Kegiatan Muslimah DPD-I Kalimantan Selatan
”Kekerasan Terhadap Perempuan, Akankah berakhir?” demikianlah tema yang diambil dalam kegiatan Diskusi Muslimah yang diselenggarakan oleh DPD I Kalimantan Selatan Muslimah Hizbut Tahrir
Alhamdulillah, acara berlangsung sukses. Dihadiri oleh sekitar 80 peserta yang terdiri dari para muballighoh, Organisasi wanita Kalsel, Tim penggerak PKK, Anggota Dharma wanita, BPMP Kal-sel dan staf pengajar perguruan tinggi di Kal-sel. Acara dibuka oleh Ibu Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Hj. Aida Muslimah SE, mewakili ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Kal-sel sekaligus bertindak sebagai keynote speaker.
Sessi diskusi berlangsung hangat dipandu oleh Nasta Qonita S.Pd dengan menghadirkan dua Pembicara. Bertindak sebagai pembicara pertama Dra. Hj. Masyithah Umar M.Hum yang saat ini menjabat sebagai Pembantu rektor III Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Antasari, Ketua Women and Child Crisis Centre Kal-sel, Pengurus MUI Kalsel dan Dalam paparannya Pembicara I mengatakan bahwa maraknya Kasus kekerasan terhadap perempuan utamanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga dikarenakan banyak faktor diantaranya lemahnya keimanan, kondisi keluarga yang tidak harmonis, juga masih terjadi diskriminasi jender di masyarakat. Beliau juga menyampaikan dalam penyelesaiannya muslimah harus kembali kepada Al-Quran karena itu seharusnya Al-Quran tidak hanya sekedar dibaca namun juga diamalkan, “jika perlu mungkin bisa difasilitasi dengan membentuk modul-modul keluarga sakinah. Dengan begitu setiap keluarga dapat berperilaku secara benar dan sesuai syariat” imbuhnya.
Sebagai pembicara kedua Ir.Hj.Ishmah Cholil dari DPP HTI. Beliau menyampaikan bahwa isu kekerasan marak terdengar bersamaan dengan masuknya agenda jender yang di kampanyekan di negeri ini. Beliau mengungkapkan agenda jender sarat dengan upaya liberalisasi. Sebagai contoh beliau mengungkapkan “mengapa dalam UU No.23 tahun 2004 tentang PKDRT seorang suami yang memaksa isteri untuk melayani dirinya terkategori tindak kekerasan namun pada saat yang bersamaan suami yang jajan diluar tidak terkategori tindak kekerasan dalam Undang-undang tersebut?.
Beliau menghimbau agar kaum muslimin lebih waspada, peka dan jeli dalam melihat setiap misi terselubung dari program-program yang ditawarkan oleh Barat yang terkesan manis. Beliau juga mengungkapkan bahwa kapitalisme adalah biang kerok dari semua persoalan yang ada di negeri ini termasuk persoalan kekerasan terhadap perempuan. “Kembali kepada Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara adalah solusi atas persoalan perempuan saat ini” tandasnya.
Acara diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Dra.Hj.Norsehat . (Zidny Alya, Fatimah, DPD I Kal-sel Muslimah HTI)
Foto-foto Acara:
Pembicara 1 Dra. Hj. Masyithah Umar, M.Hum (PR III IAIN dan pengurus MUI Kalsel) Pembicara 2 Ir. Hj. Ishmah Cholil (Mubalighoh dan anggota DPP HTI), Moderator Nasta Qonita, S.Pd
Hj. Gusti Muzainah, SH, M.Hum (Dharma Wanita FH Unlam)
Tokoh Pengadilan Tinggi Agama
Hj. Siti Maryam, MM (Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan)
Kenang-kenangan dari Panitia kepada Pembicara
dari kiri-kanan: Ibu wakil Gubernur Kal-sel, Dra.Hj.Masyithah Umar M.Hum (pembicara I), Ir. Hj. Ishmah Cholil(Pembicara II) dan Dafina Nursyarifah S.Pd (Ketua panitia)
Foto bersama sebagian peserta dengan Ibu wagub dan pembicara.
Alhamdulillah, acara berlangsung sukses.
Ibu-ibu tetap semangat ah…
Iya bu jangan tertipu jargon2 asing…..
wah ibu2 ini hebat2 y, bs jd mertua yg baik jg nih…
Iya bu jangan tertipu jargon2 asing…..
wah ibu2 ini hebat2 y, bs jd calon mertua yg baik jg nih…
“Kekerasan terhadap perempuan, akankah berakhir?”, sungguh ungkapan ini merupakan sebuah ungkapan keprihatinan yang mendalam akan fenomena kehidupan perempuan sekarang. Kemulian dan kehormatan perempuan menjadi ‘hal yang sangat murah harganya’dalam sistem kapitalis saat ini, perempuan tidak lebih hanyalah ‘barang komoditi’ yang menguntungkan bagi kapitalis. Perisai-perisai pelindung (batas2 pergaulan) perempuan dicampakkan dan diganti dengan slogan menyesatkan yaitu kesetaraan gender.Perempuan kerap mendapat perlakuan diskriminatif dalam bidang-bidang kehidupan. Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga menjadi’hal yang biasa terjadi’. Aksi kriminalitas (asusila) terhadap perempuan terus berlanjut tanpa pandang bulu (anak2, pelajar, bahkan nenek2 sekalipun, bahkan terhadap mayat perempuan sekalipun kerap terjadi). Dan masih banyak lagi aksi-aksi kekerasan terhadap perempuan yang kerap terjadi dalam setiap lini kehidupan.
Dalam Islam, perempuan merupakan sosok yang sungguh sangat dimuliakan, perempuan adalah sosok cahaya di atas cahaya dan sebaik-baik perhiasan didunia, tanpa perempuan dunia ini akan gelap gulita. Sehingga wajar ketika seorang muslimah diganggu kehormatannya oleh tentara romawi, khalifah Al-Mutashin Billah -seorang Khalifah Abbasiyah yang hidup pada abad IX M- sampai mengerahkan puluhan ribu tentara untuk menyerang kekaisaran Romawi. Berbeda dengan saat ini, tidak ada satu kekuatan pun yang bisa melindungi kehormatan wanita secara kaffah. Sejarah peradaban Islam dalam sistem ke khilafahan telah dengan jelas memuliakan dan menjaga kehormatan perempuan. Sejarah telah membuktikan itu, so tunggu apalagi mari kita tegakkan khilafah sekarang juga!!! Ok
Jujur bu, pian2 keren banar..!
Tetep semangat ibu-ibu.
Kita berjuang bersama-sama.
anti berjuang kepada ukhti
anta berjuang kepada akhi