Islamic Reformation : Exposing A Battle fo Hearts and Minds

Reformasi Islam : “Mengungkap Perjuangan Untuk Memenangkan Hati dan Pikiran” (1)
Perang pemikiran tidak pelak lagi merupakan perang utama peradaban Islam dan Kapitalis saat ini. Meskipun , peradaban Islam saat ini masih absen dalam bentuk riil dengan kekuatan negara , namun Barat tidak pernah membiarkan kebangkitan. Berbagai cara ditempuh oleh Barat untuk menghentikan perjuangan penegakan Khilafah Islam. Termasuk upaya memenangkan hati dan pikiran umat Islam, agar terpikat dan tunduk ke Barat. Buku Adnan Khan (Hizbut Tahrir Inggris) yang berjudul Islamic Reformation : Exposing a Battle for Hearts and Minds ini menggambarkan pertarungan itu. Mengingat pentingnya buku ini kami akan menterjemahkannya secara bertahap kepada pembaca. Selamat Membaca. (Redaksi)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Peperangan Hati dan Pikiran

Memahami Peperangan Hati dan Pikiran

Kekeliruan Universalisme Barat

Islam cocok untuk setiap waktu dan tempat

Ijtihad membuktikan kemampuan penerapan (aplikabilitas) Islam

Perbedaan pendapat (Ikhtilaaf) membuktikan Dinamisme dalam Islam

Kesimpulan

Bibliografi

KATA PENGANTAR

Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi sesumbar sesaat setelah terjadinya serangan 11/9: “kami harus sadar bahwa superioritas peradaban kami, sebuah sistim yang menjamin kebahagiaan, penghargaan atas HAM dan – yang berlawanan dengan yang ada di negara-negara Islam – penghargaan terhadap hak-hak politik dan agama, sebuah sistim yang memiliki pemahaman akan nilai-nilai perbedaan dan toleransi….. Barat akan menaklukkan bangsa-bangsa lain, sebagaimana ia telah menaklukkan komunisme, walaupun itu berarti suatu konfrontasi dengan peradaban lain, yakni peradaban Islam, yang mandeg di tempat ia berada seperti 1400 tahun yang lalu…”1

Dan pada tahun 2007 sebuah laporan dari RAND institute menyatakan:

“Perjuangan yang terjadi di hampir semua Negara Muslim pada esensinya adalah sebuah perang ide. Hasil peperangan ini akan menentukan masa depan Dunia Islam.”

Konsep ‘ishlah’ adalah sebuah konsep yang tidak dikenal oleh kaum muslim. Hal ini tidak pernah muncul di sepanjang sejarah peradaban Islam, dan hal inipun tidak pernah diperdebatkan atau bahkan diperhitungkan. Suatu pandangan sepintas atas literatur Islam klasik menunjukkan bahwa ketika para ulama masa lalu meletakkan dasar usul, dan mengkodifikasi fiqih , mereka hanya mencari pemahaman hukum-hukum Islam dengan maksud untuk menerapkannya. Situasi yang sama terjadi pada hukum-hukum yang terdapat pada hadis, tafsir, dan bahasa Arab. Para ulama, pemikir dan cendekiawan di sepanjang sejarah Islam meluangkan banyak waktu untuk memahami wahyu Allah – Quran – dan menerapkan ayat pada kenyataan dan menetapkan prinsip-prinsip dan disiplin ilmu agar bisa memberikan pemahaman. Karena itu Quran masih merupakan landasan studi dan semua disiplin ilmu yang muncul selalu berlandaskan pada Quran. Orang-orang yang terpengaruh oleh filsafat Yunani seperti para filsuf muslim dan beberapa diantaranya adalah dari Kaum Mu’tazilah, dianggap telah meninggalkan landasan Islam dan Quran sebagai basis studi mereka. Dengan demikian, seorang muslim yang mencoba untuk menarik kesimpulan atau pemahaman atas pendirian semacam apa yang harus diambil atas suatu isu tertentu, maka Quran hendaklah menjadi basis pemahaman itu.

Usaha pertama untuk melakukan reformasi Islam terjadi pada pergantian abad ke 19. Pada saat itu, ummat berada pada masa kemunduran yang panjang dimana keseimbangan kekuatan global pindah dari Khilafah kepada Inggris. Setumpuk permasalahan mulai membebani Khilafah sementara pada saat yang sama, Eropa Barat berada di tengah-tengah revolusi industri. Umat mulai kehilangan pemahaman akan kemurnian Islam, dan dalam usaha untuk menghilangkan kemunduran yang meliputi Daulah Usmani, dikirimlah beberapa orang muslim ke Barat, dan hasilnya mereka menjadi takjub pada apa yang mereka lihat. Rifa’a Rafi’ al-Tahtawi dari Mesir (1801-1873), sekembalinya dari Paris, menulis sebuah buku biografi yang diberi judul Takhlis al-ibriz ila talkhis Bariz (Penggalian Emas, atau Ikhtisar tentang Paris, 1834), yang memuji kebersihan kota itu, kesukaan bekerja penduduknya, dan diatas semuanya itu : moralitas sosial. Dia menyatakan bahwa kita harus meniru apa yang sedang dilakukan di Paris, dengan menganjurkan dilakukannya perubahan atas masyarakat Islam mulai dari memberi kebebasan bagi wanita hingga merubah sistim pemerintahan. Pemikiran ini, dan yang lain yang serupa dengannya, mulai menandai awal trend untuk penemuan kembali Islam.

Beberapa orang bahkan berpikir terlalu jauh yakni membolehkan dipakainya pemikiran-pemikiran asing sebagai kerangka acuan disamping Qur’an. Muhammad Abduh, mufti besar dari Mesir tahun 1899 dianggap sebagai seorang peletak dasar dari apa yang dinamakan sebagai pemikiran neomutazilim .2 Dalam tafsirnya atas Qur’an dia mengungkapkan hal sebagai berikut:

“Darul-harb (Negara yang diperangi) bukanlah sebuah tempat untuk diterapkannya hukum-hukum Islam, karena itu adalah wajib untuk melakukan hijrah kecuali jika ada alasan atau keuntungan bagi kaum muslim sehingga dia menjadi aman dari fitna atas agama mereka.. hal ini adalah wajib bagi orang yang menetap (di India) untuk melayani kaum muslim sesuai dengan hal terbaik yang bisa dilakukannya dan untuk mempertahankan hukum-hukum Islam sekuat yang dia bisa lakukan. Dan tidak ada cara untuk mempertahankan Islam dan melindungi kepentingan kaum muslim dan menerima posisi-posisi di pemerintahan apabila pemerintah lemah dan bersikap ditengah-tengah semua semua bangsa dan agama seperti pada pemerintahan Inggris. Adalah sangat dipahami bahwa hukum di Negara itu adalah lebih dekat kepada Syariah Islam lebih dari pada di negara-negara lainnya karena negeri itu mengembalikan banyak hal kepada para hakim untuk melakukan ijtihad. Jadi siapapun yang memuhi kualitas untuk menjadi seorang hakim Islam dan mengambil tempat di pengadilan India dengan tujuan dan maksud yang benar, maka adalah mungkin baginya untuk memberikan pelayanan yang mulia bagi kaum muslim.” 3

Para pengikut Abduh yang paling setia adalah Rashid Rida dan Ali abd al-Raziq. Kedua orang mahasiswa itu terus menulis tentang penghapusan Khilafah tahun 1924 dan menurut mereka perlu untuk dilakukan reformasi untuk memperkuat Islam.

Karena itu, usaha pertama untuk mereformasi Islam berakibat pada penghapusan Khilafah dan akhir dan berakhirnya empat belas abad masa pemerintahan Islam. Namun kurang dari seabad berlalu dari kejadian bersejarah ini, kaum muslim kembali pada Islam dan setiap hari semakin mendekati penegakkan kembali Khilafah. Karena alasan itulah, maka Barat sekali lagi berencana untuk merubah Islam, karena segala usaha untuk mengembalikan kejayaan Islam akan berakhir pada Kekhilafahan yang merupakan sebuah sistim pemerintahan alternatif yang akan menantang dominasi kapitalisme.

Peperangan sepenuhnya untuk memenangkan hati dan pikiran pada saat ini sedang berlangsung. Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair menggaris bawahi hal ini setelah terjadinya peristiwa serangan 7/7 di bulan Juli 2005:

“Ini bukanlah sebuah benturan peradaban-peradaban – dari semua orang yang beradab, kaum Muslim atau yang lainnya, yang merasakan hal ini. Tapi ini adalah sebuah perjuangan global. Ini adalah sebuah peperangan ide antara hati dan pikiran, yang terjadi di dalam Islam dan diluarnya.”4

Pertempuran ini berlangsung dalam berbagai cara dan bentuk. Suatu spektrum dari berbagai naungan pemikiran modern dari mulai yang ekstrem seperti pemikiran Irshad Manji hingga yang paling lembut seperti pemikiran Sheikh Ali Gomaa yang ikut membentuk bagian dari pertempuran untuk memenangkan hati dan pikiran ini. Diantara spektrum lainnya adalah orang-orang dari berbagai latar belakang termasuk akedemisi, aktivis dan ulama tradisional. Semuanya melakukan cara atau bentuk, baik sedara sadar maupun tidak, mendakwahkan reformasi Islam dengan maksud untuk merubah Islam agar bisa cocok dengan realitas kontemporer dan tidak berusaha untuk merubah realitas agar bisa cocok untuk Islam. Untuk maksud itulah buku ini ditulis. Untuk menggaris bawahi dengan sejelas-jelasnya usaha-usaha yang sedang dilakukan untuk mereformasi Islam dan menyoroti pokok-pokok usaha dan cara yang digunakan. Hal ini juga menggaris bawahi argumen spesifik yang digunakan Barat dan orang-orang yang takjub dengan Barat. Buku ini melihat kejadian-kejadian yang sudah terjadi untuk mereformasi Islam dengan penekanan pada pendekatan umum yang dilakukan oleh Barat. Buku itu juga menekankan pada metode dalam mempertahankan Islam dengan memastikan respon-respon Islam secara tidak sengaja membantu agenda untuk mereformasi Islam. Disitu juga ditekankan metode yang dilakukan secara ofensif dibandingkan metode defensive dan menerima propaganda yang ditujukan atas Islam.

2 comments

  1. Kalo bisa, catatan kakinya turut disertakan (untuk halaman-halaman yang sudah dimuat).

  2. Shalahuddin thariq Al Fatih

    “”MARI KEMBALI PADA ISLAM””

    wahai manusia yang merasa dirinya hebat
    tak takutkah kalian akan siksa kiamat
    sehingga kalian berani menodahi agama ini

    ____wahai manusia yang hina
    ____sungguh tak ada daya kalian
    ____tapi kalian berani menentang allah
    ____tak takutkan kalian pada sang pencipta
    ____sehinnga kalian berani melakukannya

    sunnguh azab tuhanmu sangat perih
    sungguh azab tuhanmu sangat besar
    apakah kalian menunggu hari penyesalan
    saat dikatakan pada kalian
    “maka rasakannlah azab dari jahannam ini”

    ____sadarlah
    ____islam ini sempurna
    ____islam ini mulia

    taubatlah
    kembalilah pada jalan islam
    berjuanglah
    kembalikan kemuliaan peradaban islam ini

    rajab,1429
    thariqalfatih@ymail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*