Kamis, 22 Mei 2008
ImageSIKAP penolakan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di kota ini, kian meluas. Kemarin (21/5), ratusan orang yang tergabung dalam lima elemen aksi yang berbeda melakukan demo besar-besaran. Gelombang aksi terjadi hampir bersamaan. Aksi pertama pukul 09.00 WIB oleh kelompok Cipayung. Massa gabungan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palembang, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat IAIN, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Palembang, DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, ini long march dari Bundaran Cinde ke kantor DPRD Sumsel.
Selang tiga puluh menit kemudian (pukul 09.30 WIB), ratusan orang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) orasi di Bundaran Air Mancur. Kelompok ini juga bergerak ke kantor DPRD Sumsel, gabung dengan aksi dari Kelompok Cipayung.
Di tempat yang sama, pukul 09.50 WIB, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) juga menggelar aksi demo menolak kenaikan BBM. Sama seperti Kelompok Cipayung dan HTI, mereka kemudian juga bergerak menuju DPRD Sumsel.
Elemen aksi berikutnya yang menggelar aksi di Bundaran Air Mancur adalah Aliansi Rakyat Tolak Kenaikan BBM. Dengan massa yang lebih besar gabungan di antaranya dari Walhi Sumsel, LBH Palembang, Serikat Petani Indonesia Sumsel, Sarekat Hijau Indonesia Sumsel, Solidaritas Perempuan, WCC, dan Sahabat Walhi Sumsel massa sempat mendatangi Pemprov Sumsel.
Mereka memaksa masuk untuk bertemu dengan Gubernur Sumsel. Akibatnya terjadi saling dorong dengan petugas Satpol Pamong Praja di depan pintu masuk Kantor Gubernur. Dua mobil Dalmas dan satu mobil Water Canon sempat disiagakan di halaman pemprov.
Aksi dorong baru berhenti setelah empat orang perwakilan Aliansi Rakyat Tolak Kenaikan BBM diterima oleh Asisten I Drs H Erman Robain Sirod. Di depan Asisten I, Mualimin, Koordinator Aliansi meminta Pemprov untuk menyatakan sikap menolak kenaikan BBM.
Erman Robain lalu mengajak perwakilan aksi untuk melakukan dialog. Namun permintaan itu ditolak oleh Mualimin. “Kita butuh sikap keberpihakan pemprov terhadap rakyat kecil, bukan dialog,” kata Mualimin. Tak puas, massa kemudian melanjutkan long march ke kantor DPRD Sumsel.
Elemen aksi lain yang menggelar demo menolak kenaikan BBM adalah Gerakan Rakyat Palembang Menggugat. Selain menolak program BLT yang dianggap membodohi rakyat, mereka juga meminta SBY-JK mundur jika tetap menaikkan harga BBM. (mg12)
Palembang, Kompas – Ratusan orang dari empat elemen yang berbeda secara serentak menggelar unjuk rasa menolak rencana kenaikan harga BBM dan program bantuan langsung tunai. Aksi tersebut sempat memacetkan lalu lintas karena mereka secara bergantian berkonvoi di jalan-jalan protokol.
Berdasarkan pantauan Kompas, Rabu (21/5), ratusan demonstran itu di antaranya berasal dari gerakan mahasiswa dalam Kelompok Cipayung, Hizbut Tahrir Indonesia Kota Palembang, partai politik, dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan. Aksi itu dimulai dari sejumlah tempat, misalnya Pasar Cinde dan Bundaran Air Mancur. Mereka berkonvoi dengan kendaraan dan berjalan kaki ke Kantor DPRD Provinsi Sumsel dan Kantor Pemprov Sumsel.
Menurut Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Palembang, Wawan Hasbuan, pihaknya mengajukan sepuluh solusi kepada pemerintah dan legislatif agar kebijakan kenaikan harga BBM tidak perlu diambil, antara lain, dengan menghemat anggaran negara, nasionalisasi aset bangsa, menolak privatisasi, dan menegakkan supremasi hukum. (ONI)
Rabu, 21 Mei 2008 21:48:00
Kesulitan Mendapatkan Solar, Mesin Penggilingan tidak Beroperasi
Laporan: H. Maspril Aries
Palembang-RoL — Pemerintah belum lagi memberlakukan kenaikan harga BBM, namun harga BBM di pedagang pengecer khususnya harga jenis premium atau bensin di Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel) dijual dengan harga Rp 8.000/ liter. Akibat kenaikan harga premium yang tinggi tersebut dampaknya lebih dirasakan para pengemudi ojek.
“Mau beli bensin di SPBU harus antri, terpaksa kami beli eceren di warung, tetapi harganya hari ini sudah naik jadi Rp 8.000/ liter. Kemarin mereka masih jual dengan harga Rp 6.500,” ujar Rachmat pengemudi ojek yang mangkal di stasiun kereta api Lubuklinggau, Rabu (21/5).
Menurut Rachmat, ia bersama beberapa rekan pengemudi ojek lainnya sudah sejak sepekan lalu beli bensin di pengecer dengan harga di atas harga di SPBU. “Kalau beli di SPBU harus antri sampai dua jam. Kalau antri kapan kami bisa dapat uang, anak istri di rumah kan perlu makan. Belum lagi angsuran kredit motor harus dibayar tiap bulan,” ujarnya.
Sementara itu di Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, pengusaha penggilingan padi memilih tidak beroperasi akibat kesulitan memperoleh minyak solar pasca PT Pertamina membuat larangan pembelian BBM di SPBU dengan menggunakan jerigen.
Suratno pekerja pada penggilingan padi di Kecamatan Buay Madang, OKU Timur mengatakan, sudah dua hari penggilingan padi tenpatnya bekerja tidak beroperasi. “Kami kesulitan solar. Mau beli solar menggunakan jerigen, petugas SPBU menolak, katanya dilarang menjual kepada pembeli dengan jerigen. Mau beli di pedagang pengecer harganya naik jadi Rp 6.000/ liter,” ujarnya.
Menurut Suratno, mesin penggiling padi yang beroperasi sejak pagi sampai sore setiap harinya membutuhkan solar sekitar 20 liter. Selama ini kebutuhan solar diperoleh dari SPBU dengan harga normal atau beli ke pedagang pengecer dengan harga Rp 5.000/ liter. “Pegawai SPBU sekarang mengaku tidak berani jual ke pembeli yang bawa jerigen, mereka takut dipecat,” tambahnya.
Selain mesin penggilingan padi yang tidak beroperasi, beberapa petani di sentra penghasil padi Belitang juga mengeluh karena hand tractor mereka tidak bisa beroperasi karena tidak ada minyak solar. Para petani yang biasa dengan mudah memperoleh solar di SPBU, sekarang sejak diberlakukan pembatasan dan larangan menjual BBM kepada pembawa jerigen, juga kesulitan mendapat minyak solar.
Sementara petani kesulitan memperoleh BBM, di Palembang, Rabu (21/5) ratusan massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) berunjuk rasa mendatangi gedung DPRD Sumsel di Jl. Kapten A. Rivai. Dengan mengusung spanduk dan poster serta membawa jerigen, mereka menyatakan menolak rencana kenaikan harga BBM.
Selain massa HTI yang datang ke DPRD Sumsel, juga datang berunjuk rasa ke gedung wakil rakyat tersebut, massa mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Cipayung. Massa dari berbagai organisasi mahasiswa ini diterima Ketua Komisi I DPRD Sumsel, Muslimi bersama anggota DPRD, Arifin Paie dan Syamsuddin Abbas. pur
PALEMBANG – Gelombang penolakan kenaiakn BBM terus terjadi di Palembang. Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Palembang, rabu (21/05/2008), melakuksn denmontrasi tolak kenaikan BBM. Ratusan Massa berkumpul di monumen perjuangan rakyat (Monpera) Palembang.
Menurut Amiril Mukminin, koordinator aksi, ironis memang di negeri yang kaya minyak dan gas alam, tapi rakyatya justru harus mengantri minyak.
”Harga minyak melambung, lagi-lagi rakyat yang menjadi korban kebijakan yuang tidak populis tersebut” katanya.
HTI berencana melakukan aksi long march dari Monpera menuju Bunderan Air Mancur, menyusuri jalan Sudirman untuk menuju ke gedung DPRD Sumsel.(Jon morino/Fir)
wajar saja BBM naik di negeri ini, karena para pemegang kebijakan adalah orang2 yang hanya mementingkan kekuasaan dan tunduk kepada Asing (USA). SBY katanya terbaik di Akabri tetapi kok takut sama USA.
Dengan naiknya BBM orang miskin akan berkurang, bukan berkurang karena mereka jadi kaya,tetapi berkurang karena mereka mati dan sengsara.
kapan saatnya kita tidak disengsarakan oleh Penguasa sendiri, go to hell Kapitalism
BBM naik = berat badan turun
Together We Win With Syariah dan Khilafah…..!!!!!
http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=15395&Itemid=34
Kamis, 22 Mei 2008
ImageSIKAP penolakan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di kota ini, kian meluas. Kemarin (21/5), ratusan orang yang tergabung dalam lima elemen aksi yang berbeda melakukan demo besar-besaran. Gelombang aksi terjadi hampir bersamaan. Aksi pertama pukul 09.00 WIB oleh kelompok Cipayung. Massa gabungan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palembang, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat IAIN, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Palembang, DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, ini long march dari Bundaran Cinde ke kantor DPRD Sumsel.
Selang tiga puluh menit kemudian (pukul 09.30 WIB), ratusan orang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) orasi di Bundaran Air Mancur. Kelompok ini juga bergerak ke kantor DPRD Sumsel, gabung dengan aksi dari Kelompok Cipayung.
Di tempat yang sama, pukul 09.50 WIB, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) juga menggelar aksi demo menolak kenaikan BBM. Sama seperti Kelompok Cipayung dan HTI, mereka kemudian juga bergerak menuju DPRD Sumsel.
Elemen aksi berikutnya yang menggelar aksi di Bundaran Air Mancur adalah Aliansi Rakyat Tolak Kenaikan BBM. Dengan massa yang lebih besar gabungan di antaranya dari Walhi Sumsel, LBH Palembang, Serikat Petani Indonesia Sumsel, Sarekat Hijau Indonesia Sumsel, Solidaritas Perempuan, WCC, dan Sahabat Walhi Sumsel massa sempat mendatangi Pemprov Sumsel.
Mereka memaksa masuk untuk bertemu dengan Gubernur Sumsel. Akibatnya terjadi saling dorong dengan petugas Satpol Pamong Praja di depan pintu masuk Kantor Gubernur. Dua mobil Dalmas dan satu mobil Water Canon sempat disiagakan di halaman pemprov.
Aksi dorong baru berhenti setelah empat orang perwakilan Aliansi Rakyat Tolak Kenaikan BBM diterima oleh Asisten I Drs H Erman Robain Sirod. Di depan Asisten I, Mualimin, Koordinator Aliansi meminta Pemprov untuk menyatakan sikap menolak kenaikan BBM.
Erman Robain lalu mengajak perwakilan aksi untuk melakukan dialog. Namun permintaan itu ditolak oleh Mualimin. “Kita butuh sikap keberpihakan pemprov terhadap rakyat kecil, bukan dialog,” kata Mualimin. Tak puas, massa kemudian melanjutkan long march ke kantor DPRD Sumsel.
Elemen aksi lain yang menggelar demo menolak kenaikan BBM adalah Gerakan Rakyat Palembang Menggugat. Selain menolak program BLT yang dianggap membodohi rakyat, mereka juga meminta SBY-JK mundur jika tetap menaikkan harga BBM. (mg12)
* * * * *
http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/22/01280235/massa.menolak.blt
Massa Menolak BLT
Kamis, 22 Mei 2008 | 03:00 WIB
Palembang, Kompas – Ratusan orang dari empat elemen yang berbeda secara serentak menggelar unjuk rasa menolak rencana kenaikan harga BBM dan program bantuan langsung tunai. Aksi tersebut sempat memacetkan lalu lintas karena mereka secara bergantian berkonvoi di jalan-jalan protokol.
Berdasarkan pantauan Kompas, Rabu (21/5), ratusan demonstran itu di antaranya berasal dari gerakan mahasiswa dalam Kelompok Cipayung, Hizbut Tahrir Indonesia Kota Palembang, partai politik, dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan. Aksi itu dimulai dari sejumlah tempat, misalnya Pasar Cinde dan Bundaran Air Mancur. Mereka berkonvoi dengan kendaraan dan berjalan kaki ke Kantor DPRD Provinsi Sumsel dan Kantor Pemprov Sumsel.
Menurut Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Palembang, Wawan Hasbuan, pihaknya mengajukan sepuluh solusi kepada pemerintah dan legislatif agar kebijakan kenaikan harga BBM tidak perlu diambil, antara lain, dengan menghemat anggaran negara, nasionalisasi aset bangsa, menolak privatisasi, dan menegakkan supremasi hukum. (ONI)
* * * * *
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=334685&kat_id=23
Rabu, 21 Mei 2008 21:48:00
Kesulitan Mendapatkan Solar, Mesin Penggilingan tidak Beroperasi
Laporan: H. Maspril Aries
Palembang-RoL — Pemerintah belum lagi memberlakukan kenaikan harga BBM, namun harga BBM di pedagang pengecer khususnya harga jenis premium atau bensin di Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel) dijual dengan harga Rp 8.000/ liter. Akibat kenaikan harga premium yang tinggi tersebut dampaknya lebih dirasakan para pengemudi ojek.
“Mau beli bensin di SPBU harus antri, terpaksa kami beli eceren di warung, tetapi harganya hari ini sudah naik jadi Rp 8.000/ liter. Kemarin mereka masih jual dengan harga Rp 6.500,” ujar Rachmat pengemudi ojek yang mangkal di stasiun kereta api Lubuklinggau, Rabu (21/5).
Menurut Rachmat, ia bersama beberapa rekan pengemudi ojek lainnya sudah sejak sepekan lalu beli bensin di pengecer dengan harga di atas harga di SPBU. “Kalau beli di SPBU harus antri sampai dua jam. Kalau antri kapan kami bisa dapat uang, anak istri di rumah kan perlu makan. Belum lagi angsuran kredit motor harus dibayar tiap bulan,” ujarnya.
Sementara itu di Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, pengusaha penggilingan padi memilih tidak beroperasi akibat kesulitan memperoleh minyak solar pasca PT Pertamina membuat larangan pembelian BBM di SPBU dengan menggunakan jerigen.
Suratno pekerja pada penggilingan padi di Kecamatan Buay Madang, OKU Timur mengatakan, sudah dua hari penggilingan padi tenpatnya bekerja tidak beroperasi. “Kami kesulitan solar. Mau beli solar menggunakan jerigen, petugas SPBU menolak, katanya dilarang menjual kepada pembeli dengan jerigen. Mau beli di pedagang pengecer harganya naik jadi Rp 6.000/ liter,” ujarnya.
Menurut Suratno, mesin penggiling padi yang beroperasi sejak pagi sampai sore setiap harinya membutuhkan solar sekitar 20 liter. Selama ini kebutuhan solar diperoleh dari SPBU dengan harga normal atau beli ke pedagang pengecer dengan harga Rp 5.000/ liter. “Pegawai SPBU sekarang mengaku tidak berani jual ke pembeli yang bawa jerigen, mereka takut dipecat,” tambahnya.
Selain mesin penggilingan padi yang tidak beroperasi, beberapa petani di sentra penghasil padi Belitang juga mengeluh karena hand tractor mereka tidak bisa beroperasi karena tidak ada minyak solar. Para petani yang biasa dengan mudah memperoleh solar di SPBU, sekarang sejak diberlakukan pembatasan dan larangan menjual BBM kepada pembawa jerigen, juga kesulitan mendapat minyak solar.
Sementara petani kesulitan memperoleh BBM, di Palembang, Rabu (21/5) ratusan massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) berunjuk rasa mendatangi gedung DPRD Sumsel di Jl. Kapten A. Rivai. Dengan mengusung spanduk dan poster serta membawa jerigen, mereka menyatakan menolak rencana kenaikan harga BBM.
Selain massa HTI yang datang ke DPRD Sumsel, juga datang berunjuk rasa ke gedung wakil rakyat tersebut, massa mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Cipayung. Massa dari berbagai organisasi mahasiswa ini diterima Ketua Komisi I DPRD Sumsel, Muslimi bersama anggota DPRD, Arifin Paie dan Syamsuddin Abbas. pur
* * * * *
http://trijayafmplg.wordpress.com/2008/05/21/hizbut-tahrir-demo-tolak-kenaikan-bbm/
HIZBUT TAHRIR DEMO TOLAK KENAIKAN BBM
PALEMBANG – Gelombang penolakan kenaiakn BBM terus terjadi di Palembang. Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Palembang, rabu (21/05/2008), melakuksn denmontrasi tolak kenaikan BBM. Ratusan Massa berkumpul di monumen perjuangan rakyat (Monpera) Palembang.
Menurut Amiril Mukminin, koordinator aksi, ironis memang di negeri yang kaya minyak dan gas alam, tapi rakyatya justru harus mengantri minyak.
”Harga minyak melambung, lagi-lagi rakyat yang menjadi korban kebijakan yuang tidak populis tersebut” katanya.
HTI berencana melakukan aksi long march dari Monpera menuju Bunderan Air Mancur, menyusuri jalan Sudirman untuk menuju ke gedung DPRD Sumsel.(Jon morino/Fir)
wajar saja BBM naik di negeri ini, karena para pemegang kebijakan adalah orang2 yang hanya mementingkan kekuasaan dan tunduk kepada Asing (USA). SBY katanya terbaik di Akabri tetapi kok takut sama USA.
Dengan naiknya BBM orang miskin akan berkurang, bukan berkurang karena mereka jadi kaya,tetapi berkurang karena mereka mati dan sengsara.
kapan saatnya kita tidak disengsarakan oleh Penguasa sendiri, go to hell Kapitalism