Perubahan Sosial: Jalan Militer atau Jalan Umat?

FKS 13 HTI Jawa Barat

“Kenapa Hizbut Tahrir tidak memiliki sayap militer? Padahal kekuatan global AS saat ini menggunakan 3 ’bahasa’ untuk menjajah, yakni politik, ekonomi dan militer? Bahkan AS memiliki anggaran militer sebesar 3 kali APBN Indonesia?” Demikian pertanyaan Kol (Purn.) Herman Ibrahim salah seorang peserta diskusi kepada KH Muhammad al-Khaththath dalam Forum Kajian Strategis (FKS) para tokoh di Jawa Barat pada Rabu malam (29/01). FKS ke-13 malam itu bertajuk “Muharram & Perubahan Sosial Menuju Masyarakat Islam”, selain al-Khaththath, hadir juga sebagai narasumber Drs. H. Djadja Djahari, M.Pd. (Ketua Umum PUI Jabar).

Ust. Al-Khaththath menjelaskan, bahwa Hizbut Tahrir menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan dalam berdakwah. Aktivitas yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat sebagai sebuah kutlah (kelompok dakwah) adalah aktivitas pemikiran dan politik, diantaranya mendakwahkan Islam, kemudian meraih dukungan ummat termasuk para pemimpin qabilah.

Al-Khaththath menambahkan, jika ummat dan orang-orang yang memiliki kekuatan serta pengaruh di masyarakat mendukung perjuangan penegakkan syari’ah dan khilafah, maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Siapapun –kecuali Allah—tidak akan mampu menahan keinginan ummat, termasuk militer, karena tentara dan para penjaga sistem kufur juga manusia yang memiliki perasaan, apalagi mereka juga banyak yang beragama Islam, tegasnya.

Al-Khaththath menambahkan, tercerahkannya penduduk Yatsrib (Madinah) dengan dakwah Islam sehingga kondusif ditegakkannya daulah (negara) berawal dari dukungan 2 orang pemuka (tokoh) Bani Abd al-Asyhal, yakni Sa’ad bin Muadz dan ’Usaid bin Hudhair setelah didakwahi oleh Mus’ab bin ’Umair. Olehkarena itu, sebelum tegaknya Daulah di Madinah menurut al-Khaththath, tidak ada aktivitas fisik (militer) yang dilakukan Rasulullah, walaupun pengikut Rasul menginginkannya. Yang ada hanya aktivitas pemikiran dan politik, diantaranya meraih dukungan para tokoh sebagai simpul ummat.

Sebagai contoh, menurut al-Khaththath, ketika penduduk Yatsrib—yang berjumlah lebih dari 80 orang–membai’at Rasulullah saw di malam ‘Aqabah, menyampaikan keinginannya untuk memerangi penduduk Mina (seluruh Jazirah Arab), Rasulullah saw berkata:

إني لم أؤمر بهذا

saya belum diperintahkan untuk itu

Selain itu al-Khaththath menambahkan, ketika para sahabat disiksa, Rasulullah memerintahkan para sahabat bersabar dan tidak memerintahkan untuk berperang. Aktivitas berperang (jihad) ofensif dilakukan setelah tegaknya Daulah di Madinah.

Namun demikian, ungkapnya, bukan berarti Hizbut Tahrir anti jihad. Hizbut Tahrir, menurut al-Khaththath, memandang bahwa jihad adalah kewajiban syar’i yang akan dilakukan ketika syara’ memerintahkan. Ketika negeri Islam diduduki oleh penjajah seperti Indonesia saat dijajah Belanda, atau Irak dan Afghanistan sekarang yang dijajah oleh pasukan AS dan sekutunya, dalam kondisi itu wajib (fardhu ’ain) hukumnya penduduk di daerah tersebut melakukan perang (qital) untuk mempertahankan negeri muslim. Demikian halnya juga jihad juga akan dilakukan dibawah naungan Khilafah sebagai bagian dari politik luar negeri dalam Islam.

Adapun, peristiwa ketika Sa’ad bin Abi Waqash diganggu kafir Quraisy ketika sedang melaksanakan shalat lalu terjadi perkelahian yang berakhir matinya dari kalangan kafir Quraisy karena dipukul tulang rahang unta, bukan merupakan dalil bolehnya kelompok dakwah (jam’ah) melakukan aktivitas fisik, tindakan Sa’ad adalah tindakan pribadi, bukan kelompok.

Walhasil, fokus Hizbut Tahrir saat ini adalah bagaimana caranya agar dapat meraih dukungan ummat termasuk tokoh sebagai simpul ummat, yang siap memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah Islamiyah, karena selain sesuai dengan contoh Rasul, juga begitulah realitasnya perubahan masyarakat itu terjadi. Wallahu A’lam. (Kantor Humas HTI Jabar)

13 comments

  1. Memang benar. Aktivitas saat ini ialah berdakwah pada ummat dan menyadarkan para pemimpin negeri, ya agar mereka sadar bahwa kita perlu kesatuan dalam bentuk NKRI.
    NKRI itu harga mati ! tidak bisa di tolerir ! tidak bisa compromise !
    NKRI=(Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah)

  2. iman ti bandung

    Fokus Hizbut Tahrir bersama para pendukungnya saat ini Insha Allah akan tetap konsisten dan konsekwen , meraih dukungan ummat termasuk tokoh sebagai simpul ummat yang siap memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah Islamiyah…

    Ya Allah Kokohkanlah!

  3. Faruq Almakassari

    Oleh karena itu ummat menunggu Sa’ad dan Usaid “baru”, dan Anshar “baru” yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan kepemimpinan disuatu wilayah yang berdaulat dan mau menyerahkannya kepada seseorang yang akan menegakkan Sistem/hukum Allah dan RasulNya yakni Sistem “NKRI” alias Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah. Hal yang demikian itu adalah perniagaan yang sangat menguntungkan. Jaminannya adalah Surga yang penuh dengan kenikmatan tiada tara…
    Hayo siapa mau…

  4. Yusuf Ismail

    tidak ada surga tanpa dakwah….
    ALLOHU AKBAR!!!!

  5. ghiza mursyida

    Sejarah telah membuktikan bahwa perubahan yang mendasar, hanya bisa dilakukan dengan jalan ummat, yakni dukungan masyarakat termasuk para tokoh dan ahlul quwwah, bukan dengan jalan parlemen apalagi militer. Olehkarena itu, langkah HTI sudah tepat…yang penting adalah KONSISTEN terhadap uswah Rasulullah saw, jangan sampai bergeser sedikitpun, karena kehancuran partai diantaranya karena tidak tsiqqoh terhadap perjuangan Rasulullah…contohnya, partai-partai (yang katanya) Islam sekarang ini. Semoga Allah tetap bersama kita…

  6. Saya salut dengan Hizb yg konsisten mengikuti thoriqoh dakwah Rasulullah. Prinsip NON KEKERASAN yg dipegang hizb sungguh merupakan benteng yg kokoh bagi hizb dalam menghadapi zaman yg penuh fitnah ini.
    Pernyataan “Kenapa Hizbut Tahrir tidak memiliki sayap militer? Padahal kekuatan global AS saat ini menggunakan 3 ’bahasa’ untuk menjajah, yakni politik, ekonomi dan militer? Bahkan AS memiliki anggaran militer sebesar 3 kali APBN Indonesia?” Demikian pertanyaan Kol (Purn.) Herman Ibrahim”. merupakan sebuah jebakan agar hizb melepaskan prinsip NON KEKERASAN-nya & agar hizb menganggkat senjata. Jika itu terjadi maka saya yakin Hizb akan diberangus oleh militer pemerintah dengan tuduhan ‘Islam Garis Keras’ atau ‘Kelompok Teroris’.
    Untuk itu Hizb harus tetap konsisten dengan prinsip NON KEKERASANnya. Tapi bukan berarti hizb anti jihad, jihad dengan senjata untuk pembebasan Islam hanya akan ada setelah Negara Khilafah tegak.

  7. ya allah balut kami dalam kelembutan hati dengan perjuangan tanpa kekerasan . . .

  8. Limanov Al-Jawy

    Alhamdulillah, setahap demi setahap marhalah dakwah kita jalani dan saat ini kita harus konsent menapaki marhalah tholabun nushroh, sehingga selangkah lagi kita akan menuju isti’lamul hukmi dan saat itulah KHILAFAH akan MEMIMPIN DUNIA dengan SYARIAH.

  9. waspadai setiap bentuk propaganda untuk menjebak pejuang Islam. tetap konsisten dengan thariqah Rasul adalah jalan terbaik. Dakwah rasul sebagai bukti nyata bahwa Islam bisa ditegakkan tanpa kekerasan, yaitu dengan merubah pemikiran ummat secara mendasar…semoga Hizb tetap konsisten. Allahu akbar!!!!

  10. Assalamualaikum.

    Afwan, tapi saya pikir persiapan untuk membentuk kutlah yang concern pada pembinaan jasady dan ‘asykary mutlak dibutuhkan sebagai suatu antisipasi terhadap tribulasi fisik yang tak diharapkan terjadi pada dakwah dan pelaku dakwah yang bisa mengancam eksistensi dakwah dan pelakunya,yang pada saat itu terjadi pastilah syara’ pun menuntut kita membela, sebagai mana Rasulullah membina para sahabat berlatih fisik dan strategi perang dalam rangka menunggu perintah jihad dari langit, dan Rasulpun membentuk angkatan-angkan perang kecil yang disebut Saroya jadi belum adanya tribulasi fisik bukan berarti umat berleha-leha untuk tidak bersiap-siap sebagaimana dalam Alqur’an menyuruh kita untuk selalu bersiap-siap dengan segenap kekuatan balatentara dan angkatan perang untuk melawan musuh yang suatu saat pasti akan datang menyerang yang hanya Allah yang tahu siapa dan kapan mereka kan menyerang

  11. abu mujahiddah

    segala sesuatu itu melalui proses…ada proses yang harus di lalui..ada fase2 tertentu yang mau ga mau harus di lalui….seperti saat ini…kita ada dalam fase pembentukan karakter umat yang kaffah…yang sesungguhnya…apabila suatu saat Alloh kehendaki…maka perjuangan kita pasti akan berakhir pada terwujudnya cita2 kita bersama…maka untuk itu jangan pantang menyerah….maju terus…Allohu Akbar3x..

  12. Assalamlkm
    kepada akhi zulkifli, saya sepakat bahwa pembinaan jasady memang diperlukan dalam rangka i’dad jika memang ada hal hal yg tidak diinginkan seperti terjadinya tribulasi fisik atau serangan (penjajahan) terhadap wilayah yang kita diami.

    tetapi pembinaan jasady seharusnya dilakukan hanya oleh individu individu dalam suatu kutlah. namun bukan fokus utama dari kutlah itu sendiri.

    fokus utama kutlah haruslah tetap pada pemikiran dan politik, tidak bisa dan tidak boleh disimpangkan perhatian utamanya pada kedua hal berikut.

    karna inti dari dakwah adalah bagaimana mengubah perasaan dan pemikiran agar keduanya tunduk kepada Allah swt.

    pemikiran juga perasaan pada diri individu tidak akan pernah berubah kecuali disentuh melalui pemikiran dan perusahaan pula.

    sebab akan percuma menyentuh pemikiran dan perasaan dengan jalan pedang atau butir peluru avtomatni kalashnikov47.
    wallahualam.

    saudaramu yang mencintaimu karna Allah (kumis29)

    wasslamkm

  13. Belajar beladiri memang sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim, yah mungkin karena zaman sekarang yang serba modern dan melenakan sehingga kita jadi enggan untuk belajar ilmu beladiri dan juga mungkin karena kita beranggapan dah ada polisi dan tentara yg menjaga wilayah/negeri ini shg ga perlulah belajar beladiri. Yup hilangkan anggapan sprti itu, ada tidak ada polisi kita harus belajar beladiri namun dalam konteks individu masing2 bkn dalam lingkup kutlah sebagaimana yg dikatakan Bang Kumis29:) “pembinaan jasady seharusnya dilakukan hanya oleh individu individu dalam suatu kutlah. namun bukan fokus utama dari kutlah itu sendiri”.
    Saya juga sangat sepakat dengan Bang kumis29:) bahwa fokus utama kutlah haruslah tetap pada pemikiran dan politik, tidak bisa dan tidak boleh disimpangkan perhatian utamanya pada kedua hal berikut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*