(1) Basis ideologi.
Akidah Islam Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh telah menjadi asas bagi seluruh bentuk hubungan yang dijalankan oleh kaum Muslim, pandangan hidup yang khas, asas dalam menyingkirkan kezaliman dan menyelesaikan perselisihan, asas dalam kegiatan ekonomi dan perdagangan, asas bagi aktivitas dan kurikulum pendidikan, asas dalam membangun kekuatan militer serta asas dalam politik dalam dan luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa Khilafah Islam adalah negara yang dibangun dan berdiri di atas landasan mabda’ (ideologi).
Dijadikannya akidah Islam sebagai asas negara dan kekuasaan bukan sekadar formalitas atau simbol saja, melainkan harus tampak dalam seluruh bentuk interaksi masyarakat dan negaranya. Karena itu, Negara Khilafah tidak membiarkan (mentoleransi) seluruh bentuk pemikiran maupun hukum/perundang-undangan kecuali yang terpancar dari akidah Islam.
Islam telah membagi dunia ini menjadi dua: darul Islam (Daulah Islamiyah) dan darul kufur. Daulah Islamiyah (Negara Islam) adalah negara yang satu, yang wajib mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Pengembanan dakwah Islam adalah asas Polugri Daulah Islamiyah. Inilah yang menjadi landasan dibangunnya hubungan Daulah Islamiyah dengan negara-negara lain.
(2) Tharîqah Polugri.
Daulah Islamiyah wajib mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia dengan metode yang telah dijalankan oleh Rasulullah saw., yaitu jihad fi sabilillaah. Sebelum melakukan perang (jihad fi sabilillah), Daulah Islamiyah terlebih dulu menawarkan beberapa alternatif: (1) memeluk Islam; (2) bergabung dan tunduk terhadap Daulah Islamiyah serta bagi ahl adz-dzimmah diberi kebebasan untuk menganut agamanya masing-masing dengan membayar jizyah; (3) jika dua pilihan tersebut ditolak, secara syar‘î Daulah Islamiyah berhak memerangi mereka dengan jihad fi sabilillah.
(3) Strategi Polugri.
Rasulullah saw. telah melakukan langkah-langkah strategis dan taktis, yakni membuat perjanjian dengan sebagian kabilah dan memerangi sebagian lainnya. Itu dilakukan tatkala Beliau menandatangani Perjanjian Hudaibiyah. Tujuannya adalah agar Daulah Islamiyah dapat berkonsentrasi untuk memukul kekuatan Yahudi yang masih bercokol di Khaibar serta senantiasa mengancam eksistensi dan kepentingan Daulah Islamiyah. Demikian juga ketika Beliau mengikat perjanjian dengan kabilah-kabilah yang berada di seputar wilayah Quraisy. Tujuannya adalah agar Daulah Islamiyah dapat fokus menyerang Quraisy.
Orang yang mengikuti sirah Rasulullah saw. akan melihat bahwa Beliau pertama-tama mengikat perjanjian gencatan senjata dengan kabilah-kabilah di sekitar Quraisy untuk memukul Quraisy. Setelah itu, Beliau membuat perjanjian dengan Quraisy untuk memukul Khaibar. Setelah Quraisy dapat dikunci posisinya, Beliau mempersiapkan serangannya untuk memukul Romawi yang merupakan negara adidaya di dunia saat itu. Semua ini terjadi dalam waktu kurang dari sepuluh tahun. Dengan itu, Rasulullah saw. mampu mengangkat pamor Daulah Islamiyah: dari negara yang bersifat lokal menjadi negara yang menyaingi negara-negara besar. Semua itu dilakukan dalam rangka mengemban dakwah Islam yang memang wajib Beliau kembangkan.
Rasulullah saw. juga membuat berbagai perjanjian sebagai cara untuk memecah-belah kekuatan musuh, seperti yang terjadi pada Perang Ahzab. Rasulullah saw. telah bersiap-siap untuk memerangi mereka seluruhnya. Setelah pengepungan atas Madinah berlarut-larut, Beliau berniat untuk mengikat perjanjian dengan sebagian kabilah. Akan tetapi, sikap Saad bin ‘Ubadah dan Saad bin Muadz membuat Rasulullah saw. mengurungkan perjanjian tersebut. Beliau kemudian bersiap untuk memerangi seluruh kabilah sekaligus sampai Allah memenangkan Beliau dengan kemenangan yang didukung oleh-Nya. []