Alhamdulillah, pada kajian hari Senin lalu (3 Desember 2007), kajian Islam di Ma’had Taqiyuddin an-Nabhani ternyata dibanjiri banyak santri dan peminat. Kegiatan kerjasama DPC HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) Kecamatan Kraton Yogyakarta dan Ma’had Taqiyuddin an-Nabhani ini dihadiri sekitar 78 orang (putera – puteri).
Sebelum kajian dimulai, diadakan pendaftaran santri. Pengasuh Ma’had, KH M Shiddiq al-Jawi menjelaskan, bahwa santri yang hadir akan dibagi menjadi dua kategori, yaitu santri umum dan santri khusus. Santri umum adalah para peminat, atau menurut istilah Ustadz Shiddiq al-Jawi, adalah para mustami’in (pendengar).
Sedang santri khusus, adalah santri yang ingin mengkaji Islam lebih serius dengan berbagai kewajiban dan hak khusus. Santri khusus ini mempunyai kewajiban : hadir secara rutin, membayar SPP Rp 5000,- (lima ribu rupiah) per bulan, mengadopsi materi yang dikaji, dan mengerjakan tugas atau ujian. Hak mereka, adalah mendapat prioritas konsultasi, diskusi, dan forum khusus dengan pengasuh. Juga mendapat hak untuk mengakses perpustakaan Maktabah Al-Jawi, sebuah perpustakaan cyber (cyber library) sederhana yang sedang dibangun Ustadz Shiddiq al-Jawi. Santri khusus akan diberi password untuk dapat mengakses perpustakaan yang berisi kitab-kitab digital pilihan.
Sementara itu, pada Selasa sore (4 Desember 2007), Ma’had Taqiyuddin an-Nabhani juga mulai mengadakan kajian untuk santri yang lebih khusus lagi. “Santri khususul khusus,” demikian julukan Ustadz Shiddiq al-Jawi untuk santri Selasa sore. Mengapa lebih khusus lagi? Karena santrinya harus memenuhi dua syarat, yaitu aktivis Hizbut Tahrir Indonesia dan mampu membaca kitab berbahasa Arab.
Syarat ini tidak harus ada pada santri hari Senin sore. Pesertanya lebih sedikit, sekitar dua puluh orang saja, yang merupakan santri pilihan langsung dari Ustadz Shiddiq al-Jawi, bukan santri dari kalangan umum sebagaimana santri hari Senin. Meski demikian, sebagian santri khusus Selasa sore ini juga merupakan santri khusus Senin sore.
Kajian yang dilaksanakan insya Allah secara rutin setiap Selasa sore ini akan mengkaji kitab-kitab berikut :
- Selasa pada minggu pertama : Kitab Ath-Thariq karya Syaikh Ahmad ‘Athiyat.
- Selasa pada minggu kedua : Kitab Dirasat fi Al-Fikr Al-Islami karya Syaikh Muhammad Husain Abdullah.
- Selasa pada minggu ketiga : Kitab Al-Wadhih fi Ushul Fiqih karya Syaikh Muhammad Husain Abdullah.
- Selasa pada minggu keempat : Kitab Ad-Daulah Al-Islamiyah karya Imam Taqiyuddin An-Nabhani, dengan penekanan pada praktik membaca kitab (tathbiq qiro`ah) dan analisis i’rab.
Demikian sekilas info tentang dinamika kegiatan Ma’had Taqiyudddin An-Nabhani Yogyakarta yang begitu terasa api semangatnya. Semoga harapan pengasuh Ma’had, yaitu melahirkan pengemban dakwah yang tangguh dan ulama faqih fiddin pemimpin umat, dapat tercapai dengan ridho dan izin Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘alamin [msj]
Sumber: http://khilafah1924.org
Wah jadi kangen sama Ust. Shiddiq al Jawi. Assalamualaikum ust.. masih inget sama saya gak? kita sama2 kejawen lho. eh jawanya lho. yah ashobiyah.. :)
O iya, saya pernah dengar di semarang juga ada ma’had An Nabhani. ada koleksi buku2nya Yusuf An Nabhani dsb. katannya ada kitab Nidlom Islam,Daulah, kitab ttg sholat dll karangan Syaikh Taqiyudin An Nabhani. Ma’had itu sudah ada sejak dulu. jauh sebelum HT masuk Indonesia. Bener nggak sih? Orang semarang ada yang tahu?
9 december 2007 at 21:30
assalamu’alaikum
ust. shiddig al jawi tolong dijakarta selatan juga diadakan hal seperti itu juga, sebab saya tertarik sekali dengan program antum karna akan menjadikan para pejuang syariat lebih tangguh lagi. dan saya berharap segera diusulkan ke DPP HTI PUSAT yah.
Ass. ustad saya mau daftar boleh tidak ustad?
assalamu’alaikum
ust adalah salah satu inspirator saya,…doakan saya, sy jg mau bikin pesantrn dan perpustakaan besar di pwk…
Assalamu Alaikum
Ustadz Bgm syarat-syarat jadi santrinya? waktu belajarnya gmn?