Eddi Santosa – detikNews
The Science of Moon Sighting (fatwa.org.za)
Den Haag – Apa sebenarnya obyek observasi yang ditargetkan Depag dan ormas Islam dalam melakukan ru’yah hari Senin? Hilal? Menteri Agama gegabah menuding salah kepada masyarakat yang beridul Fitri Selasa.
Hal itu dikemukakan Direktur ICCN, ISR dan Ketua ICMI Orwil Eropa Dr. Sofyan Sururi Siregar, MA kepada detikcom Selasa malam atau Rabu (1/10/2008) WIB, menanggapi pernyataan Menteri Agama (Menag: Yang Lebaran Lebih Dahulu Itu Salah).
“Jika berita itu benar bahwa Menteri Agama menyatakan orang yang berhari raya pada Selasa (30/9/2008) salah, sungguh ucapan itu merupakan blunder dan pelecehan Depag terhadap umat beragama,” kata Sofyan.
Disebutkan bahwa hampir semua KBRI di Eropa berhari raya pada Selasa, kecuali KBRI Den Haag. Apa alasan dan argumentasi Depag dan lembaga lainnya berhari raya Rabu (1/10/2008) itu tidak jelas.
Dijelaskan Sofyan bahwa keadaan ini dikenal dengan ikhtilaful matoli’ (perbedaan dalam soal hilal menghilal, red). Mereka yang beridul fitri pada Selasa (30/9/2008) itu menganut free horizon, yakni jika di suatu horizon hilal telah ada dan bisa diru’yah, maka ru’yah itu berlaku untuk beberapa negara yang belum masuk waktu fajar.
Sebagian lainnya memakai lokal horizon seperti Lajnatul Isbat Depag, di mana jika hilal tidak ada di atas horizon lokal Indonesia pada 29 Ramadan, maka mereka akan menggenapkan bilangan Ramadan 30 hari.
“Anehnya mengapa Menteri Agama ngawur dan gegabah menafikan kenyataan khazanah yurisprudensi ini?” tanya Sofyan.
Menurut Sofyan, masalah penetapan hilal dalam hal ini terkait Idul Fitri jatuh pada Selasa (30/9/2008) atau Rabu (1/10/2008) sebenarnya adalah masalah klasik yang selalu jadi topik diskusi rutin bagi elite umat dan pemerintah di tanah air.
“Yang tidak klasik dan sangat aneh adalah upaya pembodohan umat Islam, yang dilakukan oleh elite tersebut berkelanjutan dan sangat menjijikkan dari tahun ke tahun,” ujar Sofyan.
Pembelajaran dalam bentuk pembodohan itu nampak dari manuver elite umat yang mengumumkan akan melakukan ru’yatul hilal seperti pada Senin 29 Sya’ban (29/9/2008) di 7 titik pemantauan di Indonesia.
“Upaya Lajnatul Istbat Depag dan ormas Islam yang berlagak berusaha melakukan ru’yah pada Senin itu tidak bisa ditafsirkan lain kecuali pembodohan umat,” tandas Sofyan.
Sofyan mempertanyakan apa sebenarnya objek observasi atau ru’yah yang ditargetkan dalam melakukan ru’yah pada Senin? Hilal? “Tentu tidak mungkin bahkan mustahil. Padahal Lajnatul Isbat Depag sendiri sudah tahu bahwa posisi hilal pada Senin itu di Indonesia masih berada dibawah horizon,” beber Sofyan.
Lalu kenapa harus meru’yah segala? Apakah ada kaitannya dengan anggaran ru’yatul hilal yang sudah di-APBN-kan dan harus dihabiskan? “Ataukah Depag melakukan terobosan baru dengan meru’yah matahari pada 29 Ramadan?” gurau Sofyan menyindir, seraya meminta agar Lajnatul Isbat Depag mempertanggungjawabkan keabsahan ‘merukyah matahari’ pada 29 Ramadan 1429 H.
Dikatakan, bahwa Depag mestinya meru’yah bulan, bukan matahari. “Upaya meru’yah bulan pada Senin itu sebenarnya sama dengan upaya meru’yah matahari saat matahari itu sendiri sudah berada di bawah horizon,” demikian Sofyan.(es/es)
Sumber: http://www.detiknews.com (Rabu, 01/10/2008 03:29 WIB) Laporan dari Den Haag
subhanallah,
Allah menunjukkan kekuasaannya.
malam ini jam 19.00 saya saya melihat dengan mata sy sendiri bulan bersinar terang di langit medan. perkiraan tangal 2 okt adalah hari ke 3 syawal. semoga menjadi pelajaran bagi kita semua bagi yang mau memikirkannya.
saya mngucapkn terima kasih atas informasi ttg 1 syawal oleh ust abdullah HTI Semarang.Sukses ya ustad jangan takut dg ancaman Menteri Agama spanjang membela kepentingn agama islam. Slamat brjuang
Kita dibuat bingung kalau ada pernyataan, bahwa sudah dilakukan ru’yatul hilal, diberbagai wilayah di negeri ini, tapi menurut mereka, hilal belum juga nampak. Padahal bergerak sedikit saja arah ke barat, banyak umat Islam yg sdh bisa melihat hilal. Mereka menyandarkan kalau negeri ini dan negeri disebelah baratnya ada beda waktu. Lhah….emang di negeri ini gak ada beda waktu???
Dari Aceh sampe Merauke emang jam-nya sama? Beda 3 jam man!!
Tapi kalau salah satu daerah aja bisa melihat, semua wilayah di negeri ini walaupun gak ngeliat hilal dan bahkan beda waktu 3 jam, tetap disamakan 1 Ramadhan/Syawalnya. Akhirnya mereka berkilah karena kita mempunyai negeri & pemerintah tersendiri.
Andaikan wilayah negeri ini membentang dari pantai laut merah sampai merauke, maka lebaran baru bisa kompak kali…
Jadi, kalau cara berpikir model kaya gini, dimana nasionalisme bisa menghambat kesatuan umat dalam ber-hariraya, maka nasionalisme adalah barang HARAM!
Tinggalkan nasionalisme, ubah menjadi kesatuan ummat dibawah panji kalimat Tauhid, dalam wadah Daulah Khilafah.
ALLAHU AKBAR
subhanallah..allahu akbar.kapitalisme diujung tanduk,khilafah di depan mata.
Subhanalloh… Kebenaran memang selelu memimpin.. Tapi mengapa kebenaran itu harus terus disembunyikan… Masya Alloh… Mbok yao Pemerintah aja pada dagelan bae lah…
Jane bisa mimpin umat ora sih ya…
WIS LAH, HIZBUT TAHRIR BAE SING KON MIMPIN UMAT…
HIDUP SYARIAH DAN KHILAFAH…
Bulan pada ngetawain pemerintah tuh, di rukyah katanya gak ada,tp tgl 1 okt terang benderang, lalu yg disalahin yg lebaran duluan,..Benar2 jadi dagelan,ckakakak