Nomor : 132/PU/E/05/08
Jakarta, 13 Mei 2008 M
PERNYATAAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA
“100 Tahun Kebangkitan Nasional”
Tanggal 20 Mei tiap tahunnya dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Dan tahun 2008 ini akan diperingati sebagai momentum 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Menurut buku sejarah yang ada, Hari Kebangkitan Nasional dihitung dari tanggal berdirinya perkumpulan Boedi Oetomo, 20 Mei 1908, karena perkumpulan inilah yang dianggap sebagai tanda munculnya kesadaran nasional melawan penjajahan Belanda. Maka, para tokoh pendiri Boedi Oetomo seperti Ki Wahidin Sudirohusodo dan lainnya juga dianggap sebagai para pahlawan nasional.
Meski sering dikatakan bahwa kebangkitan Indonesia telah dicapai dengan kemerdekaan di tahun 1945 – lebih dari 60 tahun lalu – tapi hingga saat ini negeri ini tidak kunjung lepas dari berbagai problema mendasar seperti kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan di segala bidang, ketidakadilan dan berbagai problema sosial seperti kriminalitas, kerusakan moral, drug abuse dan sebagainya. Bahkan penjajahan baru khususnya di bidang ekonomi pun tampak makin mencengkeram
Oleh karena itu, pada momentum 100 Tahun Kebangkitan Nasional ini, perlu kiranya kita memikirkan sungguh-sungguh, Benarkah Indonesia telah sungguh-sungguh bangkit? Kalau benar, mengapa keadaan negeri ini masih terus didera berbagai problema mendasar yang kian hari tampak semakin buruk? Apa yang salah dari negeri ini? Memang, untuk mencapai keadaan yang lebih baik, bangsa Indonesia memang harus bangkit dan harus terus digelorakan semangat untuk bangkit. Tapi, kebangkitan seperti apa yang diperlukan oleh negeri ini untuk benar-benar bisa keluar dari berbagai krisis sehingga bisa benar-benar menjadi bangsa yang lebih baik?
Dari kajian terhadap naik turunnya peradaban bangsa-bangsa di dunia tampak jelas bahwa kebangkitan hakiki atau kebangkitan yang sesungguhnya hanya mungkin dicapai bila bangsa itu bangkit berdasarkan pada sebuah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, kehidupan dan manusia, atau dengan kata lain melalui kebangkitan ideologis. Kebangkitan tanpa dasar ideologi yang jelas hanya akan melahirkan kebangkitan semu atau bukan kebangkitan yang kokoh. Sering disebut bahwa Indonesia bukan Kapitalisme, bukan pula Sosialisme juga bukan Islam. Lantas apa? Ketidakjelasan landasan kebangkitan Indonesia kiranya bisa dianggap sebagai faktor utama dari kegagalan Indonesia bila dibanding dengan negara-negara seperti Singapura, Cina, apalagi Jepang, Eropa dan AS.
Tapi meniru dasar kebangkitan Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara maju di Asia Timur seperti Jepang, Cina dan lainnya, juga bukanlah solusi yang tepat. Mengapa? Benar, negara-negara itu mungkin memang telah bangkit, tapi bila dilihat dari arah perjalanan negara-negara itu yang ditandai oleh hilangnya prinsip-prinsip tauhid dan ketaatan pada Allah SWT yang kemudian melahirkan berbagai problem ikutan yang tidak kalah mengerikan seperti seks bebas, eksploitasi manusia atas manusia yang lain, kesenjangan yang sangat lebar antara kelompok kaya dan miskin, fenomena lonely crowded, disorientasi dan sebagainya, menunjukkan bahwa itu bukanlah kebangkitan yang benar (nahdah shahihah).
Kebangkitan yang benar hanya mungkin dicapai dengan dasar pemikiran mendasar (ideologi) yang benar; dan itu mestilah bersumber dari sesuatu Yang Maha Benar, dialah Allah SWT. Dengan kata lain, bila ingin mencapai kebangkitan yang kokoh dan benar, buat Indonesia tidak ada jalan lain kecuali semestinya kembali kepada Islam. Perlu dicatat, gagasan seperti ini sesungguhnya bukanlah hal baru. Semangat Islam telah lama menjadi dasar perjuangan kemerdekaan di masa lalu. Bila sejarah mencatat secara jujur, sesungguhnya bukanlah Boedi Oetomo yang bisa disebut sebagai cikal bakal kesadaran nasional melawan penjajah, melainkan Syarikat Islam (SI) yang merupakan pengembangan dari Syarikah Dagang Islam (SDI) yang antara lain dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Sebagai gerakan politik, SI ketika itu benar-benar memang bersifat nasional, ditandai dengan eksistensinya di lebih dari 18 wilayah di Indonesia, dan dengan tujuan yang sangat jelas, yakni melawan penjajah Belanda. Sebaliknya, Boedi Oetomo ketika itu sesungguhnya hanya perkumpulan kecil, sangat elitis serta tidak memiliki orientasi politik yang jelas dan tegas.
Berkenaan dengan soal itu, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
- Bahwa tidak ada jalan bagi Indonesia ke depan untuk bangkit secara hakiki dan benar kecuali dengan dasar Islam. Tanpa dasar Islam, kebangkitan (kembali) Indonesia akan bersifat semu dan salah arah seperti yang selama ini terjadi.
- Kebangkitan Indonesia dengan Islam diyakini akan membawa rahmat bagi semua. Oleh karena itu, ketakutan sementara kalangan bahwa dengan Islam akan meminggirkan non Muslim tidaklah benar, karena Islam diturunkan untuk kebaikan semua.
- Jalan menuju kebangkitan Indonesia dengan Islam dilakukan dengan penerapan syariah secara kaffah di segala bidang kehidupan. Di sinilah relevansi yang amat nyata dari perjuangan penegakan syariah serta seruan Selamatkan Indonesia Dengan Syariah yang didengungkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
- Melalui perjuangan penerapan syariah Islam, menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir Indonesia memiliki kepedulian yang sangat nyata terhadap keadaan Indonesia dewasa ini dan keinginan untuk membawa Indonesia lebih baik di masa mendatang. Dengan kata lain, apa yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia sesungguhnya tidak lain adalah perjuangan untuk membawa Indonesia menuju kebangkitan yang hakiki dan kebangkitan benar.
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net
Setelah NAMRU-2 diobok-obok, Bill Gates datang ke Pak SBY. Dalam wawancara eksklusif dengan MetroTV, Bill Gates menyebutkan bahwa hampir 90% kekayaannya dipergunakan untuk hibah sosial, diantaranya untuk penelitian kesehatan, termasuk masalah virus dan penyakit menular. Bantuan kerjasama pun mengalir dari Microsoft ke Indonesia. Apakah Presiden SBY akan melunakkan sikapnya terhadap isu intelligent di NAMRU-2 ????
“Dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui…” Begitulah realitasnya. Semoga Allah swt segera membukakan mata Umat dan menggerakkan Umat terhadap yang hak yakni Syariat Islam. Insya Allah.
kebangkitan berdasarkan pada nasionalisme merupakan salah satu kebangkitan yang salah. katakan pada orang-orang yang menyerukan nasionalisme bahwa mereka bukanlah golongan kami.. Islam
TDAK PANTAS RASANYA NEGARA INI MERAYAKAN KEBANGKITAN NASIONAL!! SEMENTARA RAKYAT SEMAKIN MENDERITA AKIBAT KEZALIMAN PENGUASA ZALIM !! HAYO TEGAKKAN KHILAFAH SEGERA !! ALLAHU AKBAR!!
NEGARA INI TADAK AKAN PERNAH SEHAT, JIKA MASIH SETIA DENGAN SISTEM KUFUR !!!!!
Selamat merayakan 100 tahun keterpurukkan Indonesia dan 10 tahun kematian Reformasi. Telah tampak di depan mata; kegagalan akibat keistiqomahan terhadap sistem pemerintahan kafir.
Kapitalisme telah membuktikan eksistensinya sebagai penghancur dunia. Sosialisme juga telah lama terkapar dan mati. Maka kemanakah kita akan melangkah, jika tidak kembali kepada-Nya. Kepada syariah yang dikirimkan secara khusus oleh Allah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Tak ada pilihan lain kecuali berjuang untuk tegaknya Daulah Khilafah yang akan melanjutkan kehidupan Islam di muka bumi.
Tapi kan pendirian SI buat orang islam saja, orang non islam gak bakal bisa masuk SI. Boedi oetomo itu buat semua orang , entah nasionalis, islam, komunis dsb.
Fokusnya kebangkitan “BANGSA”, baca sekali lagi BANGSA.
yang namanya bangsa lebih luas dari pada agama ( yang disebut indonesia itu bukan cuman orang islam)
kayanya penulis musti belajar lagi logika himpunan.
Menjadikan 20 Mei sebagai momentum kebangkitan Nasional merupakan kesalahan sejarah yang serius. Karena tidak sedikitpun organisasi Budi Oetomo mengindikasikan dirinya sebagai membangkitkan kesadaran rakyat dalam melawan penindasan dan dominasi penjajah. Justru sebaliknya, Budi Outomo didirikan untuk kepentingan penjajah dan didirikan oleh orang-orang yang setia dan menjadi kepercayaan Belanda. Ini bisa ditelusuri dari biografi figur2 di Budi Utomo, yang kesemuanya adalah abdi setia dari kepentingan Belanda di Indonesia… Kenapa organ seperti HTI tidak tegas dalam menyikapi hal seperti ini? apakah satu bangsa bisa hidup, maju dengan bersandar pada nilai sejarah yang terbengkokkan?
Print
Fotocopy
Difusikan…
Ada 1001 alasan
untuk bergabung
dengan Hizbut Tahrir……….
Presiden Negri Bebek Berpidato:
Dalam moment 100 thun Kebangkitan Negeri ini, banyak sekali pencaPaian Target Yang Sudah Kita peroleH,Dan banyak sekali indikator yang bisa kita Lihat sebagai bentuk PeningKatan dan kemajuan negeri ini:
1.)Angka Kemiskinan Meningkat
2.)Jumlah Pengangguran meningkat
3.)Tingkat Korupsi Masih bertahan di Peringkat 1 Asia
4.)Demikian juga PornoGrafi masih bertahan Diperingkat ke dua setelah Rusia
5.)Gizi Buruk dan anak Putus Sekolah Meningkat.
6.)Penjualan Aset Negara Juga Meningkat
7.)Wakil Rakyat Kita juGa semaKin Hebat akhlak dan moralnya dengaN atraksi Heoiknya (kelahi)diparlemen
8.)Jumlah Aliran Sesat Meningkat
9.)Harga Kebutuhan Pokok Meningkat
10)Kriminalitas Meningkat
12) Moral dan akhlak rakyat semakin Heboh
dan masih banyak lagi pencapaian dan kemajuan yang sudah dicapai negeri ini yang tdk bisa disebutkan satu persatu
Selamat Hari KebangKrutan !!!
TANGGAPAN UNTUK SAUDARA RINDANG HARSA :
Menurut hemat saya, anda belum memahami islam sebagai akidah yang meliputi seluruh aspek kehidupan (ibadah, muamalah, ekonomi, politik & pemerintahan), artinya ISLAM bukan sekedar AGAMA saja ( hanya mengatur hubungan hamba dgn TUHAN ) tetapi sekaligus IDEOLOGI yang tigak terbatas oleh wilayah, ras, bahasa dll.
-Bukankah lebih besar daripada makna ‘BANGSA’ yang
terbatas?
-Sudah semestinya anda lebih dulu paham ISLAM sebenar-
benarnya sebelum anda membandingkannya & belajar logika Himpunan ?
ISLAM adalah HARGA MATI!!!!!
Diberitahukan kepada seluruh manusia bahwa ISLAM adalah agama RAHMAT bagi seluruh manusia dan alam semesta. Ideologi ISLAM mengatur seluruh tatanan hidup manusia dan alam yang paling sempurna, karena diciptakan oleh SANG MAHA PENCIPTA (ALLOH SWT). Alangkah bodohnya manusia yang tidak mau memakai aturan TUHANnya. BANGSA adalah orangnya, sedangkan IDEOLOGInya yang benar adalah ISLAM. InyaAlloh sejahtera dunia dan akhirat.
Allahu Akbar!!!!!!
Semalem kita berpesta ( katanya )merayakan 100th Kebangkitan Nasional, Semangat nasionalisme kita dibakar dengan suguhan atraksi yang bermacem2.
Tapi hari ini semangat nasionalisme itu pasti sudah kendur lagi karena ingat kalau BBM mau dinaikin.
ironis sekali…..
untuk rindang_harsa : silahkan pelajari lagi sejarah tujuan berdirinya BU dan SI
http://cokiehti.wordpress.com/2008/05/07/20-mei-bukan-hari-kebangkitan-nasional/
saya mengucapkan :SELAMAT 100TH HARI KEBANGKRUTAN NASIONAl kepada lembaga tinggi dan tertinggi negara, para eksekutif, yudikatif, legislatif di Indonesia.
Indonesia, Indonesia, malang nian……
Dari sabang sampai Merakue…
Berjajar pulau-pulau…
Sambung menyambung menjadi satu…
Itulah Indonesia…
Masih ikatkah lagu nasional diatas..Nampaknya lagu diatas sudah tidak relevan dengan kondisi bangsa Indonesia sekarang,bagaimana tidak Indonesia yang katanya nenek moyang kita adalah seorang pelaut…gemah ripah loh jinawi…tongkat kayu dan batu jadi tanaman…
Kini rakyat Indonesia hanya menjadi bangsa “kuli”…ingat bangsa KULI. Bangsa kita tidak mempunyai kedaulatan sama sekali terhadap kebijakan dan arah cita-cita negeri ini. Bangsa kita hanya membebek dan tunduk pada antek-antek asing… para kapitalis…kita seperti hidup di negeri orang…kita hanya sebagai tamu…tidak punya hak terhadap pemanfaatan kekayaan alam negeri kita karna semuanya telah diserahkan dan dikelola oleh asing atas nama privatisasi dan investasi. Lalu mau bagaimana lagi bangsa Indonesia mau bangkit…tidak ada kata lain dengan kembali lagi pada penerapan hukum-hukum Allah, zat yang menciptakan kehidupan dengan secara menyeluruh.Itulah syariat Islam yang kaffah. Allahuakbar.
Islam sih islam, walaupun dengan berpegangan dengan Qur’an dan Hadist, apabila tidak mengetahui implementasinya juga kosong. Tetaplah selalu menuntut ilmu untuk menerapkan Qur’an & Hadist…. selalu berpeganglah pada Qur’an dan Hadist…… salam dari wwww.kebangkitan.com
untuk rindang Harsa
memahami gerakan, tidak bisa hanya sebatas mantiq (silogis) saja, namun harus dengan fakta.
organisasi kebangsaan memang bisa dianggap bener jika memakai teori himpunan. teori himpunan akan menjelaskan ada bagian “kompromi” dari semua anggota himpunan, yang menggambarkan kesatuan paham menuju kesejahteraan bersama.
jika teori tersebut dipakai dalam membahas gerakan di Indonesia termasuk budi utomo, pasti menemukan keesalahan baik secara konsep, maupun fakta!!!
secara konsep, “kesatuan paham” seperti di teori tidak pernah ada di dunia ini. hanyalah khayalan, bukan fakta. apalagi kaitannya dengan ummat islam. ummat selain islam disuruh kompromi dalam hal pengaturan sektor publik, mereka mau aja. karena mereka tidak dirugikan dan tidak punya konsep sendiri mengenai pengaturan sektor publik(persis seperti sejarah munculnya Sekulerisme di Eropa). namun jika islam disuruh mengkompromikan pengaturan ummat dengan memakai aturan dari luar, berarti itu sama saja dengan menjual aqidah. islam pasti dirugikan. karena watak agama islam seperti itu.
dalam tataran fakta, budi utomo memang tidak layak disebut sebagai organisasi kebangkitan bangsa indonesias. karena secara organisasi tidak memiliki tujuan untuk memerdekakan indonesia, anggotannya tidak menerima selain jawa, dll (lihat di AD/ART nya BO). secara personil, anggota BO memang kompromistis dengan penjajah dan jauh dari nuansa perjuangan kemerdekaan.
dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan :
1. org, kebangsaan sebagai representasi semua komponen hanyalah omong kosong (terutama bagi islam)
2. anggapan bahwa BO adalah org. kebangkitan runtuh karena tidak ada fakta yang mendukung.
SELaMaT beRJuaNg MeLaWaN KeRuNTuHaN NeGeRi iNi…..
iNGaT RaKYaT KeCiL BoZZZZZ!!!!!