Konferensi Politik Perempuan HTI di Pelataran Mesjid Agung Medan
Masuknya Perempuan ke Kancah Politik Skenario Jauhkan dari Syariat
Dengan digiringnya perempuan masuk kancah politik untuk menduduki kekuasaan merupakan sekenario global untuk menjaring perempuan dengan idiologi kapitalis, sekularis, liberalis dengan target menjauhkan perempuan dari Syariat Islam. Demikian DPP Hizbut Tahrir Indonsia (HTI) Ishmah Cholil dalam orasinya pada Konferensi Politik Perempuan HTI di pelataran Mesjid Agung
Lebih lanjut dikatakannya dengan dijadikannya gender sebagai salah satu alat analisis persoalan untuk mengokohkan sekularisme liberalisme atas nama kesetaraan keadilan gender merupakan upaya menyingkirkan Syariat Islam.
“Jadi dapat disimpulkan seluruh agenda gender jelas bertolak belakang dengan segala sesuatu yang telah ditentukan syariat,” ungkapnya.
Sedangkan pembicara berikutnya aktivis HTI Medan, Afrida, SPd dalam orasinya menyoroti peran ibu dalam pembentukan generasi suatu bangsa.
“Ibu merupakan sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya, sosok sangat dekat serta pertama kali berinteraksi dengan anak,” tandasnya di hadapan ribuan peserta konferansi yang hadir dari berbagai daerah
Cari Nafkah
Orator lainnya, juga aktivis Sri Cahyo Wahyuni mengutarakan istri dan anak tidak diwajibkan mencari nafkah sendiri sebab nafkah ditanggung suami atau seorang ayah.
“Bila suami tidak dapat memenuhinya maka suami harus mencurahkan tenaganya membantu istri. Dengan demikian perempuan tidak memiliki baban ganda,” tukasnya sembari menjelaskan kewajiban istri mengelolaatau mengatur rumah tangga termasuk mengatur penghasilan suami sebijak mungkin sehingga kesejahteraan keluarga tercapai.
Sementara itu, Ketua Panitia Fitriana Yunilda menyatakan maraknya krisis moral antara lain narkoba, seks bebas (freesex), prilaku menyimpang, pelaku kriminal dan tindakan negatif lainnya di kalangan remaja atau generasi muda salah satunya disebabkan kelalaian ibu menjalankan fungsinya sebagai pengatur rumah tangga.
Karena itu, dalam momen hari ibu ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengharapkan dapat memberikan kesadaran pada perempuan akan pentingnya perannya sebagai pencetak generasi bangsa yang unggul.
Renggang
Dikatakannya, akibat ibu sering keluar rumah turut mencari nafkah menyebabkan hubungannya dengan anak menjadi merenggang sehingga anak menjadi tidak percaya dengan orangtuanya.
Lebih lanjut dikatakannya, perempuan mubah hukumnya bekerja mencari nafkah yang menyebabkan melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga.
Dalam kesempatan tersebut tujuan kegiatan Konferensi Politik Perempuan, paparnya, untuk memberikan kesadaran pentingnya peran ibu sebagai pencetak generasi pemimpin dunia.
Di acara ini juga menampilkan teatrikal bertajuk “Bunda” dibawakan teater Konspirasi yang membawa pesan harapan mendalam kepada para ibu menyumbangkan pemahaman Islam terbukti mampu melahirkan generasi pemimpin dunia. (aru)
Sumber: http://analisadaily.com/1-4.htm
Assalamualaikum wr wb. Saya seorang ibu rumah tangga dengan anak 4. Sejak sebelum menikah saya sudah berkarier. Dan tujuan saya berkarier hanya untuk mengasah otak/ilmu yang sudah didapat. Begitu menikah, suami mengijinkan saya tetap berkarier. Saya ingin menunjukkan dan membuktikan bahwa meski saya seorang ibu yang berkarier, anak2 saya yang 4 orang itu tidak akan terlantar hidupnya dan pendidikannya. Terbukti bahwa karier saya jalan, anak2 saya berprestasi disekolah, perilaku diluar sekolah juga alhamdulillah baik2 saja, agamanya juga Insya Allah baik2 saja, membaca Alquran lancar. Jadi menurut saya tidak masalah seorang ibu berkarier diluar rumah, selama bisa membagi waktu dan pertemuan dengan anak dan keluarga berkualitas.Ibu2 yang hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi pertemuan dan perhatian kepada anak tidak berkualitas, sama saja bohong. Perilaku anak diluar rumah (narkoba, pergaulan sex bebas dll.) jangan hanya ditimpakan beban kesalahan kepada Ibu2. Bapak, guru disekolah, masyarakat, mass media juga harus dilibatkan.
tulisannya bagus, ……tapi judul dgn isinya kok gak nyambung ya. trus sy mau tanya: klo hari ibu itu sesuai syariah tidk ya?
Dengan segala
kelemahlembutannya
Perempuan telah
mengukir dengan tinta emas
peradaban Islam
dan dunia…
Aku kangen Bunda…
Fikirkan!
Umar bin Abdul Aziz lahir dari seorang Ibu
Imam Malik lahir dari seorang Ibu
Imam Syafi’i lahir dari seorang Ibu
Ibnu Taimiyah Lahir dari seorang Ibu
dan jutaan generasi hebat yang pernah berperan menegakkan dan menjaga Islam sampai berjaya selama 13 abad di masa lalu…
juga lahir dari seorang Ibu…
pantaslah kalau dikatakan wanita itu tiang negara
sekarang…
adakah wanita yang mampu mencetak generasi hebat… sehebat ‘generasi 13abad’…
setelah sekulerisme menyeret wanita dari posisinya sebagai tiang menjadi korban peradaban…
wahai wanita pejuang Islam…
jangan pernah berhenti…
sampai Islam tegak dalam kehidupan sesuai janji Allah lewat lisan Rosul-Nya…
saat itulah wanita kembali menjadi tiang negara…
saat jutaan generasi hebat kembali lahir di bumi Allah SWT
Allaaahuakbar..
Fikirkan!
Assalamualaikum wr wb
Saya rasa islam tidak sepicik dan sekerdil itu memandang kaum perempuan.
Menurut saya, perempuan sah-sah saja untuk berkarir di bidang apapun selama itu baik menurut pandangan agama dan dengan tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga.
Sekarang ini banyak Super Mom yang berhasil dengan baik di rumah tangga dan karirnya, salah satunya Bu Painem yang berkomentar di atas.
Wassalam
zozi