Militer China Kian Mengancam

BeijingChina tahun ini akan meningkatkan anggaran militernya sebesar 17,6 persen menjadi 417,8 miliar yuan atau sekitar Rp 520 triliun. Sekalipun China menjelaskan kenaikan anggaran ini untuk meningkatkan gaji, latihan, dan kualitas peralatan, tetapi peningkatan ini dianggap ancaman bagi kawasan, terutama bagi Taiwan.

Pejabat Kongres Rakyat Nasional (Parlemen), Jiang Engzhu, Selasa (4/3) di Beijing, saat mengumumkan kenaikan anggaran militer ini menegaskan, China tetap pada jalan perdamaian. Kenaikan anggaran ini digunakan untuk meningkatkan gaji tentara, memperbaiki pelatihan, dan meningkatkan peralatan militer. Namun, Jiang juga memperingatkan Taiwan bahwa China tak akan tolerir dengan pemisahan.

China terus menerapkan kebijakan pertahanan nasional di mana pertahanan menjadi pertimbangan utama,” ujar Jiang dalam jumpa pers. “Kemampuan militer China yang terbatas sepenuhnya digunakan untuk menjaga kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah. Tak akan digunakan untuk mengancam negeri mana pun,” katanya.

Pihak AS melihat kenaikan anggaran militer China ini kemungkinan ditujukan untuk menghadapi Taiwan. Pemilihan presiden Taiwan pada 22 Maret diikuti saksama oleh Beijing. Presiden Chen Sui-bian berniat mengadakan referendum berkaitan keinginan Taiwan menjadi anggota PBB bersamaan dengan pelaksanaan pemilu presiden.

China tetap menganggap Taiwan sebagai wilayahnya yang membelot sejak berlangsung perang sipil tahun 1949. Beijing bertekad merebut Taiwan, kalau perlu menggunakan aksi militer. Jiang kemarin menegaskan, situasi di Selat Taiwan suram dan kompleks.

Ia menegaskan, China sepenuhnya siap memukul setiap aktivitas petualangan menuju kemerdekaan Taiwan. China juga siap mencegah siapa pun yang memisahkan Taiwan dari China dengan nama apa pun atau cara apa pun. China tak pernah mentoleransi pemisahan Taiwan.

Dominasi Selat Taiwan

Departemen Pertahanan AS, Pentagon, Senin, menuduh China mengembangkan senjata yang bisa menaklukkan teknologi ruang angkasa lawan dan mengingatkan keseimbangan kekuatan di Selat Taiwan yang kini kian didominasi militer China.

Jepang juga mengatakan keprihatinannya berkaitan peningkatan anggaran militer China dan perlunya Beijing lebih transparan soal anggaran militernya.

Xu Guangyu, mantan perwira Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan kini bekerja di Asosiasi Pelucutan dan Kontrol Senjata China, menegaskan, kenaikan anggaran diperlukan dan bukan suatu yang perlu ditakuti.

Tuduhan Pentagon ini membuat Kementerian Luar Negeri China marah yang dikatakan sebuah distorsi fakta-fakta yang serius. “China sepenuhnya menolak dan menegaskan kepada AS bahwa hal ini tidak baik untuk hubungan bilateral kedua negara,” ujar Qin Gang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China kepada wartawan. “Kami meminta AS membuang mentalitas Perang Dinginnya,” ujarnya. (Reuters/AFP/ppg)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*