Kalau Kartini Masih Hidup
Dalam buku Kartini yang fenomenal berjudul Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang, ibu kita saat itu menuliskan kegelisahan hatinya menyaksikan wanita Jawa yang terkungkung adat sedemikian rupa. Tujuan utama beliau menginginkan hak pendidikan untuk kaum wanita sama dengan laki-laki, tidak lebih. Ia begitu prihatin dengan budaya adat yang mengungkung kebebasan wanita untuk menuntut ilmu.
Menurut Kartini, ilmu yang diperoleh para wanita melalui pendidikan ini bukanlah sebagai sarana untuk sekedar menang-menangan dengan laki-laki. Tapi lebih sebagai bekal mendidik anak-anak kelak agar menjadi generasi berkualitas. Bukankah anak yang dibesarkan dari ibu yang berpendidikan akan sangat berbeda kualitasnya dengan mereka yang dibesarkan secara asal? Inilah yang berusaha diperjuangkan Kartini saat itu.
Kartini memang sempat kagum dengan kemajuan yang dicapai oleh wanita Barat. Karena kebetulan saat itu yang menjadi teman koresponden beliau adalah wanita-wanita dari negeri Belanda. Tapi jangan lupa lho, ada perubahan pemikiran pada diri Kartini setelahnya ketika ia mengatakan dalam tulisannya: “Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradapan?. Artinya bahwa budaya Barat bukanlah menjadi parameter keberhasilan dalam membentuk sebuah peradapan baru yang bermutu”
Sungguh , ibu kita Kartini pasti menangis dengan teramat nelangsa apabila beliau tahu apa yang dilakukan wanita-wanita sekarang dengan mendompleng nama besar perjuangannya. Lihatlah wanita-wanita yang terserak di jalan-jalan dengan dandanan menor dan baju mini atas nama emansipasi. Mereka meninggalkan kewajiban serta fitrahnya sebagai wanita.
Sedangkan mereka, para muslimah yang memilih setia manjadi ibu rumah tangga lebih banyak dicibir karena dianggap tidak produktif. Makna produktif di sini adalah segala sesuatu yang dapat menghasilkan uang dan dapat dinilai secara materi.
Sangat disayangkan jika sudah tahu cita-cita Ibu Kartini saat beliau masih hidup dibandingkan dengan fakta yang kita lihat sehari-hari. Dan juga ada apa sih sebetulnya di balik ide emansipasi wanita itu. Ternyata dengan ide ini, bukannya membawa perbaikan nasib semakin terpuruknya ke lembah yang bernama eksploitasi. (DINA; Komunitas Penulis
Wahai kaum Muslimah…
Banggalah dengan menjadi Umu wa Robbatul Bayt
Yang akan melahirkan generasi Pejuang Islam yang tangguh.
sepikiran dengan teh ayi_tk,muslimah(ibu)adalah pencetak generasi pejuang,,,,jadi jgn kau sia-siakan peran itu,sungguh kau lebih terhormat pabila bisa menjadi Ibu yang dapat mendidik anak-anak antuna menjadi anak2 yg soleha&soleha,dan bisa mengatur rumah taNgga dengan baik.
Foto Ibu Kita Kartini yang sekarang beredar luas sesungguhnya belum di “revisi”
Foto yang asli sejatinya, Ibu Kita ini berkerudung…
Sepakat … Emansipasi atau kesetaraan jender justru ide2 yang ditolak Kartini. Memperjuangkan ide2 tsb sama dengan melecehkan perjuangan Bu Kartini. bukan begitu?
Seandainya muslimah tahu perjuangan ibu kita Kartini, yang beliau juga belajar AQ kepada kyai sampai juz ke 13, namun keburu kembali ke hariba’an, pastinya tiap tgl 21 April peringatannya yang ditonjolkan bukan berpakaian adat atau tuntutan emensipasi wanita. Tapi berkaca dari perjuangan beliau bahwa seorang muslimah memang punya peran besar dalam mencetak generasi pejuang syariah yang nanti dapat menyelamatkan dunia dan akhirat.
Menjadi ibu adalah posisi yang mulia,menciptakan generasi2 Islam ada di tangan mu wahai ibu..!.Wanita Sholeha Perhiasaan Pria yang bertaqwa dan teman sejadi para mujahidin.
apasih emansipasi?
jangan gadaikan generasi Islam atas nama emansipasi!
wah ibu2 sekuler udah mau bikin sensasi sama seperti bapak2 nih, ibu2 emang udah diciptakan Allah mencetak generasi unggulan berkepribadian islam, bukan bak artis kaya selebritis itu kerjanya cuma cetak generasi calon neraka. mau nggak ibu, ya jelas tidak lah, kan pasti gitu. udah ibu2 manusia yang dimuliakan Allah, coba bayangkan kalau anak ibu2 jadi ulama, dikuburan nanti pahala seperti hujan salju yang tak pernah berhenti. selamat buat ibu2 pencetak para syuhada penegak khilafah dan penerap syariah…..
Sepakat dengan penulis bahwa kedudukan ibu RT mulia krn pencetak generasi selanjutnya untuk menciptakan mujahid dan mujahidah. Inilah cita – cita kartini sesungguhnya
Door Duisternis Tot Licht=”Minadz dzulumâti ilan Nûr” ?
Untuk comment no.3, kita jangan ber-andai2 lah…
Kita menghukumi sesuatu yang lahiriah/faktual saja….
Kalau memang Kartini tdk berkerudung, ya sudah …
Mungkin kartini akan menangis…melihat wanita-wanita yang mengaku meneruskan perjuangannya, dengan dalih emansipasi… Padahal Islam Memuliakan perempuan…
So, untuk apa emansipasi???