranya diprakarasai PBB—mengeluarkan rekomendasi untuk mencegah perilaku dan kehidupan seks bebas. Bulan Agustus lalu (19-23 Agustus 2007), misalnya, lebih dari 2500 orang dari 60 negara di kawasan Asia dan Pasifik berkumpul dalam Konferensi Internasional AIDS Asia dan Pasifik (International Conference on AIDS in Asia and the Pacific, atau ICAAP) ke-8 di Colombo, Sri Lanka. Pertemuan selama empat hari ini mendatangkan berbagai pembuat kebijakan, pejabat pemerintah, pakar medis, akademisi, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), pekerja komunitas dan media. Mereka membicarakan isu-isu seputar stigma dan diskriminasi, akses layanan bagi ODHA, pentingnya meyakinkan kembali para pimpinan politik untuk menepati janji mereka, serta memperluas layanan kesehatan bagi mereka yang terinfeksi HIV. Mereka juga saling bertukar pengalaman dan tantangan yang dihadapi, termasuk masalah hak asasi manusia, keamanan, gender dan seksualitas, serta keterlibatan ODHA yang lebih besar dalam program HIV/AIDS. Namun, tidak ada satu pun pembicaraan mereka itu mengarah pada akar penyebab penyebaran HIV/AIDS, yakni seks bebas (baca: zina). Padahal seks bebaslah penyebab utama merebaknya HIV/AIDS, di samping penyalahgunaan narkoba.
Akar Masalah dan Solusinya
Mengapa perilaku dan kehidupan seks bebas sebagai penyebab utama penyebarluasan virus HIV/AIDS tidak mereka persoalkan? Alasan utamanya tentu karena perilaku seks bebas alias zina adalah salah satu perilaku yang dijamin dalam sistem demokrasi, sebagaimana yang diberlakukan di Indonesia saat ini. Di Indonesia, misalnya, salah satu buktinya adalah tidak adanya UU yang bisa menjerat pelaku perzinaan. Yang ada adalah pasal dalam KUHP yang terkait dengan delik pemerkosaan. Artinya, selama hubungan seks di luar nikah alias zina dilakukan suka sama suka maka hal itu tidak masalah. Wajar saja jika di Tanah Air lokalisasi pelacuran di berbagai tempat kerap dilegalkan, karena di sana transaksi seksual antara pelacur dan lelaki hidung belang memang dilakukan atas dasar suka sama suka.
Karena itu, satu-satunya solusi untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS adalah dengan membuang demokrasi yang memang memberikan jaminan atas kebebasan berperilaku, termasuk seks bebas, sekaligus memberlakukan hukum Islam secara tegas, antara lain hukuman cambuk atau rajam atas para pelaku seks bebas (perzinaan). Allah SWT berfirman:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلاَ تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Pezina wanita dan pezina laki-laki, cambuklah masing-masing dari keduanya seratus kali cambukan, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kalian untuk (menjalankan) agama Allah jika kalian memang mengimani Allah, dan Hari Akhir. (QS an-Nur [24]: 2).
Hukuman yang berat juga harus diberlakukan atas para pengguna narkoba. Sebab, di samping barang haram, narkoba terbukti menjadi alat efektif (mencapai 62%) dalam penyebarluasan HIV/AIDS.
Lebih dari itu, sudah saatnya Pemerintah dan seluruh komponen bangsa ini segera menerapkan seluruh aturan-aturan Allah (syariah Islam) secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya dengan itulah keberkahan dan kebaikan hidup—tanpa AIDS dan berbagai bencana kemanusiaan lainnya—akan dapat direngkuh dan ridha Allah pun dapat diraih. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []
KOMENTAR AL-ISLAM:
Dien Syamsuddin: Pemerintah Harus Lepas dari Cengkeraman Kapitalisme Global (Eramuslim.com, 4/12/07).
Benar. Selanjutnya
ayo sadarlah saudaraku.masih banyak hal bermanfaat yang dapat dilakukan didunia ini.jangan berbekal dosa sebelum datang hari penghisaban.saatnya memperbaiki diri tuk persiapan menghadap illahi.jauhi zina,jauhi aids dan penyakit sekawannya
AIDS=
Akibat
Intim
Dengan
Sekulerisme…
bagaimana Allah SWT mau memberikan berkah dari langit dan bumi jika perzinaan dibebaskan, prostitusi dilegalkan lalu nantinya homoseks, lesbian juga dibiarkan karena alasan HAM. yang ada hanyalah kesempitan karena kebanyakan manusia di negeri ini sudah menyimpang dari Ayat-ayat Allah.
Mau jadi apa bangsa ini jika perilaku seks bebas alias zina adalah salah satu perilaku yang dijamin dalam sistem demokrasi, sebagaimana yang diberlakukan di Indonesia saat ini.
Buang Demokrasi!!!
Berlakukan hukum Islam secara tegas, total dan menyeluruh (kaffah)
Insya Allah Berkah dari langit dan bumi akan menghampiri negeri Indonesia yang kita cintai ini.
masalah ini tidak akan pernah selesai selama semua solusi masih bersumber dari aturan manusia.tegakkan aturan Allah. the only solution…KHILAFAH!!!tak bisa di tunda dan tak bisa di tawar lagi!
JURKAM KONDOM:
“Betapa mengerikan kematian krn HIV. betapa mengerikan penularan HIV. Sadarlah, pakailah kondom!”
MASYARAKAT DUNIA:
“dah free sex aja molai gak nikmat, ee malah dsuruh pake gituan.huu..”
PAKAR KONDOM:
“gue buat kondom tuh buat nahan sperma. Virus sekecil itu mah tembus mbus! Sebuah kampanye penyesatan!
WHO (Bdn Kes Dunia):
“Selamatkan Dunia dg kondom!”
JURKAM KONDOM:
“Khdpan manusia tengah terancam. Nasib dunia tergantung di ujung kondom. Please, sadarlah!”
MASYARAKAT DUNIA:
“emang gue pikrin. kalo kita mati, kan matinya sendiri2. ini mah hak azasi individu!”
Nauzubillah min dzalik. gara2 salah memahami sex sbg kebutuhan jasmani dan freesex sbg UU, ternyata kehancuran yg terjadi. satu kesalahan saja krn mnusia sok tahu ttg dirinya dan aturan, maka kehancuran akibatnya. cukup satu saja kesalahan! Hancur semua! Kebebasan yg menghancurkan. Nikmat n bahagia aja nggak. Huh :(
Nu penting mah kita sebagai umat islam harus sadar akan bahaya akan virus tersebut, mungkin salah satu virus ini adalah salah satu tanda-tanda akan datangnya hari kiamat… Subhanallah…
Pokonya saya selaku umat islam tidak menyetujui akan adanya perilaku freesex..
kalo mau nikah aja enak kan direstui lagi.. hehehe…
memang dunia timur sudah dirasuki oleh dunia barat, segala macam mode maupun kelakuan ampir disamakan dengan dunia barat, tapi insya allah tidak semua dunia barat itu merupakan hal yang negatif, kita sebagai orang timur ambil tindakan yang positifnya untuk memajukan negara Indonesia ini. amin..
ya kaya gitu deh solusi yg ditawarin oleh sistem Sekuler (buatan manusia)…..yg kaga2 aja.(Bikin orang kelakuannya jadi lebih buruk dari binatang yang paling buruk)
pake deh sistem buatan Sang Maha Pencipta yang Maha Tahu tentang apa yang Dia ciptakan …pasti beres..
gimana yah??? aku juga gak begitu tahu? tapi menurutku hal yang kayak gitu gak diperbolehkan (pergaulan bebas) bisa menyeabkan hal2 negatif dan orang jadi berfikir negatif thinking……..
jangan lakukan hal itu
beginilah kondisi kaum muslimin saat ini. secara pemikiran kita terjajah sehingga menyelesaikan perzinaan justru dengan cara melegalisasi perzinaan itu sendiri. sudah sangat jelas kondom tidak.menyelsaikan permasalahan hiv/aids malaj digalakkan bagi-bagi kondom. kaum muslimin tidK sadar bilanmereka telah terjajahnsecara pemikiran. keberhasilan gaswul fikri.