HTI-Press. Akhirnya, bukan saja pejuang Muslim dan warga sipil Muslim yang menjadi korban kebiadaban AS. Pihak kemanan Irak pun kini menjadi target kebrutalan pasukan AS tersebut. Menurut sumber polisi di Irak, Rabu (03/09/08), Pasukan AS telah membunuh enam personil keamanan Irak, sementara yang lainnya luka-luka, meski militer AS menyebutnya sebagai sebuah kekeliruan.
Para anggota polisi Irak dan tentara, dan satu kelompok patroli permukiman, melepaskan tembakan peringatan ketika satu kapal AS melewati Sungai Tigris dekat pos pemeriksaan mereka dekat kota Tarmiya, sebelah utara Baghdad, kata polisi Irak.
“Pasukan Irak melepaskan tembakan ke udara, tidak tahu itu adalah kapal AS. Tentara AS membalas tembakan itu dan meminta bantuan udara, dan enam personil keamanan Irak tewas dan 10 lainnya cedera,” kata satu sumber polisi, yang menolak menyebut jati dirinya.
Militer AS mengatakan tidak ada baku tembak antara pasukan AS dan pasukan keamanan Irak. Dan Irak mengalami korban, demikian diwartakan Reuters.
“Selalu disesalkan apabila insiden-insiden salah tembak terjadi di medan tempur, satu penyelidikan atas kejadian itu sedang dilakukan,” kata militer AS dalam sebuah pernyataan.
Keberadaan pasukan AS di Irak ini sebagai upaya penjajahan dan pendudukan AS di negeri tersebut yang dibalut baju kampanye “perang melawan terorisme” dan “penyebaran ide demokrasi”. Nyatanya Ratusan ribu warga Muslim tewas di tangan pasukan AS tersebut.
Sejak pendudukan AS di Irak, warga Irak tak menginginkan demokrasi, tetapi Amerika terus memaksakannya. Menurut Syeikh Abu Abdillah, seorang aktivis Hizbut Tahrir Irak mengatakan, semua golongan, termasuk Syiah dan Sunni menyatakan, bahwa masa depan Iraq adalah penerapan hukum-hukum Allah SWT, kecuali segelintir orang dari kalangan sekular yang menjadi agen kaum Kuffar Barat.
“Pada awal kedatangan penjajah ke Arab, penduduk di sini melawan dan menentang kedatangan mereka. Ini sangat jelas diketahui dan didokumenkan sebagai revolusi abad ke 20. Para penjajah itu telah mencengkram masyarakat ini,” kata Syeikh Abu Abdillah, seorang aktivis Hizbut Tahrir di negeri tersebut. (nl/ant)