HTI-Press. Agenda pembunuhan atas nama “war on terrorism” terus berlangung di Pakistan. Baru-baru ini, 60 orang pejuang Muslim yang dianggap sebagai pro-Taliban dibunuh melalui serangan helikopter meriam dan jet tempur Pakistan, Jumat (17/10/08). Menurut seorang pejabat, jet-jet tempur itu membom sebuah kamp pelatihan besar dan gua tempat persembunyian kelompok Taliban di kawasan pegunungan. Kebrutalan pasukan Pakistan ini tentunya saja memakan korban banyak.
“Pasukan keamanan menghancurkan sebuah kamp pelatihan dan tempat persembunyian militan di Peochar di lembah Swat, menewaskan 60 orang dari mereka dan mencederai puluhan lain,” kata seorang pejabat tinggi keamanan kepada media.
Beberapa sumber dari daerah itu memastikan bahwa 60 orang tewas dalam serangan udara itu dan jumlah kematian mungkin akan naik karena mayat-mayat masih ditemukan di gua tempat mereka yang diserang.
Sebelumnya, seorang pejabat tinggi keamanan mengatakan bahwa serangan udara itu dilakukan di Bajaur dimana pasukan Pakistan dan gerilyawan muslim terlibat dalam pertempuran sengit sejak Agustus. menewaskan 10 orang.
“Helikopter meriam dan jet tempur Pakistan membom tempat persembunyian militan, menewaskan 10 pemberontak dan mencederai 13 lain,” kata seorang pejabat tinggi keamanan sebelumnya kepada AFP.
Khar, kota utama di Bajaur, tetap dikenai jam malam ketat, dan selebaran-selebaran yang meminta penduduk mengusir militan dijatuhkan dari sebuah helikopter pada Jumat, kata warga setempat.
Badan pengungsi PBB mengatakan belum lama ini, hampir 190.000 orang meninggalkan rumah mereka di Bajaur sejak pertempuran itu dimulai.
“Jumlah ini mencakup lebih dari 168.000 orang Pakistan yang kini berlindung di Provinsi Perbatasan Baratlaut dan 20.000 orang Pakistan dan Afghanistan yang melarikan diri ke Afghanistan timur,” kata badan PBB itu.
Militer Pakistan menyatakan pada akhir September, Bajaur dilanda sejumlah pertempuran paling sengit sejak Pakistan bergabung dalam perang pimpinan AS melawan teror pada 2001.
Menurut militer, lebih dari 1.000 orang–tentu saja dari kalangan Muslim–tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.
Bajaur, yang berbatasan dengan provinsi Kunar, Afghanistan, yang dilanda kekerasan, menjadi ajang sejumlah pertempuran sengit antara pasukan Pakistan dan gerilyawan muslim garis keras sejak Islamabad bergabung dengan AS dalam “perang melawan teror” pada 2001.
Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.
Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Amerika menuding, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Hari Sabtu (18/10/08), sekitar 168 orang yang dianggap militan ditangkap, seperti dinyatakan dalam pernyataan tentara Pakistan.
Sementara itu, ribuan orang kaum Muslim pada hari yang sama turun ke jalan di Peshawar menentang keras kebrutalan tentara Pakistan yang telah menjadi budak Amerika. Mereka meneriakkan slogan “Anti Amerika”. Sebuah spanduk bertuliskan “Orang yang tidak suka Amerika Gabung pada aksi ini”.
Beberapa media barat, senantiasa menghubungkan kelompok Taliban ini dengan peristiwa 11 September. Semakin jelas, tindakan pasukan Pakistan ini hanya meneruskan keinginan Amerika Serikat dalam aksi pembunuhan atas kaum Muslim melalui baju kampanye global “war on terrorism” yang sebenarnya tiada lain “war on Islam”.
Demikianlah, pembunuhan atas kaum Muslim terus terjadi bahkan dilakukan oleh tentara yang kebanyakan Muslim juga. Sungguh potensi umat yang besar ini telah dimanfaatkan oleh para penguasa yang mengekor kepada tuan-tuan mereka, serta tunduk pada titah mereka. Mengapa pasukan Pakistan terus menerus menggempur orang-orang di kawasan pegunungan, sementara mereka berdiam diri atas pembunuhan yang dilakukan tentara Amerika di perbatasan pakistan, Afghanistan dan Irak? Jadi pembunuhan mereka atas kaum Muslim yang yang dituduh pendukung Taliban itu sebenarnya atas titah siapa?
Menyedihkan, hari ini potensi umat yang begitu besar dengan tentaranya yang banyak hanya digunakan untuk membunuh kaum Muslim sendiri. Ini terjadi ketika kaum Muslim tak memiliki kekuatan, tidak ada Khilafah. Suatu hari nanti, Khilafah akan mengembalikan potensi umat tersebut untuk membebaskan negeri-negeri Muslim. Insya Allah.