Hasil Survey: Mayoritas Masyarakat Indonesia Setuju dengan Penerapan Syariat Islam
HTI-Press. Pengamat politik Fachri Ali, sangat terkejut melihat hasil survey yang dilakukan oleh SEM Institute itu. “Saya sangat terkejut dengan hasil survey itu karena terlalu fantastis,” ujarnya. Fachri mengatakan bila hasil survey itu benar mestinya Indonesia itu sudah menjadi negara Islam. Namun, menurut Fachri, untuk melihat apakan hasil survey valid atau tidak maka harus diuji di Pemilu 2009.
“Kalau trennya partai-partai Islam secara kumulatif menang 72 persen, maka baru survey itu bisa dikatakan valid,” ujarnya lagi.
Kenapa harus dilihat dari hasil pemilu 2009? Menurut Fachri, itu karena masalah syariah itu terkait politik. Gagasan syariah itu sendiri, katanya, sebenarnya telah diperdebatkan sejak adanya kerajaan Demak, juga berlanjut di awal kemerdekaan Indonesia.
“Gagasan itu memang selalu muncul dalam sejarah,” ujar Fachri.
Ada Kesenjangan
Pendapat berbeda disampakan oleh Rahmat Kurnia. Dirinya tidak begitu terkejut dengan hasil survey itu karena mirip dengan dengan survey yang dilakukan PPIM UIN. Survey itu menarik jika dibandingan dengan survey yang dilakukan CSIS maupun Indobarometer, di mana menunjukkan data bahwa partai sekuler itu selalu menang dibanding partai Islam.
Menurut Kurnia, survey yang dilakukan CSIS dan Indobarometer itu berada pada tataran politik partai. Sementara yang dilakukan SEM Institute maupun PPIM UIN berada pada tataran nilai dan keinginan masyarakat.
”Di sini terlihat adanya kesenjangan antara keinginan masyarakat dengan apa yang dilakukan partai,” ujar Kurnia.
Karena itu wajar juga bila kemudian banyak yang golput, di mana bisa jadi sebab golput itu karena ada keinginan politik dari para calon pemilih yang tidak dipenuhi partai politik yang ada, misalnya keinginan masyarakat akan syariah.
Bahkan bisa jadi karena banyak di antara para calon pemilih itu yang melihat partai Islam peserta pemilu sama dengan partai sekuler. Persis seperti survey LSI dan CSIS yang menyebutkan 43,3 persen masyarakat itu melihat tidak jauh beda antara partai Islam dengan partai sekuler.
“Wajar akhirnya kalau yang menang itu partai sekuler, karena partai Islam tidak bisa memenuhi kenginan masyarakat,” ujar Kurnia.*** (Abu Ziad)
Berita terkait:
Banyak hal di dunia ini yang sering direkayasa, termasuk sejarah yang sering disusun oleh Orde Baru maupun Orde Lama, semua disusun untuk kepentingan penguasa, bukan kepentingan pencerdasan masyarakat. selama ini yang kita lihat di lapangan hanyalah pembodohan masyarakat, bukan pencerdasan. Kami minta para pemimpin kita untuk segera bertobat. Tertutupnya pintu rahmat dan berkah dari Allah SWT kepada bangsa ini karena selama ini kita dipimpin oleh para saudagar politik, bukan pembelajar politik,
Buku-buku Sejarah Indonesia Penuh Rekayasa
Minggu, 14 September 2008
Penulisan sejarah Indonesia dalam buku-buku sejarah penuh dengan rekayasa dan upaya ini telah dilakukan pemerintah Orde Baru sejak awal berdirinya rezim sampai jatuhnya pemerintahan Soeharto, ujar sejarawan Dr. Asvi Warman Adam.
“Dalam hal ini Nugroho Notosusanto dan Pusat Sejarah ABRI sangat berperan besar dalam penulisan rekayasa sejarah itu,” kata sejarawan dari LIPI itu pada seminar dan bedah buku “Ketika Sejarah Berseragam: Membongkar Ideologi Militer Dalam Sejarah Indonesia” karya Katha McGregor (Australia) di Medan, Jumat.
Menurut McGregor dalam bukunya itu, ujar Asvi Warman, terdapat tiga proyek utama Nugroho Notosusanto. Pertama adalah mengenai sejarah percobaan kudeta tahun 1965. McGregor mengatakan bahwa buku 40 Hari Kegagalan G/30S/PKI mungkin proyek penulisan sejarah yang penting yang dibuat oleh Nugroho Notosusanto.
“Menurut hemat saya, meskipun tim yang diketuai Nugroho mengerjakan penelitian kilat tersebut, inisiator atau penanggungjawab buku itu adalah Jenderal AH Nasution,” katanya.
Yang kedua adalah mengenai de-Soekarnoisasi. Asvi mengatakan, ia sering mengutip sejarawan Perancis Jacques Leclerc bahwa Soekarno telah “dibunuh dua kali” (21 Juni 1970 ia wafat setelah sakit dan tidak memperoleh perawatan sebagaimana semestinya serta sejak 1 Juni 1970 peringatan hari lahir Pancasila dilarang oleh Kopkamtib).
Ketiga, adalah tentang Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang merupakan proyek nasional dalam bidang pendidikan yang bermula dari apa yang terjadi di kalangan ABRI.
Jenderal Jusuf selaku Panglima ABRI melaporkan kepada Presiden Soeharto bahwa banyak taruna AKABRI yang tidak kenal dengan pahlawan bangsa. Bahkan dapat ditambahkan pula bahwa buku pedoman sejarah ABRI merupakan model atau dilanjutkan dengan buku pedoman sejarah nasional yang kemudian dikenal sebagai SNI (Sejarah Nasional Indonesia).
“Untuk keperluan ketiga hal itu, selain dari penulisan sejarah nasional Indonesia, juga dibangun beberapa museum dan monumen bersejarah beserta dioramanya di samping pembuatan berbagai film. Jadi semua penulisan sejarah Indonesia, sudah tidak murni lagi dan dipenuhi dengan rekayasa militer demi kepentingan dan nama besar mereka,”katanya. (*/bee)
Sumber : KapanLagi (12 September 2008)
dalam demokrasi
partai islam=partai sekuler///
Keinginan rakyat banyak yang tidak terakomodir oleh wakilnya di parlemen.Para wakil rakyat dan penguasa memutuskan sesuatu berdasarkan kepentingan dan kebutuhan mereka / kelompoknya (bukan rakyat umunya)dan segera menyiapkan argumentasi yang masuk akal dan upaya optimal agar rakyat yakin bahwa putusan itu mereka ambil semata demi kepentingan rakyat.
Itu semua akan menjadi bumerang bagi mereka ketika rakyat makin cerdas dan kritis melihat segala sesuatu.Golput adalah salah satu indikator hal tsb.
Sangat disayangkan Partai berlabel Islam mensekulerkan diri sehingga masyarakat menganggapnya sama engan partai sekuler. Tidak ada harapan lain keculai menegakkan syariat Islam dari luar partai pemilu….
subhanallah, sungguh liar biasa bila syariah diterapkan kemulyaan negeri ini akan menjadi suatu keberkahan, tapi ingat bila konsep syariah dalam bingkai demokrasi jangan berharap syariah dapat di terapkan secara total, karena subtansi demokrasi adalah menuhankan manusia. bisa jadi syariah di manipulasi oleh elit politik. “say yes islam and syariah, say no democrazy”
aku terkejut kalo bang Fachri terkejut segala. Banyak penelitian yang hasilnya kaya gitu kok. Bahkan peneli Internasional.
Untuk mengatasi kesenjangan antara keinginan rakyat dan keberadaan partai, maka peluang besar untuk Partai Islam serukan syariat secarang terang dan jelas. Islam sebagai solusi tuk menyelamatkan Indonesia
MEMANG SEKARANG HARUS BERUBAH
SISTEM RUSAK TAK KAN BERTAHAN LAMA
SISTEM HAKIKI KAN BERTAHAN ABADI
WALAU SISTEM HAKIKI DITUTUPI OLEH PENGUASA BONEKA
TERNYATA SEKARANG SAATNYA DUNIA BERUBAH
SEMANGAT WAHAI AGEN PERUBAHAN
ALLAHU AKBAR 3X!!!!!!!!!