JAJAK PENDAPAT KOMPAS: Masyarakat Meragukan Kebangkitan Indonesia

Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei dirayakan dengan gegap gempita di lapangan Gelora Bung Karno dan dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden berpidato dan mengungkapkan, Indonesia adalah bangsa yang berkemampuan dan bisa mengubah nasib. Indonesia akan mampu menghadapi krisis energi dan krisis pangan. Namun, bagaimanakah komentar langsung dari masyarakat?

Litbang Kompas melakukan jajak pendapat tanggal 21-23 Mei untuk mengetahui opini masyarakat atas kondisi Indonesia akhir-akhir ini.

Hasilnya, sekitar 82 persen responden mengatakan, pemerintah belum mampu mengatasi krisis pangan. Sebanyak 84 persen responden menjawab, negara juga belum mampu mengatasi krisis energi (BBM dan listrik). Bahkan, sebagian responden menyatakan tidak yakin Indonesia mampu mengatasi kedua persoalan tersebut dalam kurun waktu lima tahun mendatang.

Tidaklah mengherankan jika masyarakat berpandangan demikian. Situasi saat ini membuat masyarakat semakin kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka. Kemampuan daya beli menurun karena harga bahan pangan meningkat. Biaya hidup lainnya melonjak sehingga penghasilan tetap mereka berkurang nilainya.

Kenyataan itu membuat perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasional menjadi ”gempita dalam sunyi”. Sebagian besar responden melihat, kemudahan usaha, ketersediaan lapangan kerja, dan harga kebutuhan pokok sangat buruk saat ini. Masyarakat merasakan, kini situasi ekonomi sama sekali tidak menjanjikan perbaikan kehidupan.

Pesimisme dirasakan ibu rumah tangga, kalangan yang belum memperoleh pekerjaan, pelajar/mahasiswa, karyawan swasta, pegawai negeri, dan terlebih dirasakan kalangan pengusaha.

Krisis energi dan pangan yang menimpa bangsa ini, dalam kenyataannya, belum menumbuhkan semangat proaktif untuk memunculkan gagasan-gagasan baru yang mencoba bangkit dan mencapai kemandirian.

Meski terlihat masyarakat mulai peka dan memiliki kesadaran akan krisis energi, bukan mustahil perubahan pola hidup lebih dipengaruhi oleh merosotnya kemampuan ekonomi sehingga tidak ada pilihan kecuali menurunkan standar hidup.

Responden sebanyak 90,4 persen menyatakan telah melakukan penghematan listrik dalam kehidupan sehari-hari, seperti mematikan lampu jika tidak digunakan atau sedang tidur, mengurangi penggunaan pendingin ruangan, hingga mengurangi intensitas menonton televisi.

Demikian halnya dengan penghematan BBM, 65,4 persen responden mengaku telah mengubah gaya hidup sehari-hari, terutama dalam hal transportasi. Bagi responden yang memiliki kendaraan roda empat, hal pertama yang mereka lakukan adalah mengurangi intensitas penggunaan kendaraan pribadi dan beralih dengan naik kendaraan umum atau sepeda motor. Sementara itu, untuk kelompok yang lebih rendah tingkat ekonominya, standar hidup pun menurun lagi, seperti mengganti gas dengan minyak tanah, menggunakan sepeda ke kantor.

Bahkan, untuk ibu rumah tangga, mahalnya BBM membuat mereka harus mengurangi volume masakan sehari-hari atau membuat menu makanan yang tidak terlalu lama dimasak.

Sementara semangat untuk melakukan perlawanan terhadap kondisi bangsa yang terpuruk ini dengan melakukan tindakan proaktif untuk kemandirian belum jelas terlihat.

Ketergantungan kepada pasar barang konsumsi membuat pilihan hidup bergantung pada dua hal: ketersediaan barang di pasar dan ketersediaan uang di kantong. Sikap dominan publik untuk bertindak sebagai pelaku yang menentukan kondisi pasar jelas tidak terlihat.

Dalam mengatasi krisis pangan, misalnya, sikap enggan kalangan pengusaha/wirausaha untuk terjun ke bidang pertanian lebih banyak terlihat, sebagaimana terlontar dari pernyataan 50,3 persen responden kalangan ini. Mereka tegas-tegas menolak untuk terjun ke pertanian. Semangat untuk kemandirian pangan justru terlihat di kalangan pelajar/mahasiswa, karyawan swasta, pegawai negeri, dan kalangan yang belum/tidak bekerja. Rata-rata keinginan mereka untuk terjun ke bidang pertanian di atas 50 persen.

Kebangkitan Nasional, yang diartikan sebagai semangat kebangsaan, dalam realitas masyarakat sepertinya tidak terlalu menggema.

Sebagian besar responden (69,5 persen) menyatakan solidaritas nasional bangsa Indonesia saat ini lemah. Hanya 23,7 persen responden yang mengungkapkan bahwa toleransi antarkelompok, seperti kaya dan miskin, serta antaretnis cukup kuat. Sementara 73,1 persen menyatakan solidaritas antargolongan lemah. Hal itu tidaklah mengherankan jika melihat kenyataan, dalam kondisi keterpurukan ekonomi saat in, masih saja ada golongan kaya yang menghamburkan uang untuk berpesta.

Responden menilai bahwa persoalan mendesak yang harus diselesaikan saat ini adalah segala hal yang berkaitan dengan persoalan ekonomi (58,7 persen), kemudian korupsi, pendidikan, dan hukum.

Krisis ekonomi dan sosial tentu menjadi pekerjaan yang sangat berat bagi pemerintah saat ini, meski tidak dimungkiri bahwa karut-marutnya kondisi saat ini tidak lepas dari kepemimpinan masa lalu. Namun, hendaknya pemerintah saat ini lebih tegas dalam memihak masyarakat luas daripada kepentingan golongan tertentu saja.

Keputusan konkret dan dukungan nyata dari pemerintah dan badan legislatif untuk mewujudkan kebangkitan Indonesia akan selalu menjadi sorotan masyarakat. (Litbang Kompas; Senin, 26 Mei 2008; UMI KULSUM)

9 comments

  1. penjaga Islam soko Ngawi

    Yo mesti ae masyarakat kan makin pinter. Gak gampang lho Pak SBY, di jaman sekarang ini main bujuk-bujukan alias tipu-tipu ala pencopet bis kota. Ibu mertuaku (yang sempat nonton pidatone sampean)yang bukan mantan anak kampus saja langsung tahu bahwa sampean mbujuk alias bo’ong. Omong kosong Pak Presiden. Lha bagaimana ndak omong kosong, kemiskinan yang tidak pernah teratasi, pengangguran yang semakin membludak, kasus lapindo yang tak terselesaikan, maraknya bunuh diri akibat masyarakate sampean yang frustasi, kok malah dikatakan, bahwa kebangkitan nasional telah memberikan spirit buat Indonesia sehingga MAMPU KELUAR DARI KRISIS. O ala wis tah rek-rek rakyat iki wis podo pinter, podo cerdas, luwih apik sampean, pak prediden gak usah ngomong. Nek, swear bikin kami nek. Mangkane tah Indonesia iki ndak bakalan bisa maju apalagi bangkit dari keterpurukan menjadi Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur, jika masih enggan dan takut untuk menerapkan syariah Islam. Ada teman saya yang ngomong pas meresponku. Dia bilang lha kan negara kita bukan negara Islam, masih pakai pancasila. Ku bilang aja sama dia, kalau sudah terbukti bahwa negara bukan Islam dan negara Pancasila justru menjadikan Indonesia semakin terpuruk dan tak terobati, Ya sudah ubah aja negara ini menjadi negara Islam yang berasas Islam. Gitu aja kok repot. Nah Lho

  2. Rakyat ini belum juga mengerti bahwa sistem ini memang sudah CACAT sejak lahir !!!
    Jadi upaya agar Indonesia bisa sejahtera yaitu satu-satunya kembali kepada Syariah dan Khilafah ala manhaj ar rasul.

  3. Sekarang Indonesia itu bukannya bangkit tapi AMBLASSSSS….
    Hanya dengan penerapan syariat islam secara kaffahlah Indonesia bisa menuju kebangkitan hakiki

  4. Masyarakat kok gak sadar2 ya kalo mereka dibohongi terus sama pemerintah.
    Apa kita yang kurang mendakwakan ?????????????

  5. Adalah hal yang mustahil dan hil yang mustahal mengharapkan perubahan pada sistem kapitalisme yang nyata-nyata telah gagal mengurusi dan mensejahterakan rakyat. kemana lagi kita berharap selain kepada Islam??? Yuk..Kita terapkan Islam secara Kaffah dengan menegakkan Daulah Khilafah!!! Allahu Akbar…!!!

  6. oh ternyata enek penjaga islam soko ngawi. tak kira sepi di ngawi.
    allohu akbar

  7. AllahuAkbar…
    saya bingung….sebenarnya ga tau mo ngomong apa.serasa semua kata-kata tercekat di teggorokan.sulit rasanya untuk bicara. satu rumah yang kami datangi seperti mengusir kami secara halus.tapi setidaknya kami tau sedikit bagaimana tanggapan mereka tentang kenaikan bbm yang saat ini terjadi.
    saya akui kalo mereka cukup kritis. banyak pertanyaan yang sebenarnya kami juga ragu untuk menjawabnya karena takut kalo2 ada kata2 yang salah nanti.kami melihat dan mungkin sangat terlihat bahwa pertanyaan2 yang mereka ajukan kebanyakan terkadang hendak menjatuhkan kami. padahal yang kami mau hanya mengajak mereka untuk mengoreksi penguasa.
    aksi umat kali ini sejatinya bukan hanya agar pemerintah bersedia untuk menurunkan bbm, tapi kami punya tujuan yang lebih mulia dari itu. yaitu mengoreksi kesalahan pemerintah karena menyetujui kenaikan bbm, yang seharusnya semua komponen masyarakat turut melakukan ini. tidak hanya kami mahasiswa mulai dari bem km, ukm, ldk, tapi semuanya.tujuan selain mengoreksi adalah mengajak pemerintah untuk mau menerapkan sistem Islam yang sejatinya adalah Haq.benar dari sisi Allah.
    kami yang aksi tidaklah hanya berkoar-koar menuntut diturunkannya bbm, tapi kami juga menawarkan solusi praktis yang solutif dan komprehensif serta bersifat fundamental-dengan penerapan syariah Islam oleh negara.
    setelah roadshow ke beberapa rumah…ada yang berkomentar ttg solusi praktisnya…begini-menurut saya dengan menenangkan masyarakat atas kenaikan bbm ini, merupakan suatu sikap yang mungkin lebih bijaksana yang dapat kita lakukan selain aksi-ini komentar seorang mahasiswa yang katanya mempunyai idealisme.
    kalo kita mau berpikir realistis…berapa banyak masyarakat yang harus ditenangkan dengan kenaikan bbm ini?banyak…apalagi rakyat miskin kini bertambah jumlahnya…jumlah mereka jutaan…mau ditenangin semua…(upss…esmosi saya).
    berpikirlah sedikit…ini bukan lagi masalah moral yang bejat para anggota dpr bahkan presiden yang tega menaikkan harga bbm, tapi ini lebih ke permasalahan sistem. saya yakin sebenarnya presiden dan banyak lagi pihak dpr yang masih mau memperhatikan rakyat. tapi karena kungkungan sistem kapitalis yang ada saat ini, mereka tidak bisa berbuat apa2 untuk melindungi rakyat mereka yang telah memberi mereka makan dan kehidupan yang lebih layak dibandingkan dengan rakyat itu sendiri..ironis memang…
    menurut saya kenaikan bbm bukanlah hal yang wajar mengingat sumber daya alam minyak dan gas kita sebenarnya banyak..itu menjadi wajar saat ini karena yang mengelola bukan kita…tapi pihak swasta yang kita tau orientasinya adalah profit.coba kita sendiri yang mengelola…pasti rakyat dapat merasakan hasilnya.tidak seperti rakyat cepu yang daerahnya merupakan penghasil minyak terbesar di Asia tenggara. ini adalah permainan para kapital yang memegang erat ideologi kapitalisnya…
    masa iya rakyat disuruh menghemat energi sedangkan pemerintah masih bisa berfoya2 karena mereka pastinya tidak merasakan apa yang dirasakan rakyat, terutama rakyat kecil….ckckck…kontras sekali dengan keadan saat Islam diterapkan. pemerintah yang mengurusi rakyat rela tidak tidur hanya untuk memikirkan umat..tapi sekarang????pertanyaan yang sangat besar…kita dedikasikan untuk pemerintah.
    yahh….saya melihat sudah banyak aksi dimana2…sebntar lagi kemungkinan akan terjadi revolusi….bukan lagi reformasi…karena reformasi telah BASI…..

  8. Memang sangat menyakitkan kalau kita tidak bisa mengerti tentang arti dari KEBANGKITAN NASIONAL, kata mutiara tersebut daoat membuat kita tersenyum atau bersedih mendengarkan . YA……………………lebih baik kita pasrah dan tawakal saja

  9. saya mendukung HTI dan ormas2 lainya dalam menegakkan syariah khilafah.saran saya berjuang dengan ikhlas,sosialisasikan k masyarakat tentang syariah khilafah dan satu lagi jangan anarkis dan berbuat kerusakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*