Waspadai Penyesatan terhadap Islam

(Komentar terhadap Annual Conference on Islamic Studies)
Oleh: Jabir Ardiansyah dan Farhan Suchail (Peserta Annual Conference on Islamic Studies)

Kegiatan Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) yang dilaksanakan tanggal 21-24 November 2007 telah berlangsung ditengah desakan pembatalannya oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau. Perhelatan besar ini merupakan program dan agenda tahunan Departemen Agama RI. Setelah tahun lalu dilaksanakan di Bandung, maka untuk tahun ini ACIS dilaksanakan di Pekanbaru. Untuk merealisasikan tujuannya, Depag RI sebagai pemilik program ACIS menjalin kerjasama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.

Sebelum ACIS digelar, sudah banyak kalangan yang mengetahui akan dilaksanakannya ACIS ini, baik Pemda Provinsi dan Pemko Pekanbaru, Polda, MUI, PTAIS, Ormas, dan lain-lain. Ada yang mengetahui karena diberitahu langsung oleh panitia ACIS, namun ada pula yang mengetahui karena memperoleh informasi dari berbagai media massa dan brosur. Dalam publikasinya, penyelenggara ACIS mengundang para pembicara yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Dari daftar nama para pembicara yang diundang, ternyata cukup banyak pembicara yang tidak qualified membahas tentang Islam, pemikirannya cenderung merusak, dan sebagainya. Misalnya, beberapa nama pembicara yang bukan beragama Islam (patut digugat kapasitas dan kompetensinya berbicara dalam forum ACIS), Prof. Nasr Abu Zaid yang telah divonis murtad oleh Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, dan lain-lain. Sebelum acara ini dilaksanakan pihak MUI Provinsi Riau telah melaporkan keberatannya dilaksanakannya ACIS ini dan MUI Provinsi Riau telah meminta Kapolda Riau agar kegiatan ACIS ini dibatalkan.

Kegiatan ACIS VII yang diselenggarakan oleh Depag bekerjasama dengan UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru ini mengusung slogan sangat gagah: Barometer Perkembangan Studi Keislaman di Indonesia. Tema besar yang diangkat adalah: Kontribusi Ilmu-Ilmu Keislaman dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah Kemanusiaan pada Milennium Ketiga.

Sayang sekali, slogan dan tema tersebut jauh panggang dari api. Betapa tidak, makalah-makalah dan pembicara atau pemakalah yang ditampilkan didominasi oleh orang-orang dan pemikiran-pemikiran liberal (judul makalah dan pembicara secara lengkap dapat dilihat di (ancondiktis.com). Arus utama dalam konferensi ini baik dalam sesi pleno maupun dalam sesi paralel justru terkesan hendak mengokohkan pemikiran-pemikiran liberal; sekaligus meragu-ragukan atau mendistorsikan pemikiran-pemikiran Islam.

Dari awal sudah diprediksi ACIS ini akan didominasi kelompok sekuler. Kelompok sekuler telah mensetting seluruh rangkaian acara ACIS. Mereka telah mengatur materi atau tema acara, mengatur proses penyeleksian makalah, menentukan para pembicara dalam pleno, menentukan para pemakalah dalam sesi paralel, dan sebagainya.

Adapun bukti ACIS terselenggara hasil setting kelompok sekuler adalah:

1. Penentuan Pembicara Dalam Sesi Pleno

Para pembicara dalam pleno 1 dan 2 dirancang melibatkan para pembicara yang berasal dalam dan luar negeri. Dalam sesi pleno, memang ada pembicara yang tidak berpandangan sekular. Para pembicara yang tidak berpandangan sekular ini adalah para pembicara yang berlatarbelakang ilmu eksak (ilmu kedokteran, pertanian, teknik, dan lain-lain). Namun, para pembicara yang berlatarbelakang ilmu sosial dan agama adalah pembicara yang memiliki pandangan sekular-liberal, seperti Prof. Mark Woodward, PhD, Prof. Peter Suwarno, PhD, Prof. Ron Lukens-Bull, PhD, Prof. Azyumardi Azra, PhD, Ir. Solahuddin Wahid, dan lain-lain.

2. Penentuan Pemakalah Dalam Sesi Paralel

Menurut informasi dari Peneliti Insist, Ustad Henri Solahuddin MA, yang sengaja datang untuk memantau acara ini, sebelum hari pelaksanaan ACIS, sebenarnya telah terhimpun 600 makalah dari seluruh Indonesia. Namun, makalah yang dinyatakan lolos seleksi hanya berjumlah 60 makalah dan kesemuanya dari kelompok sekular-liberal.

3. Penentuan Materi dan Tema

Kelompok sekular-liberal telah mengatur dan menentukan materi atau tema berdasarkan kebutuhan dan kepentingannya. Hal ini dapat dilihat dari lima tema utama yang didiskusikan, yaitu: Islam, Politik, dan Ekonomi Global, Islam dan Masalah Hak Asasi Manusia (HAM), Islam dan Masalah Pendidikan Global, Islam dan Hegemoni Budaya Global, dan Islam dan Masalah Kesehatan, Lingkungan, dan perkembangan IPTEK.

4. Penentuan Format Acara

Kelompok sekular-liberal telah merancang acara sesuai dengan tujuan dan targetnya. Jadual kegiatan dapat dilihat pada lampiran laporan ini. Di samping itu, panitia tidak terlalu memperdulikan acara ini telah berlangsung secara tidak Islami, misalnya adanya tari-tarian melayu, wanita tidak menutup aurat, bercampurnya pria dan wanita, dan sebagainya.

Suasana pleno ACIS sarat mengusung kepentingan pemikiran kelompok sekular-liberal yang sangat merusak. Dengan pemikiran-pemikiran yang sangat merusak itu ternyata mengusik perhatian sebagian intelektual Islam yang hadir dalam acara tersebut. Sampai-sampai seorang ekonom dari Universitas Riau, Drs. Deliarnov, MSc. berkomentar, “sepertinya kita tidak sedang berada di forum intelektual Muslim yang memperjuangkan Islam. Tapi, sebaliknya!”

Selama berlangsung sesi paralel ini seluruh komisi, seperti Komisi Islam Politik, dan Ekonomi, Islam dan hak Asasi Manusia (HAM), Islam dan Pendidikan, Islam dan Kebudayaan, dan Islam, Lingkungan, Kesehatan dan IPTEK sangat kental munculnya pemikiran-pemikiran liberal dari para pemakalah. Oleh karena itu, diskusi-diskusi sesi paralel sering muncul pemikiran yang rusak dan menyesat. Mereka sering menyebut, al-qur’an tidak sakral, al-qur’an produk sejarah, al-qur’an produk budaya, syariat Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman, pemberlakuan Syariat Islam melanggar HAM, dan lain-lain. Kemudian, mereka memprovokasi agar keberadaan ormas atau gerakan Islam yang memperjuangkan Syariat Islam harus diwaspadai dan dilawan untuk dibubarkan. Bahkan, menentang Khilafah dan mendiskretitkan para pengusungnya. Selanjutnya, mereka sering merendahkan para pengurus MUI, mereka meminta MUI dibubarkan, dan lain-lain.

Dengan mengamati pandangan dan pemikiran yang disampaikan oleh sejumlah pembicara, tampak jelas bahwa ada semacam keterkungkungan pada ide-ide sekularisme liberalisme. Rumusan-rumusan yang diajukan selalu tidak lepas dari paradigma sekular-liberal berikut empat agenda utamanya: Pluralisme, Demokrasi, Kesetaraan Gender, HAM. Jadi, tidak salah kalau dikatakan bahwa ada skenario pengelabuan dan pembodohan umat di balik penyelenggaran ACIS ini.

Lepas dari upaya pembumian pemikiran-pemikiran merusak tersebut, tampak sekali kelompok sekular-liberal telah menjadikan MUI, Ormas Islam, dan Gerakan Islam sebagai musuh bersama. Kelompok sekular-liberal dengan segenap potensinya berupaya melenyapkan MUI, Ormas Islam, dan Gerakan Islam dengan berbagai cara, termasuk cara untuk membubarkan, membuat opini miring, dan sebagainya. Aneh, acara yang mengusung Islam tapi justru menghancurkan dan menyerang ajaran Islam serta mengelu-elukan ajaran kufur dari ideologi Barat. Ini menunjukkan bahwa kepentingan di belakangnya adalah kepentingan kaum sekuler yang memang anti Islam.

Upaya mereka ini harus dihadapi dengan semangat kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah. Disamping itu, berbagai elemen umat, baik Parpol Islam, MUI, Ormas Islam, Gerakan Islam, dan lain-lain harus menyatukan langkah dan gerak untuk menghadapi kelompok sekular-liberal tersebut. Gencarnya serangan pemikiran dari kelompok sekular-liberal agaknya telah membangunkan kesadaran MUI Provinsi Riau untuk mempersatukan Ormas Islam dalam FUI (Forum Umat Islam) Provinsi Riau. Dalam pantauan MUI Riau, Hizbut Tahrir Indonesia Riau concern menyerukan penegakan Syariat Islam, concern mengungkap bahaya kelompok sekular-liberal, dan sebagainya. Allahu Akbar![]

10 comments

  1. warung miring pinggir ITATS

    ASSSalamuAlaikum…
    taukah anda…>>>>
    DI INDONESIA TERDAPAT KELOMPOK-KELOMPOK LIBERAL YANG GIGIH MELAKUKAN PENJAJAHAN SEKULARISASI PADA UMAT ISLAM, ATAU ADA JUGA MAFIA BERKELEY DAN BEBERAPA EKONOM YANG MENGINDUK PADA IMF. (Be…Ware !!
    JIKA DI BIDANG EKONOMI MEREKA LEBIH MENEKANKAN PADA NEO-LIBERAL, PRIVATISASI DAN PASAR BEBAS, DENGAN PRODUK PENCABUTAN SUBSIDI ATAS PENDIDIKAN, BBM, DAN PENJUALAN BEBERAPA BUMN YANG NOTABENE SANGAT MERUGIKAN PUBLIK;…(Sobat, Buka Mata n Telinga km Lebar2..
    PADA BIDANG POLITIK MEREKA MENEKANKAN DEMOKRATISASI DAN HAM YANG BERMUARA DARI SEKULARISASI DAN LIBERALISASI. (Banyak yang terlena dibuatnya…
    UNTUK BIDANG AGAMA, MEREKA MENONJOLKAN PLURALISME DAN SINKRETISME AGAMA, DEPOLITISASI AKIDAH, DEKONSTRUKSI SYARIAH (SYARIAH INDIVIDUAL MINUS NEGARA). INILAH YANG DALAM BAHASA kita DISEBUT SEBAGAI KELOMPOK ANTI SYARIAH. (ingat JIL > red : Jaringan Iblis Laknatullah.
    DARI SINI KEMUDIAN POLITIK DIVIDE ET IMPERA versi modern DILAKUKAN. MUNCULAH ISTILAH2:
    ISLAM FUNDAMENTALIS VERSUS MODERAT, TRADISIONALIS VERSUS MODERNIS,
    SUBSTANTIF VERSUS FORMALIS, DAN banyak lagi yang LAIN.
    UMAT ISLAM YANG TIDAK TAHU REALITAS DI BALIK KEMUNCULAN ISTILAH INI AKHIRNYA BINGUNG DAN TENTU SAJA MEMILIH CUEK BEBEK wek..wek.. JIKA SUDAH BERSIKAP kaya gitu, DAPAT DIPASTIKAN, PERLU PROSES WAKTU UNTUK MENYADARKANNYA AGAR MEREKA MEMAHAMI BAHWA PERSATUAN UMAT ADALAH SATU HAL YANG TIDAK DAPAT DITAWAR-TAWAR LAGI
    MARI JALIN PERSATUAN UMAT DEMI TEGAKNYA SYARIAH YANG MAMPU MEMBAWA INDONESIA LEBIH BAIK
    takbbiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiirrrrrr

  2. temanya:
    Kontribusi Ilmu-Ilmu Keislaman dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah Kemanusiaan pada Milennium Ketiga.

    tapi isinya kok penghancuran Islam ya? katanya menyelesaikan masalah2 kemanusiaan, tapi kok isinya masih konsep2 Aqidah Islam liberal? belum sampai konsep syariat islam liberal dlm menyelesaikan masalah kemanusiaan. Aku dah dengar lama ttg tafsir hermenetik, tapi kitab2 tafsirnya masih soal aqidah Islam liberal terus tuh. Tafsir hermenetik untuk ekonomi Islam juga gak nongol2. Kalo ada, ya solusi sama dg kapitalis.
    Orang liberal tuh perasaan masih terus mengajarkan ilmu alat dan aqidah saja deh. Kok dah merasa punya konsep penyelesaian masalah ya? Konsep tuk solusi praktis kemiskinan, dekadensi moral, pembantaian kaum muslim dst aja blm punya tafsirnya. Kok bisa ya orang tuk gak merasa dengan apa yang telah diomongkan. Konsep akidahnya aja belum jelas.. Saya punya saran supaya ide ISLAM LIBERAL bisa segera secara utuh bisa dipahamai. caranya gampang. gini …………………
    huruf I lalu S lalu L lalu A lalu M di depan kata LIBERAL diilangi aja. Dg gitu akidah dan syariatnya langsung jelas, lengkap dan praktis. bahkan hukumnya dah diterapkan yaitu KAPITALIS LIBERAL. gimana? jadi jelas kan? makanya turiti saranku

  3. iman ti bandung

    Upaya ‘forum setan’
    ini memang harus
    dihadapi
    dengan
    semangat kebersamaan
    dan ukhuwah Islamiyah…

  4. UnoStateUnoRule

    Muke gile, Depag RI uda dijadiin kendaraan orang sekuler-liberal buat menyampaikan ide2nya. Giliran masalah uang aja (haji n zakat) ngurusnya berdasarkan dalil, klo giliran masalah pengrusakan aqidah n tsaqafah islam ngurusnya berdasarkan duit.

  5. Terlihat jelas perbedaan antara muslim sejati dan musuh Islam (pengusung kapitalisme, sekulerisme, pluraritas, HAM dan temen2nya).
    Muslim sejati takkan pernah mempertanyakan kebenaran Al Quran dan As Sunnah sbg sumber hukum Islam.
    Muslim sejati tidak akan memecah belah saudara seaqidah bahkan tidak akan melakukan pendangkalan aqidah saudaranya sendiri dg alasan apapun.
    Muslim sejati akan terus mengungkapkan kebenaran, beramar ma’ruf nahi mungkar.bukan malah sebaliknya
    Muslim sejati akan selalu setia kepada Allah dan RasulNya dengan menegakkan syariah.
    Lalu…apa yang kita lihat sekarang negara yg seharusnya melindungi aqidah bangsanya malah ikut dalam usaha pendangkalan akidah.
    Apakah yang seperti ini yang akan kita bela?Apakah yang seperti ini yg tetap kita pertahankan?
    So…Adakah yg lebih baik dari KHILAFAH?!

  6. Wallahu khoirul makirin.
    Untuk Depag, buat fatwa sesat terhadap JIL. Tegakkan khilafah. Hukum mati orang-orang yang murtad. Allahu Akbar

  7. Mabsus Mahfudz Ali

    Nasr Abu Zaid, murtadin perusak Islam diizinkan bicara, giliran Imran Waheed, Syech Isaam Ameera, Syech Ismail Wah-wah yang nyata-nyata memperjuangkan Islam malah dilarang bicara.

    Apa gak salah tuh…?!

  8. baca komentar 7, jadi ngenes inget tragedi ini lagi. Imran Waheed sampai bilang, saya muslim, jauh2 dari inggris mau datang ke negri muslim terbesar kenapa gak boleh? apa alasannya? Anda moslem kan? Petugas bandaranya menjawab: ya saya moslem.tapi saya hanya menjalankan perintah. (subhanallah) giliran orang belakangnya, betugas bandara bilang: Naa Anda pasti Salim frederick. orang ini bisa masuk, karena paspornya bernama dr. Salim Acay.
    Dan ternyata alasan pelarangan masuknya masih kosong. Bayangin, katrok banget kan? cuma mau ngomong aja gak boleh. kalo ngomong juga pake bahasa Ingris. Kan pd gak ngerti. :) oh betapa mengerikannya senbuah kebenaran diucapkan. seandainya porsi bicara Islam imbang dg kapitalisme..

    katanya freedom of speach, kok gak boleh ngomong tanpa alasan?

  9. Adian Husaini bikin komentar yang bagus sekali tentang acara ini di http://www.hidayatullah.com.

  10. semua-nya : sekulerisme,bid’ah,kufarat smuanya adalah produk yang dihasilkan oleh kepentingan perut masing2 khsusnya zaman sekarang,untuk itu pegangan kita hanya bersandar pada kebesaran Alloh, Al-Qur’an dan Hadist, Saya akan menentang pemikran sesat para pakar yang mengandalkan Otak dan pikiranya, taruhanya NYAWAKU….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*