Erlangga Masdiana : Masyarakat Banyak Yang Stress

Jakarta – Setelah kasus heboh Very Idham Henyansyah, mutilasi kembali terjadi. Seorang pria yang hingga kini identitasnya masih misterius ditemukan di bus Mayasari Bakti.

Tak cuma dipotong-potong, pria bertato kepala macan itu juga disayat-sayat. Kepala korban pun hingga kini belum ditemukan.

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi banyaknya kasus mutilasi? Apakah bangsa kita saat ini sudah kehilangan kultur sosialnya, ataukah tayangan mutilasi di berbagai media menjadi pemicunya?

Berikut wawancara detikcom dengan kriminolog UI Erlangga Masdiana, Kamis (2/10/2008).

Bagaimana komentar anda tentang maraknya kasus mutilasi sadis yang makin marak seperti menguliti korban?

Bukan hanya dikuliti saja, bahkan ada yang direbus. Tapi ada satu hal yang harus dicermati. Kenapa ini makin menggejala dan menjadi sebuah fenomena yang makin banyak. Berarti ada sesuatu yang salah.

Apanya yang salah?

Masyarakat kita saat ini banyak yang stres. Dalam kondisi stres, orang bisa melakukan hal yang macam-macam dan aneh. Tindakan asosial juga mulai menggejala. Mereka tak mau bersentuhan dengan yang lain dan antisosial, dari kasus kekerasan yang menimpa dia. Dan ini terekspresikan dalam sebuah tindakan sadis.

Apa yang menyebabkan masyarakat kita stres?

Karena banyaknya persoalan-persoalan sosial ditambah lagi dengan ada proses social learning terhadap hubungan sosial yang tidak harmonis apalagi dengan penggambaran yang ada di film, TV dan sentuhan-sentuhan media, lambat laun orang melakukan perbuatan yang aneh.

Berarti media juga sangat berperan sebagai pemicu masyarakat untuk melakukan tindakan sadis seperti mutilasi?

Dalam sebuah studi, media massa seperti TV yang menunjukkan adegan kekerasan akan memicu orang untuk melakukan tindakan asosial. Lambat laun akan ada efek penanaman nilai. Misalnya ada media yang menuangkan rekonstruksi kekerasan seperti menampilkan mayat dipotong-potong. Itu berbahaya karena bisa menimbulkan efek peniruan.

Mestinya seperti apa media menayangkan kasus mutilasi?

Mestinya ditampilkan penggalan-penggalan kecil. Tidak perlu diekspresikan dan digambarkan secara berlebih. Karena bisa menimbulkan peniruan dan penanaman nilai. Media juga harus pandai-pandai memfilter penayangan berita-berita semacam itu.(www.detik.com ; Kamis, 02/10/2008 18:50 WIB)

One comment

  1. wajar jika masyarakat banyak yang mengidap stress, berbagai permasalahan multidimensional yang tak kunjung selesai: kemiskinan, biaya hidup yang smakin tinggi, pengangguran, DLL. adalah pemicu terjadinya stress pada masyarakat, selain persoalan akidah yang menjadi permasalahan mendasar.
    masyarakat yang terbiasa hidup dalam lingkup sekulerisme sudah terbiasa menyampingkan peran agama dalam kehidupan. banyaknya masalah yang mereka hadapi, tidak membuat mereka kembali pada agama mereka (islam) untuk mencari solusinya. mereka justru memilih meninggalkan agama, karena menurut mereka agama hanya ada pada saat sholat, puasa, dll.
    so…. solusi untuk menekan angka stress pada masyarakat adalah dengan cara mengajak mereka untuk menjadikn islam sebagai agama juga sebagai sistem kehidupan, yang akan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*