Peringati 100 tahun Kebangkitan
Setelah 100 tahun kebangkitan Indonesia, negeri ini ekonominya masih terpuruk dan terjajah. Untuk bisa keluar dari kondisi tersebut, Anggota Tim Indonesia Bangkit Dr Hendri Saparini menyatakan harus ada perubahan UU dan Kebijakan, serta upaya memperbaiki hubungan
Masalah dan tawaran solusi terkait dengan kondisi ekonomi Indonesia tersebut mengemuka dalam Diskusi Panel Indonesia Menuju Kebangkitan Hakiki yang diadakan HTI Kabupaten Bogor, 11 Mei 2008 di Gd Serbaguna II Pemda Kabupaten Bogor.
Dalam kesempatan itu, Hendri Saparini yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan data-data bahwa kondisi ekonomi
Bahkan lanjutnya tingkat kesejahteraan rakyat jauh tertinggal dibanding dengan negara
Selanjutnya Saparini mengemukakan struktur industri manufaktur
Bahkan, kepemilikan asing di instrumen finansial Indonesia meningkat tajam bila pada Desember 2006 senilai 595.3 triliun pada November 2007 menjadi 891,8 triliun rupiah, porsi asing pada tahun 2007 33,3 persen.
Juga telah terjadi penguasaan berbagai sektor strategis oleh asing yakni di: industri migas, tambang, keuangan dan perbankan. Sumur-sumur minyak sudah milik asing. Pemerintah sangat tinggi bergantung pada pembiayaan luar negeri. Jadi pembiayaan pembangunan sumbernya adalah dari: hutang, privatisasi BUMN dan pajak (targetnya tahun ini Rp 560 triliun).
Penyebab Keterpurukan
Setidaknya ada tiga penyebab yang disebut Hendri Saparini yang menjadikan ekonomi
Kedua, kebijakan ekonomi sekedar menjadi kepanjangan tangan kepentingan asing bukan kepentingan nasional. Hutang yang diberikan lembaga-lembaga dunia ada persyaratan. Contoh pada tahun 2005, boleh hutang tetapi harga BBM harus dinaikkan. Pertanian harus dibuka seluas-luasnya untuk impor.
Ketiga, strategi dan kebijakan ekonomi dibiarkan disandera oleh lembaga multilateral (Washington Consensus Lewat utang luar negeri), korporasi raksasa (lewat investasi, berbagai isuue antara lain HAM, lingkungan dll). Dan, dari dalam negeri ada yang mendukung kebijakan pemerintah ini yakni para komprador. Komprador ini menyiapkan UU dan kebijakan yang seolah-olah kehendah barat menjadi legal.
Sementara pembicara lain, Maman Kh, Pengamat Sejarah Islam dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan keterpurukan ekonomi
Tidak Ideologis
Sedangkan Ketua Lajnah Siyasah HTI M Rahmat Kurnia mengatakan keterpurukan dan keterjajahan
Direktur Pusat Kajian Politik HTI itu menjelaskan Barat menjadi bangkit dan maju karena membangun negaranya atas dasar ideologi sekularisme-liberalisme. Ideologi ini lahir karena sejarah Barat. “Seakan-akan sejarah Barat kemudian dijadikan menjadi sejarah Dunia, dan seluruh dunia harus mengikuti ideologi sekular-liberalisme,” katanya.
Padahal, dunia Islam dan umat Islam memiliki sejarah tersendiri. “Sejarah Islam menunjukkan, muslim bangkit justru ketika terikat menyembah Allah dan pada hukum-hukumNya, itu terjadi sejak jaman Nabi SAW sampai abad pertengahan, tetapi sejak abad 20, Islam mulai tidak diterapkan sehingga mengalami keterpurukan,” tambahnya.
Dia menambahkan meski ideologi sekular-liberalisme dan Islam Ideologi sama-sama bisa membangkitkan, tetapi hasil akhirnya sangat berbeda. “Kalau kebangkitan yang dihasilkan ideologi Barat itu bersifat semu, sedangkan kebangkitan dari ideologi Islam bersifat hakiki,” tambah Rahmat Kurnia.
Selanjutnya Direktur Pusat Kajian Politik HTI itu memaparkan fakta-fakta semunya kebangkitan yang dihasilkan Barat. Pertama, antar negara yang menerapkan ideologi ini : AS, Inggris, Perancis dan negera-negara eropa lainnya tetap saja terpecah, persatuan terjadi ketika hanya menghadapi Islam. Kedua, ekonominya: untuk memakmurkan rakyat dilakukan dengan penjajahan dan pengerukan kekayaan negara lain. Ketiga, sosialnya: rusak banyak gadis berangan-angan menjadi model seks (85 persen, di AS) dan angka perkosaan meningkat/ tinggi (1.872 per hari di AS). Keempat, kemajuan sain dan teknologinya untuk melayani idelogi liberalisme (seks bebas, pengerukan negara lain, memata-matai negara lain dan menakut-nakuti negara lain).
Sebaliknya dia mengatakan kebangkitan yang berdasar pada ideologi Islam adalah kebangkitan hakiki, yakni didasarkan pada mabda yang benar (akidah dan aturan/ syariat Islam. Politik Islam: dalam sejarahnya menyatukan berbagai suku mulai dari andalusia hingga
Solusi
Sebagai solusi agar ekonomi
“Selain itu harus ada kesepakatan kita tentang ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi. Saat ini hal itu didasarkan pada tercapainya indikator antara sesuai ukuran-ukuran global yang digunakan oleh lembaga multilateral seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dll, bukan kesejahteraan Individu,” katanya.
Saparini mencontohkan, ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi pemerintah sekarang adalah tercapainya indikator makro tumbuh 7 persen, tidak perduli jumlah yang makan nasi aking bertambah. “Kalau ingin bangkit maka kita perlu membuat indikator sendiri,” tambahnya.
Berikutnya, menurut Anggota Tim Indonesia Bangkit ini perlu ada kesepakatan negara dalam memenuhi hak dasar masyarakat yakni pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan pekerjaan, serta cara pemenuhannya. Saat ini, masyarakat harus pilih salah satu. Bila beras yang murah maka BBM-nya mahal. Harus ada switching. Subsidi seolah-olah tidak boleh diberikan. Negeri ini inginnya sesedikit mungkin memberikan subsidi masyarakat.
Padahal menurutnya
Sedangkan Maman Kh menilai solusi untuk mengatasi keterpurukan ekonomi nasional adalah melakukan proses desekulerisasi, mengembalikan peran umat Islam dan Islam pada pemerintahan dan pembangunan.
Solusi yang serupa tetapi dengan bahasa lain ditawarkan oleh M Rahmat Kurnia Ketua Lajnah Siyasah HTI. Solusinya adalah
Hal itu bisa dicapai bila
Hanya saja upaya itu akan dihadang oleh tantangan yang tidak ringan, yakni adanya globalisasi yang menarik kita ke pusaran global dunia dan adanya desentralisasi bila tidak tersejahterakan akan mengarah ke disintegrasi.
Untuk bisa keluar dari tantangan tersebut lanjut Rahmat Kurnia, HTI akan dan terus berperan dalam membangkitkan umat yakni meningkatkan tarif berfikir hingga masyarakat sadar dan bergerak bersama menunju kebangkitan yang hakiki yakni berdasarkan akidah dan syariat Islam.Dengan kata lain peran utama HTI adalah terletak pada bidang pemikiran/intelektulitas dan siyasiyah (politik/pengurusan urusan umat).
“Dengan demikian berarti bahwa HTI berjuang untuk menyelamatkan
[Ahmad Soim – LS DPD HTI Kabupaten Bogor]
Shohih…
Jangan jadikan negeri ini, negeri YANG BUKAN – BUKAN.
Negara Sekuler, katanya tidak..
Negara Islam,juga bukan…
So… kali aja yang dimaksud Daulah Khilafah Islamiyah
Bukan Begitu Bu MegaKarti?
dukung solusi atas keterpurukan indonesia dengan menerapkan syariat islam dan khilafah menuju kebangkitan indonesia.
Telah jelas kebobrokan sistim kapitalis!
mau apa lagi ? mau kemana lagi? jika tidak kembali pada Islam! satu2nya solousi menuju kebangkitan!