Penyerang Ahmadiyah Misterius

BANDUNG — Umat Islam bingung, karena terus-terusan disudutkan sebagai ancaman dan pelanggar HAM, di saat pelaku penyerangan rumah dan tempat ibadah jemaat Ahmadiyah di Majalengka dan Kuningan, Jawa Barat, baru-baru ini, sosoknya misterius. Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat pun menilai mereka tidak jantan alias pengecut, sebab aksinya bersembunyi di balik topeng ala ninja.

“Itu tindakan tidak sportif dan sangat berbau provokasi. Aksi anarkis ini seperti ada yang merangkaikannya untuk membuat kekacauan, karena kalau jantan caranya tidak begitu. Saya berharap aparat kepolisian bersama pihak terkait lebih serius menanganinya, untuk menghindari konflik yang lebih jauh,” ujar Ketua MUI Jabar, KH Hafidz Usman, Selasa (25/12).

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Dade Achmad, menyatakan, hingga kini Polres Majalengka dan Kuningan masih memeriksa sejumlah warga terkait kasus penyerangan tersebut. Namun, penyerang bertopeng itu masih misterius atau belum teridentifikasi. ”Kami akan usut. Kalau terbukti, pasti bakal ada tersangkanya,” ujar Dade kepada Republika, tadi malam.

Sementara Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) meminta semua pihak, terutama pemerintah, tidak asal bicara terkait aliran Ahmadiyah atau peristiwa penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah di berbagai daerah di Indonesia. ”Terlebih kalau Ahmadiyah dikatakan bagian dari ajaran Islam,” kata Ketua Umum GUII, Habib Abdurrahman Assegaf, di Bogor, kemarin.

Ahmadiyah merupakan kelompok yang ngotot mengaku Islam tapi ajarannya keluar dari Alquran dan Hadist dengan mengangkat Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi terakhir, sehingga MUI menjatuhkan fatwa sesat. Namun Ahmadiyah menolak solusi damai untuk menjadi agama tersendiri agar tidak menodai kesucian akidah Islam. Sebelumnya, para pembela mereka memunculkan nama-nama dari kalangan non-Muslim. Tapi, setelah dikecam ikut campur dalam urusan agama lain, mereka mundur namun misinya menyerang Islam diambil alih oleh nama-nama atau kelompok berbau Islam.

Sengaja dibesarkan
Isu penyerangan Ahmadiyah sengaja di-blow up atau dibesar-besarkan agar proyek pluralisme agama dan toleransi agama yang mereduksi nilai Islam tetap jalan. Demikian diungkapkan Munarman, Ketua Umum Pusat Kajian dan Advokasi Umat An Nashr Institute, di Jakarta, kemarin.

”Aksi itu juga agar uang bantuan (dana program) yang jumlahnya puluhan miliar rupiah dari kapitalis asing, AS, Inggris, Australia, dan funding/lembaga dana zionis Yahudi tetap mengalir ke LSM dan komprador yang ada di perguruan tinggi serta instansi pemerintah,” ungkap Munarman.

Dijelaskan Munarman, dari sejarahnya, Ahmadiyah dibentuk dan dibina oleh Inggris untuk mengacaukan perlawanan umat Islam di India atas penjajahannya. ”Makanya setiap isu Ahmadiyah selalu di-back up habis oleh Barat dengan bungkus kebebasan beragama dan toloreansi. Yang jadi korban stigma justru mayoritas umat Islam dan MUI,” papar mantan Ketua YLBHI ini.

Menurut Munarman, itu karena Barat sedang melancarkan proyek liberalisasi dan de-akidah-isasi terhadap umat Islam melalui kaki tangan mereka. Mereka mendapat imbalan uang program berupa gaji bulanan. ”Saya punya beberapa dokumen yang memperlihatkan hubungan antara propaganda anti syariat Islam dan dana miliaran rupiah yang diterima oleh antek Barat ini,” tegas Munarman.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Usman Hamid, menjelaskan tentang posisinya yang ikut getol membela Ahmadiyah tanpa melihat penyesatan yang dilakukannya secara provokatif terhadap Islam. Ia hanya mengaku heran, masih ada pihak yang menggunakan kekerasan hanya karena perbedaan keyakinan.

Menjawab apakah Kontras ikut menerima dana dari dunia Barat atas imbalan proyek liberalisasi dengan bungkus toleransi umat beragama dan HAM, Usman menantang siapa pun untuk datang dan mengecek aliran dana yang masuk ke rekening lembaganya. n ren/ant/san/ade/osa/dri

Sumber: http://www.republika.co.id/koran.asp

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*