HTI-Press. PARIS, Jumat – Caisse d’Epargne, salah satu bank Perancis, rugi 800 juta dollar AS (Rp 7,71 triliun). Hal itu justru terjadi akibat terlibat dalam transaksi derivatif, pekan lalu, saat dunia sedang menghindari aksi-aksi spekulatif. Bank tersebut menjadi tempat menyimpan dari 50 persen penabung di Perancis.
Menteri Keuangan Christine Lagarde, Jumat (17/10), memerintahkan komisi perbankan Perancis mengaudit transaksi derivatif bank itu. Akan diteliti apakah para eksekutif bank tersebut melakukan transaksi berisiko melampaui batas yang wajar.
Berita kerugian itu muncul saat Caisse d’Epargne sudah sepakat bergabung dengan Banque Populaire untuk menjadi bank ritel kedua terbesar di Perancis.
”Karena gejolak pasar yang luar biasa besar pada 6 Oktober, Caisse d’Epargne mengalami musibah dalam transaksi derivatif,” demikian pernyataan bank itu.
Menurut sumber dari dalam bank tersebut, eksekutif tidak mengindahkan risiko perbuatannya meski sudah ada peringatan keras adanya potensi bahaya untuk melakukan transaksi derivatif dalam keadaan tak menentu. Tindakan telah dikenakan kepada para eksekutif bank yang terlibat dalam kerugian itu.
Caisse d’Epargne memiliki 27 juta nasabah dan modalnya senilai 20 miliar euro. Tahun lalu Caisse d’Epargne memiliki simpanan 358 miliar euro. Sepanjang semester pertama 2008, keuntungan perusahaan jatuh 98,5 persen menjadi hanya 21 juta euro dari 1,449 miliar euro pada periode yang sama tahun lalu. Kerugian Caisse d’Epargne terjadi saat nasabah di Eropa panik.
Kasus ini mengingatkan semua kalangan pada kerugian Societe Generale sebesar 4,9 miliar euro akibat ulah karyawannya yang bernama Jerome Kerviel.
Kehilangan miliaran dollar AS
Dari New York, kantor berita Reuters menyebutkan, Citigroup Inc mencatatkan kerugian berturut-turut selama tiga kuartal terakhir. Bank asal AS ini mengalami kerugian karena kelesuan yang makin dalam di sektor perumahan AS.
Citigroup mengalami kerugian terutama dari kucuran kredit, bisnis kartu kredit, sektor perumahan, dan penjualan bisnis sekuritas lainnya. Negara berkembang yang menjadi sumber utama keuntungan Citigroup kini makin tidak memberikan keuntungan dan di beberapa negara bank itu malah rugi besar.
Pejabat utama keuangan (Chief Financial Officer) Citigroup, Gary Crittenden, mengatakan kerugian ini memasuki sebuah tahap baru. Tahun lalu Citibank merugi 20,3 miliar dollar AS dan telah menghapusbukukan piutang ragu-ragu sebesar 71 miliar dollar AS selama lima kuartal berurut-turut. Pada kuartal ketiga 2008 Citigroup merugi 2,82 miliar dollar AS.
Bergejolak
Hingga kemarin perdagangan saham di dunia masih bergolak dan arahnya tidak jelas. Bursa Asia ada yang mengalami kenaikan dan juga penurunan. Pada pembukaan perdagangan, bursa saham New York (Dow Jones) kembali anjlok langsung 222,9 poin menjadi 8.756,32, tetapi naik kembali hingga berita ini diturunkan.
Harga minyak mentah light sweet untuk penyerahan November naik 1,66 dollar AS menjadi 71,51 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange.
Gejolak ini menunjukkan aksi spekulasi dengan latar belakang yang tidak jelas masih menghinggapi pasar. Sehari sebelumnya harga saham anjlok karena persepsi akan terjadinya resesi ekonomi global. Persepsi tentang resesi biasanya menurunkan harga minyak, yang kemarin malah kembali naik.
Dana 600 triliun dollar AS
Dari Brussels, regulator Uni Eropa, Jumat, menyerukan rencana untuk menertibkan dana- dana investasi senilai 600 triliun dollar AS, yang sekarang ini dimainkan dalam transaksi derivatif. Dana investasi ini hampir setara dengan 10 kali produk domestik bruto (PDB) dunia dalam setahun. Dana sebesar itu dianggap sebagai kunci utama penyebab krisis keuangan global.
Dana-dana itu dipertaruhkan untuk meraup keuntungan, dengan pola short selling, di mana investor bertaruh harga-harga akan jatuh. Dalam kategori short selling, kejatuhan harga juga bisa menjadi sarana meraih keuntungan. Inilah dana-dana investasi yang oleh investor kaya asal AS, Warren Buffett, disebut sebagai senjata pemusnah massal di pasar uang.
Komite Jasa Keuangan Uni Eropa Charlie McCreevy menyerukan penertiban dana-dana yang dipertaruhkan itu, yang menyebabkan gejolak besar di pasar. Kekhawatiran soal dana 600 triliun dollar AS itu adalah pola permainannya yang tidak jelas, di mana para pemain tidak bisa dilacak. Aksi-aksi mereka juga tersamar karena tidak dicatatkan dalam pembukuan resmi di perusahaan keuangan, yang terlibat dalam permainan itu.
Dari jumlah itu, sekitar 60 triliun dollar AS dinamai sebagai credit default swaps (CDS). Ini adalah produk obligasi yang memberi pemegangnya keuntungan jika perusahaan penerbit obligasi gagal bayar.
Bahaya dari CDS ini, para pemain juga tidak jelas dan sulit dilacak. Hal itu disebabkan CDS tidak dianggap ilegal karena tidak ada peraturan yang melarang penerbitan CDS yang liar. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal AS Christopher Cox dua pekan lalu juga menyatakan sangat kaget karena American International Group (AIG) ditemukan turut memainkan instrumen CDS.
Seruan Bush
Sehubungan dengan itu, Presiden AS George W Bush, Jumat di Washington, meminta penerusnya, John McCain atau Brack Obama, untuk mengevaluasi kembali industri keuangan. ”Siapa pun yang menjabat di Gedung Putih, harus menjamin bahwa situasi ini tidak terulang lagi,” kata Bush soal krisis hebat sekarang ini. Sebelumnya, Bush tidak menginginkan regulasi sektor keuangan.
Bush menyambut usulan Menteri Keuangan AS Henry Paulson soal evaluasi sektor keuangan. ”Menerjemahkan ide itu dengan membentuk peraturan haruslah menjadi prioritas presiden AS berikutnya, demikian juga Kongres AS berikutnya,” kata Bush. (Kompas, 18/10/08)
Artikel Terkait:
- Ganti Sistem Kapitalisme dengan Islam!
- Pernyataan Hizbut Tahrir Indonesia: Krisis Finansial Global, Tanda Makin Nyata Kehancuran Kapitalisme
- Ekonomi Kapitalis tengah Tenggelam dalam Kehancuran, Setelah Sosialisme-Komunisme Hanya Islamlah satu-satunya Solusi Ampuh dan Steril dari Berbagai Krisis Ekonomi