[EDISI 403] Indonesia terus berusaha dicengkeram oleh kekuatan negara besar, terutama Amerika Serikat (AS). Salah satunya adalah dalam kasus Namru 2 (Naval Medical Research Unit 2). Namru 2 merupakan unit kesehatan angkatan laut AS yang berada di Indonesia untuk mengadakan berbagai penelitian mengenai penyakit menular. Dalam website resminya disebutkan bahwa program Namru 2 adalah melakukan pengembangan penyakit-penyakit tropis untuk kepentingan kesehatan dan keamanan anggota angkatan laut dan marinir AS. Namru 2 juga mendirikan laboratorium lapangan di Jayapura, Papua, dengan fokus mengembangkan nyamuk malaria. Dilihat dari tujuannya jelas sekali bahwa Namru 2 ini hanyalah diperuntukkan bagi kepentingan AS.
Isu terkait Namru ini sudah lama beredar di kalangan tertentu. Namun, baru saat ini terkuak. Namru 2 ada sejak ada perjanjian antara Indonesia dan AS pada 16 Januari 1970. Ternyata, sejak berdirinya, lembaga tersebut tidak pernah berhubungan dengan Departemen Kesehatan. Karenanya, wajar jika ada yang menyimpulkan bahwa lembaga tersebut merupakan lembaga intelijen AS berkedok pusat penelitian kesehatan (ANTV, 16/4/08). Bahkan, Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Syamsir Siregar mengatakan: ‘Didalam lembaga penelitian Namru ada intelijennya’ (TopikPetang ANTV, 24/4/08).
Di Balik Namru 2
Ada beberapa hal yang patut dicermati. Pertama: keberadaan Namru 2 selama 38 tahun tidak transparan. Seperti dilaporkan banyak pihak, lembaga riset medis angkatan laut AS tersebut tidak pernah melaporkan hasil penelitian kesehatan selama ini di Indonesia (Media Indonesia, 22/4/2008). Bahkan Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadilah Supari beberapa waktu lalu hampir-hampir tidak diperkenankan memasuki laboratorium Namru 2 tersebut. Padahal lembaga tersebut sejatinya berada dalam aset milik Departemen Kesehatan. Apa yang mereka lakukan dan sejauh mana hasilnya tidak diberikan kepada Indonesia. Barulah setelah masyarakat Indonesia mempersoalkannya mereka membolehkan media massa untuk meliputnya. Itu pun harus ada ijin khusus dari Kedutaan Besar AS. Karenanya, pada satu sisi Namru 2 tidak memberikan keuntungan bagi Indonesia, dan pada sisi lain bukan hal aneh jika lembaga tersebut dijadikan kedok sebagai intelijen untuk mengumpulkan informasi terkait genetika, peta penyakit, pengembangan vaksin, dll. Pada masa depan hal ini akan berbahaya. Sebab, dapat dijadikan dasar dalam pengembangan senjata biologis.
Kedua: Namru 2 disebut sebagai lembaga penelitian kesehatan, tetapi mengapa personilnya dari angkatan laut AS? Barangkali jawabannya adalah karena Indonesia ini negara maritim. Kalau demikian, maka yang menjadi persoalan bukan kesehatan, melainkan wilayah Indonesia itu sendiri. Apalagi jika apa yang dinyatakan beberapa kalangan bahwa salah satu aktivitasnya adalah meneliti alur laut Indonesia. Lalu hal penting lagi adalah bagaimana mungkin angkatan bersenjata AS (dalam hal ini 60 personil angkatan laut) hidup secara ‘asyik-masyuk’ di wilayah Indonesia yang berdaulat? Bukankah ini lebih merupakan tindakan membiarkan adanya ‘pasukan’ asing di dalam negeri?
Ketiga: dalam praktiknya, sesuai dengan perjanjian tahun 1970: (1) seluruh peneliti dan staf Namru 2 yang berkewarganegaraan AS diberikan kemudahan-kemudahan dan kekebalan diplomatik layaknya diplomat; (2) dibebaskan dari pajak dan disediakan tempat tinggal oleh Pemerintah Indonesia; (3) seluruh fasilitas yang dibawa masuk untuk keperluan Namru 2 dibebaskan dari pajak. Sungguh, ini merugikan Indonesia. Bahkan dengan kondisi seperti ini, Indonesia tidak tahu apa yang mereka bawa ke luar negeri dan apa yang mereka datangkan dari luar negeri. Mereka bersikap arogan dengan alasan kekebalan diplomatik. Padahal kekebalan diplomatik hanyalah diperuntukkan bagi utusan/duta besar. Anehnya lagi, sampai saat ini, yang diijinkan diberi kekebalan diplomatik maksimal 2 orang (direktur dan wakilnya). Namun, mereka tetap meminta semuanya memiliki kekebalan diplomatik. Lalu ada apa sampai harus ngotot meminta kekebalan diplomatik? Di negara mana ada kekebalan semacam itu? Pasti, ada sesuatu di balik itu, yang kalau suatu waktu ketahuan akan berlindung di balik istilah kekebalan diplomatik.
Keempat: perjanjian berakhir tahun 2005. Sejak 1998 pihak Dephan meminta Namru ditinjau ulang. Namun, aktivitasnya terus berlangsung. Bahkan pihak AS menghendaki ’kerjasama’ dilanjutkan. Hal yang aneh adalah, seperti diberitakan media massa, beberapa pejabat terkait seperti Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Kesehatan dan kepala BIN sepakat mempertanyakan keberadaan Namru 2. Namun, justru telah dikirimkan draft memorandum understanding (MoU) dari Indonesia ke AS. Artinya, nadanya memang dilanjutkan. Mengapa ini terjadi? Ada dua kemungkinan. (1) Ada tekanan dari pihak AS. Hal ini ditunjukkan dengan kedatangan Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, ke Indonesia pada akhir Februari 2008 untuk membahas keamanan maritim. Juga, kedatangan Laksamana Timothy J Keating, Panglima Angkatan Laut AS wilayah Asia Pasifik, awal April ini. Pada 23 April 2008, kapal induk AS dari Armada Ketujuh, USSB Abraham Lincoln, berada di selatan Selat Sunda. Lalu Menteri Kesehatan AS Michael Okerlud Leavitt menyatakan AS menolak syarat Menteri Kesehatan Indonesia. Jika kesepakatan tidak tercapai, hal itu dianggap sebagai ketidakbersediaan Indonesia berpartisipasi dalam sistem influenza WHO (Koran Tempo, 28/4/2008). Inilah tekanan dari mereka kepada pemerintah Indonesia.
Kemungkinan (2), persoalan Namru 2 adalah persoalan interdepartemen. Padahal seperti telah disebutkan, departemen-departemen terkait cenderung untuk menolak kelanjutan aktivitas Namru 2. Jadi, sebagaimana disinyalir oleh banyak media, ada orang di lingkaran atas yang menjadi agen asing.
Introspeksi
Wahai kaum Muslim! Marilah kita membaca firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil sebagai teman kepercayaan kalian orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa saja yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami) jika saja kalian memahaminya (QS Ali ’Imran [3]:118).
Terkait dengan ayat di atas, Imam Jalalain dalam tafsirnya menyatakan, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil sebagai bithanah (orang-orang yang dijadikan teman kepercayaan hingga mengetahui rahasia kalian) dari orang-orang yang di luar kalangan kalian (Yahudi, Nasrani, dan munafik) karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemadaratan bagi kalian (kerusakan bagi kalian). Mereka menyukai (menginginkan) apa yang menyusahkan kalian (dharar yang luar biasa). Telah nyata kebencian (permusuhan) dari mulut mereka (dengan melakukan pada diri kalian dan mengungkapkan rahasia kalian), dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka (berupa permusuhan) adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat Kami (tentang permusuhan mereka) jika saja kalian memahaminya (maka janganlah engkau menjadikan mereka sebagai wali/pelindung/penolong).”
Imam Ibnu Katsir memaknainya dengan makna senada.
Jadi, kaum Muslim dilarang menjadikan orang-orang kafir dan munafik sebagai bithanah. Fakta-fakta Namru 2 menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan yang diperoleh darinya bagi umat ini. Hal ini dapat dimengerti karena sejak awal mereka membentuk lembaga ini untuk kepentingan dan keamanan mereka sendiri. Pada sisi lain, dalam jangka panjang, mereka akan mengetahui berbagai rahasia penting dalam negeri, termasuk peta DNA, peta penyakit yang ada di Indonesia, dll untuk kepentingan masa depan mereka. Bayangkan, dengan senjata biologis dapat dihancurkan hanya manusia-manusia dengan model DNA tertentu yang dikehendaki. Apalagi, dalam Diskusi Terbatas (25/4/2008) pengamat intelijen Indonesia Wawan Purwanto mengatakan Namru pernah mengambil sampel darah dari para prajurit Indonesia.
Karena itu, hanya satu pilihan: Hentikan operasi Namru 2 di Indonesia! Jika tidak, umat Islam hanya akan semakin dicengkeram dan dijerat oleh AS. Kami mengingatkan bahwa Allah SWT telah mengharamkan orang-orang kafir untuk menguasai kaum Muslim.
وَلَنْ يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً
Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang Mukmin. (QS an-Nisa’ [4]: 141).[]
Komentar:
Pemerintahan Bush “Rekayasa” Pengadilan Para Tersangka Terorisme (Eramuslim.com, 29/4/2008).
Ingat! Sejak awal pun isu terorisme memang hanya rekayasa AS.
Hentikan operasi Namru 2 di Indonesia!
Haram mengambil sebagai bithanah (orang-orang yang dijadikan teman kepercayaan hingga mengetahui rahasia kalian) dari orang-orang yang di luar kalangan kalian (Yahudi, Nasrani, dan munafik) di bidang apapun.
contohnya saja sudah banyak, seperti:
Kerjasama antara pemerintah dengan Freeport di bidang pertambangan yang sangat-sangat merugikan.
Kerjasama antara pemerintah dengan exxon mobile di bidang Sumber Daya Alam yang juga sangat merugikan.
Lalu sekarang kerjasama di bidang kesehatanpun jelas tidak ada keuntungan apapun yang dihasilkan yang ada malahan kemudharatan.
Jelas Pemerintah tidak memperhatikan peringatan dari Allah SWT yang telah melarang kerjasama dengan orang Yahudi, Nasrani dan Munafik sehingga bangsa ini keadaanya semakin terpuruk, hancur dan tidak memiliki kekuatan sedikitpun dimata asing, oleh karena itu hentikan kerjasama dengan orang kafir sekarang juga agar Indonesia menjadi lebih baik.
Terapkan Syariah Islam di Bidang Kesehatan
Insya Allah bangsa ini akan sehat dan sejahtera.
bukan tidak mungkin Namru 2 merupakan agen penyebar wabah penyakit seperti AIDS, flu burung, dsb.
dimana kedaulatan pemerintah RI????
Hentikan Namru 2 sekarang juga!!!Allahuakbar!!
umat islam harus Pe-De dengan apa-apa yang mereka miliki sebagai refleksi dari aqidah islamiyah yang ideologis, bongkar, lawan dan hentikan aktivitas apa saja yang serupa namru 2, bersatu tegakkan khilah islamiyah, Allah bersama kita, ALLAHUAKBAR, .. ALLAHUAKBAR.., ALLAHUAKBAR….!
Hanya dengan pemerintahan Islam-lah cengkeraman negara-negara kafir di negeri-negeri Muslim dapat terlepaskan.
Hanya dengan pemimpin Islamis sajalah yang dapat menghentikan kegiatan mata-mata, kejahatan, dan pemurtadan oleh kaum kafir laknatullah di negeri-negeri muslim.
Tidak ada jalan lain, hanya dengan DAULAH KHILAFAH RASYIDAH bersama KHALIFAH-nya yang mampu membebaskan negeri-negeri muslim dari cengkeraman negara kafir!
Allahu Akbar!
inilah ciri khas negara ideologis yg tegak diatas ideologi tertentu. jika ideologi negaranya kapitalis-sekuler, maka di luar dirinya mrp santapan yg paling lezat. yang harus direbut dg segala cara, meski merusak kehormatan manusia. tapi jika ideologi sebuah negara adlh islam, maka di luar dirinya harus dapat merasakan keagungan dan rahmat islam yg diturunkan Allah Sang Penguasa Semesta
Hm…satu lagi artikel yg bernada konspirasi tapi sebenarnya hanya paranoia Amerika Serikat tanpa bukti yang jelas.
Saya tunjukkan kenapa saya beralasan demikian, sesuai empat alasan yang dikemukakan.
Pertama: Namru transparan. Selama ini mereka adalah kolaborator dekat litbangkes. Penelitiannya juga dipublish di jurnal internasional. Sering juga nama penulis kita masuk di jurnal itu. Masalah menteri yang tidak bisa masuk itu normal. Kenapa? Karena wilayah namru adalah wilayah khusus, sesuai perjanjian yg dibuat tahun 1970. Sama dengan kedutaan besar manapun, walaupun lokasinya di Jakarta, untuk masuk ke dalamnya tentu perlu proses. Toh, menkes juga akhirnya boleh masuk.
Keuntungan tidak ada? Ada. Saya bisa list beberapa dan ini didapat dari situs litbangkes: mereka membantu melatih personil depkes mendiagnosis flu burung, mereka pernah memabantu mengatasi wabah malaria di jawa, mereka juga sedang mencoba mengembangkan sistem deteksi KLB dengue, yang pada akhirnya menguntungkan kita. Bahkan, pendirian namru diawali dengan bantuan US mengatasi wabah penyakit pes di Boyolali.
Kedua: Kenapa personilnya angkatan laut? Karena angkatan laut yang punya interest dan ini normal untuk semua angkatan laut (kita dan singapura juga punya divisi medis, bisa dilihat di opini Kompas 2 hari yg lalu). Interestnya apa? Menjaga keselamatan personil, karena angkatan laut sangat mungkin bepergian ke daerah tropis. US adalah daerah subtropis, jadi departemen kesehatannya tentu lebih memusatkan penelitian ke penyakit subtropis. Dengue contohnya, tidak merebak di US. Tentunya, interest menjaga keselamatan personil ini bisa disatukan dengan interest Indonesia menjaga kesehatan masyarakatnya. Itulah salah satu alasan Namru berdiri.
Btw, mereka hanya ada 19, bukan 60.
Ketiga: kekebalan diplomatik itu normal untuk atase asing. Lihat saja berapa banyak diplomat, atase, dan duta besar asing yang diberikan ini. Semua orang itu punya kesempatan untuk melakukan spionase karena mereka kebal hukum. Semua orang itu juga bebas pajak. Tapi toh, itu tidak terjadi. Mengapa? Karena pemberian kekebalan diplomatik ini didasarkan atas itikad baik kedua belah pihak dan untuk menjamin tugasnya dapat dijalankan dengan lancar (meneliti, atau berdiplomasi). Staf kedutaan kita semuanya juga mendapat kekebalan diplomatik di luar negeri.
Baca dulu hukum internasional baru komentar tentang ini.
Keempat: draft MoU sudah lama dikirimkan, tapi belum mendapat respon (sekitar tahun 2005 sudah dikirimkan). Namru hanya pantas ditutup jika MoU tidak mencapai kesepakatan (alias ada pihak yg dirugikan). Sampai itu terjadi, namru seharusnya tidak boleh ditutup. Menkes US menyatakan dia BELUM mencapai kesepakatan, bukan TIDAK. Isu Namru ini menyangkut flu burung, yg notabene kepentingan seluruh dunia juga. Menkes US menyatakan bahwa dia hanya akan memberi waktu 60 hari untuk berdiplomasi agar Indonesia mau sharing virus flu. Jika tidak, dia akan menerima keputusan Indonesia, walaupun itu merugikan negara lain.
Kesimpulannya, jangan terlalu banyak berspekulasi dan termakan ketakutan akan asing. Selama ini, asal ada berita dengan judul “Amerika”, pasti konotasinya negatif. Tapi coba lihat, siapa yang kebanyakan bicara soal masalah ketakutan ini?
Dephan, Intelijen, dan Menkes (yang kita tahu tidak terlalu kompeten juga, banyak masalah di sana-sini).
Litbangkes, kolaborator terdekat namru belum berbicara. Sampai mereka bicara dan mendetilkan apa saja yang sudah dilakukan dengan namru, saya masih menganggap isu namru ini hanya masalah ketakutan belaka orang – orang yang paranoid dan tidak kritis.
Sedih melihat bangsa ini penuh orang2 yang mudah termakan berita. Jelas saja tidak maju2.
Saya yakin, kalian bahkan tidak bisa menerangkan apa itu DNA.
NB: saya juga sedih melihat Islam dikaitk2an dengan ini. Fakta bahwa artikel ini ditulis di internet (notabene hasil teknologi Pentagon) menunjukkan bahwa penulis artikel ini berpikiran sempit.
Sudah bukan hal baru lagi jika negeri yg pernah jaya ini terus menerus dalam cengkraman asing, karena negri yg konon kaya akan sumber alam ini sudah tergadai ke negeri lain, namanya negeri yg tergadai mau tdk mau ya harus nunurut. Itulah hebatnya pemimpin negeri ini yg bisa tunduk & patuh pd negri aing yg lebih miskin dan lebihkecil.
terkadang saya bertanya pd dr sendiri apa benar kemerdekaan kita itu hasil perjuangan or hasil pemberian dr negri lain atau justru kita tidak pernah merdeka. kl ada yg tau jawabnya kasih tau saya
di poip007@yahoo.com
One more again…
my beloved country be an underdog..my leader scared with an “American Idiot People”. Indeed, im so shy as an Indonesian! Unity our power, unity our sinergy and break down capitalism! Bring back khilafah…
Hati-hati! Namru2 bisa membakar, seperti halnya Namrudz membakar Ibrahim. Umat Islam harus segera rapatkan barisan lalu bangkit ! (Tak Lupa: Basmi Ahmadiyah !).
========================================================
INDONESIA GOES TO KHILAFAH
25/04/2008 18:06 WIB
> Menlu Ali Alatas Juga Minta Kontrak Namru Diakhiri
> M. Rizal Maslan – detikcom
> Jakarta- Ternyata perdebatan keberadaan Namru telah berlangsung
sejak sepuluh tahun lalu. Selain Menhankam/Pangab, Menlu Ali Alatas
juga merekomendasikan penutupan Namru. Pemerintah Indonesia menilai
manfaat Namru sangat kecil.
>
> Permintaan agar kontrak Namru diakhiri ini tertuang dalam surat
Menlu Ali Alatas tertanggal 19 Oktober 1999. Menlu Ali Alatas membuat
surat ini satu tahun setelah Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto
membuat surat meminta hal yang sama.
>
> Dalam dokumen yang didapatkan detikcom, Jumat (25/4/2008), surat
Ali Alatas ini bernomor 1242/PO/X/99/ 28/01 dengan
perihal ‘Peninjauan kembali persetujuan kerja sama RI-AS mengenai
Naval Medical Research Unit (Namru) no 2’. Surat ditujukan kepada
Presiden RI.
>
> Surat ini membeberkan bahwa instansi-instansi terkait di Indonesia,
seperti Deplu, Dephankam, dan Depkes telah meninjau kembali
persetujuan kerja sama dengan Namru yang dimulai pada 1970 itu. Hal
ini dilakukan mengingat keuntungan politis, ilmu pengetahuan dan
teknologi dirasakan semakin kecil, sedangkan dampak negatifnya
terhadap masalah keamanan makin menonjol.
>
> Berkaitan dengan hal ini, Menlu Ali Alatas merekomendasikan kepada
Presiden bahwa saat itu merupakan saat yang tepat bagi pemerintah
Indonesia untuk memutuskan perjanjian Namru-2. Surat Ali Alatas ini
ditembuskan kepada Menhankam, Menkes, dan Mendagri.( asy / nrl
25/04/2008 18:18 WIB
> Namru Sering Tidak Melibatkan Peneliti Indonesia
> M. Rizal Maslan – detikcom
> Jakarta- Wajar saja bila keberadaan Naval Medical Research Unit
(Namru) menjadi kontroversi akhir-akhir ini. Sebab, sepuluh tahun
lalu pemerintah RI juga telah merekomendasikan untuk mengakhiri kerja
sama dengan Namru. Salah satu alasannya, peneliti Indonesia jarang
dilibatkan Namru.
>
> Demikian tertuang dalam surat Menlu Ali Alatas kepada Presiden RI
tanggal 19 Oktober 1999. Dalam dokumen yang didapatkan detikcom,
Jumat (25/4/2008), Menlu Ali Alatas merekomendasikan kepada Presiden
untuk memutus kerja sama Namru.
>
> Sesuai dengan MoU pada 1970, Namru sebenarnya dijadikan program
kerja sama mengenai program penelitian ilmu pengetahuan dan teknis
serta pelatihan di bidang masalah-masalah medis di wilayah Indonesia.
Namun, setelah kerjasama itu berjalan 28 tahun, sejumlah instansi,
Deplu, Dephankam, dan Depkes telah melakukan peninjauan kembali kerja
sama ini.
>
> Hal ini dilakukan mengingat keuntungan politis, ilmu pengetahuan
dan teknologi dirasakan semakin kecil, sedang dampak negatifnya
terhadap masalah keamanan makin menonjol. Antara lain sebagai
berikut:
>
> 1. Sangat longgarnya ketentuan-ketentuan terhadap personel Namru-2
dari AS di mana para staf dan dependants diberikan status dan hak
kekebalan diplomatik
> 2. Staf AS tersebut diberi kebebasan untuk mengumpulkan data serta
mengamati gejala medik di seluruh Indonesia, kecuali tempat yang
dinilai tertutup, karena alasan keamanan.
> 3. Dalam peneitian yang dilakukan Namru-2, pihak AS seringkali
tidak didampingi oleh para peneliti RI, yang terutama terhambat
karena alasan keuangan. ( asy / nrl )
> 25/04/2008 18:45 WIB
> Namru Dinilai Terkait Verifikasi Konvensi Senjata Biologi
> M. Rizal Maslan – detikcom
> Jakarta- Pemerintah Indonesia memiliki banyak alasan untuk meminta
kerja sama dengan Naval Medical Research Unit (Namru) diakhiri pada
tahun 1998-1999. Salah satunya, pemerintah menilai keberadaan Namru-2
di Indonesia terkait Rancangan Protokol Verifikasi Konvensi Senjata
Biologi.
>
> Penilaian ini tercantum dalam surat Menlu Ali Alatas kepada
Presiden RI tanggal 19 Oktober 1999. Dalam dokumen yang didapatkan
detikcom, Jumat (25/4/2008), banyak alasan yang dibeberkan Menlu Ali
Alatas terkait rekomendasi agar kontrak dengan Namru diakhiri.
>
> Salah satunya mengenai dugaan terkait Konvensi Senjata
Biologi. “Perlu pula kiranya kami sampaikan bahwa keberadaan
laboratorium Namru-2 tersebut sangat berkaitan erat dengan Rancangan
Protokol Verifikasi Konvensi Senjata Biologi yang saat ini tengah
dalam proses pembahasan akhir di Jenewa,” tulis Menlu Ali Alatas
dalam suratnya.
>
> Apabila Protokol Verifikasi tersebut terbentuk, maka Indonesia
selaku negara pihak pada Konvensi Senjata Biologi akan dibebani
kewajiban-kewajiban yang memberatkan sehubungan dengan keberadaan
Laboratorium Namru-2 di wilayah RI, khususnya dalam hal deklarasi dan
investigasi.
>
> Ketentuan-ketentuan dalam Protokol yang mungkin akan memberatkan
Indonesia dalam kaitannya dengan persetujuan kerja sama RI-AS, antara
laian adalah:
>
> 1. Kewajiban pemerintah Indonesia untuk mendeklarasikan setiap
bentuk kegiatan dan fasilitas biologi yang berada di wilayah
yurisdiksinya tanpa melihat bentuk kepemilikan dan kontrol dari
kegiatan fasilitas dimaksud. Berdasarkan ketentuan ini, maka kegiatan
penelitian lapangan yang dilakukan oleh Namru-2 di wilayah Indonesia
wajib dideklarasikan oleh Indonesia.
> 2. Salah satu ketentuan mengenai ‘field investigation’ memungkinkan
area investigasi terdiri dari tiga bagian yang masing-masing meliputi
wilayah seluas 500 km persegi. Mengingat lokasi laboratorium Namru-2
yang berada di tengah kota Jakarta, maka seluruh wilayah Jakarta
dapat dimasukkan dalam wilayah investigasi, hal mana akan mencakup
bangunan-bangunan pemerintah yang penting dan strategis. ( asy / nrl )
>
25/04/2008 19:27 WIB
> Namru Distop, Karena RI Khawatir Dampak Pertahanan dan Keamanan
> M. Rizal Maslan – detikcom
> Jakarta- Dengan melihat berbagai pertimbangan, Menlu RI Ali Alatas
meminta kepada Presiden RI untuk menghentikan kerja sama Naval
Medical Research Unit (Namru). Menlu Alatas mengkhawatirkan bila
Namru diteruskan akan berdampak negatif terhadap pertahanan dan
keamanan.
>
> Hal ini tertuang di bagian akhir surat Menlu Ali Alatas tertanggal
19 Oktober 1999. Surat Ali Alatas ini ditujukan kepada Presiden RI
dan bernomor 1242/PO/X/99/ 28/01. Dokumen surat yang telah berumur 9
tahun ini didapatkan detikcom, Jumat (25/4/2008).
>
> “Kami berpandangan bahwa perjanjian kerja sama tersebut kiranya
perlu untuk segera dihentikan. Langkah ini dipandang perlu selain
untuk mencegah timbulnya akibat-akibat negatif lebih jauh lagi,
khususnya di bidang pertahanan dan keamanan, juga karena persetujuan
kerja sama tersebut dirasakan sangat lemah jika ditinjau dari dasar,
tujuan, maupun manfaatnya bagi Indonesia,” demikian kalimat di surat
tersebut.
>
> Dengan membeberkan berbagai alasan itu, maka Menlu Ali Alatas
meyakinkan kepada Presiden RI bahwa saat itu saat yang tepat bagi
pemerintah RI untuk secara unilateral segera memutuskan perjanjian
kerja sama Namru-2 dengan Amerika Serikat (AS). Pertimbangan-
pertimbangannya sebagai berikut:
>
> 1. Untuk menghindari beban kewajiban Indonesia sebagai negara pihak
pada Konvensi Senjata Biologi yang tidak perlu, yang mungkin akan
menimbulkan risiko terkompromikannya masalah keamanan dan pertahanan
nasional
> 2. Untuk mengimbangi keputusan unilateral, pemerintah AS baru-baru
ini menghentikan semua kerja sama dan bantuan militer serta penjualan
persenjataan ke Indonesia
> 3. Untuk menunjukkan pada masyarakat internasional pada umumnya
bahwa Indonesia secara unilateral dapat memutuskan setiap kerja sama
yang dirasakan sudah tidak sesuai dengan kepentingan nasional RI.(
asy / nrl )
Jurnal ilmiah internasional(free) yang sudah dipublikasikan NAMRU-2 bisa anda cari di google dengan key words:
namru 2+ litbangkes+free full text journals
Publikasi jurnal lainnya juga bisa anda cari di http://www.scirus.com/ dengan key words: namru 2 + litbangkes
Masih banyak lagi publikasi jurnal ilmiah internasional (bukan yang “ecek2”..!!!) yang memuat hasil riset NAMRU-2 (bahkan sebagian besar ada nama-nama orang Indonesia dari instansi LITBANGKES)
Selain dengan bekerja sama dengan LITBANGKES, NAMRU 2 juga sering memfasilitasi riset skripsi, thesis, atau disertasi berbagai Universitas di Indonesia. Bisa anda tanyakan atau cari di situs perpustakaan atau Library masing-masing Universitas!
NAMRU-2 juga punya komisi etik yang diketahui oleh Departemen Kesehatan..Bisa lihat di http://www.litbang.depkes.go.id/ethics/knepk/direkt_ind/jakarta.htm
Jadi..apa memang benar NAMRU-2 tidak berkoordinasi dengan LITBANGKES?
apa benar NAMRU-2 sering tidak melibatkan peneliti Indonesia?
أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِِ عَلَى إسْرآءِيْلَ وَأمِيْرِيْكًا
واْلإنْجِلِيْزِ وَكُلِّ الدُوَلِ الْحَرْبِيَّةِ
Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan Israel, Amerika, Inggris, dan negara-negara kafir harbi lainnya.
أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِ عَلَى كُلِّ هَيْمَنَةٍ لِلدُّوَلِ الْكَافِرَةِ عَلَى أيِّ بَلَدٍ مِنَ الْبِلآدِ لإسْلآمِيَّةِ
Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan setiap hegemoni negara-negara kafir atas negeri manapun dari negeri-negeri Islam.
أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ خِلآفَةً رَاشِدَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، تُعِزُّ بِهَا الإسْلآمَ وَ أهْلَهُ وَ تُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَ أهْلَهُ ، إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Negara Al Khilafah Al Raasyidah yang mengikuti Manhaj Kenabian, yang dengannya mulialah Islam beserta umatnya dan dengannya pula hinalah kekufuran beserta penganutnya. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
إنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَ نِعْمَ النَّصِيْرِ
Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan penolong.
Pertanyaannya, jika Namru beroperasi terbuka dan mengikutsertakan personel TNI AL, apakah itu berarti Namru boleh berada di sini? Begitu pula jika Namru membagi hasil risetnya kepada Depkes RI.
[catatan pribadi: jika Namru banyak memfasilitasi riset, skripsi, thesis, disertasi, di banyak universitas di Indonesia, apakah itu berarti namru boleh berada di Indonesia? jika Namru banyak mempublikasikan jurnal ilmiah kelas internasional, apakah berarti Namru boleh ada di Indonesia? Jika Namru memang bekerjasama dengan Litbangkes, apakah itu berarti Namru boleh berada di Indonesia?]
Namru harus dideterminasi berikut segala perakadan dengannya. Di atas semuanya, Namru is permanent military base. Namru adalah aset Angkatan Laut AS yang terletak di tengah kota sipil.
Persoalan Namru melampaui problematika kapal induk AS yang sering hilir mudik di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), insiden F-18 Hornets beberapa tahun lalu, atau persoalan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan (DCA) dengan Singapura serta Australia yang bisa mengundang pihak ketiga, seperti AS dan Israel. Sebagaimana bisa ditelusuri pada situs resmi mereka, Namru berada di bawah lembaga Naval Medical Research Center (NAMRC) dan Global Emerging Infections Surveillance and Response System (GEIS).
Semuanya di bawah kendali Departemen Pertahanan AS. Namun, Namru tetap berkoordinasi dengan Depkes AS. Tujuan, visi, dan misinya juga jelas. AS tidak pernah menutup-nutupinya.
AS hanya tidak mengatakan semuanya tentang Namru ketika Dubes Cameron Hume dan komandan Namru Trevor Jones mengadakan konferensi pers 24 April silam. Namru 2 untuk memperkuat persiapan, surveillance, dan sistem tanggap terhadap penyakit menular bagi personel militer AS dan keluarganya di kawasan tropis Asia Pasifik.
Namru juga untuk meningkatkan kesiapan medis mereka, sekaligus menurunkan risiko bagi ketahanan nasional AS. Namru berguna mencegah penyakit menular bagi tentara AS yang berada di kawasan tropis Asia Pasifik.
Bahkan, dalam situs Dephan AS (DoD GEIS) ditegaskan pula bahwa Namru-2 also participates in a number of US military exercises such as Cobra Gold, Tandem Thrust and CARAT Cruise (Namru 2 juga berpartisipasi dalam sejumlah latihan militer AS, seperti Cobra Gold, Tandem Thrust dan CARAT Cruise). Ironisnya, dalam beberapa latihan tersebut, personel TNI tidak dilibatkan.
Maka, tidak perlu operasi kontraintelijen atau memasang personel TNI untuk memahami Namru. Sejak awal berdiri dan hingga kini Namru 99,9 persen untuk kepentingan kehadiran dan hegemoni militer AS di Asia Pasifik.
Signifikansi Namru adalah karena AS mengharuskan dirinya memasuki dan menguasai negeri dan tanah air bangsa-bangsa lain. AS menjalankan imperialisme dan kolonialisme yang ditopang oleh kekuatan politik, ekonomi, militer, dan semua aspek kehidupan lainnya. Ini untuk menjaga sistem dan pilar-pilar kapitalismenya, termasuk pengurasan sumber daya alam di kawasan Asia Pasifik.
Dalam konteks ini, Namru laksana trojan. Namru adalah kuda troya untuk menembus benteng. Namun, itu juga berarti seperti virus komputer yang bila berada dalam sistem komputer, walaupun tidak bekerja, kehadirannya adalah sinyal masalah besar.
Oleh karena itu, selama AS merasa tentaranya harus menguasai kawasan Asia Pasifik, selama itu pula laboratorium militer seperti Namru akan dipertahankan.
[Fahmi AP Pane, Staf Ahli Fraksi PPP DPR RI, Republika 7 Mei 2008]
Apakah dibenarkan untuk mencapai tujuan yang baik dan mulia dengan memakai cara-cara yang tidak baik, seperti berbohong, mempengaruhi opini publik, dan tidak mengecek kebenaran suatu berita?
Jangan sampai kebencian pada suatu kamu menutup mata hati kita. Padahal barangkali masih ada kebaikan yang bisa kita manfaatkan.
http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php
Jakarta – Menjalin kerjasama dengan The US Naval Medical Reseach Unit (Namru)-2 dinilai banyak ruginya. Para peneliti AS masa bodoh pada prioritas penelitian kesehatan di Indonesia.
“Mereka enggan untuk mencari tahu prioritas permasalahan kesehatan di Indonesia. Sehingga topik penelitian lebih ke arah minat dan keperluan mereka sendiri,” ujar Kepala Litbang Departemen Kesehatan Triono Soendoro.
Hal itu disampaikan dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (2/6/2008).
Menurut Triono, anggaran penelitian juga hanya dipakai untuk mengembangkan laboratorium Namru-2 sendiri. Sehingga kesenjangan kemampuan teknologi kian membesar.
“Hanya pada tahun-tahun terakhir dengan adanya flu burung dan kebijakan Menkes RI yang tegas, maka laboratorium di Indonesia memperoleh kemajuan pesat,” jelasnya.
Selain itu juga, lanjut Triono, berkat Namru-2, para peneliti Indonesia yang memperoleh gelar S2 dan S3 tidak sebanyak peneliti AS yang mendapatkan gelar S3.
Karena itu, Triono menyarankan bila MoU kembali diteken maka harus ada ketentuan kepemilikan data primer publikasi, presentasi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). (nik/nrl)
Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang Mukmin. (QS an-Nisa’ [4]: 141).
Semoga segera tegaknya kembali Daulah Khilafah Rasyidah yang akan menaungi umat muslim dan akan menjadi Rahmat bagi semesta ‘alam…
Ya Allah berikan kami kekuatan dalam menapaki setiap langkah menuju tertegakkannya kembali Daulah Khilafah Rasyidah…
Begitulah yang terjadi di negara demokrasi…
Tangan-tangan penjajah dengan leluasa menguasai umat muslim
Dengan bangga penguasa negeri bebek mempersembahkan “piala” demokrasi awards…
apa yang umat dapatkan dari demokrasi???
_antri BBM?
Busung Lapar?
Makan nasi aking?
Kebebasan yang diusung atas nama demokrasi..
_penghancur aqidah islam dibiarkan tumbuh subur (SKBnya Banci)
Tapi, ternyata di negeri demokrasi masih terjadi pelarangan memakai jilbab (di rumah sakit, di poltekes2, di sekolah-sekolah…)
Apa itu yang disebut dengan demokrasi???
Ketika seseorang yang berpegangan kuat terhadap agamanya (salah satunya mempertahankan jilbabnya) dibilang ekstrim…
aliran-aliran sesat yang merusak aqidah umat, dikatakan kebebasan beragama…
Itulah Demokrasi…