HTI-Press. Pakistan kini menggantungkan harapan pada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mengatasi krisis keuangan dan anjloknya aktivitas ekonomi di negara yang terus-menerus dilanda berbagai tindak kekerasan itu. Pakistan membutuhkan paket bantuan sebesar 10 miliar sampai 15 miliar dollar AS untuk menstabilkan ekonominya.
Eslandia, Ukraina, dan sejumlah negara berkembang lain telah meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis ekonomi. Semua negara itu selama ini mengandalkan modal asing dari sumber swasta. Namun, krisis keuangan global telah menyebabkan seretnya aliran modal swasta, bahkan sebagian besar keluar dari negara berkembang. Harapan sejumlah negara itu kini disandarkan pada IMF.
Gubernur Bank Sentral Ukraina Volodymyr Stelmakh, Senin (20/10), mengungkapkan, perundingan dengan IMF diharapkan memberikan hasil pekan ini.
Menteri Industri Eslandia Oessur Skarphedinsson, Selasa, mengungkapkan, pemerintah sudah hampir mencapai kesepakatan untuk bantuan dari IMF.
Sejumlah pejabat Pakistan bertemu dengan wakil-wakil IMF di Dubai, Selasa. ”Ini bukan sebuah pertemuan luar biasa. Situasi menyebabkan perlunya pertemuan ini,” kata Shaukat Tareen, penasihat keuangan pemerintahan Pakistan. ”Kami akan mendiskusikan kondisi ekonomi dan keuangan yang kita hadapi saat ini,” lanjutnya.
Memburuk
Menurut laporan IMF yang dikeluarkan hari Senin, ketidakstabilan politik, merebaknya tindak kekerasan, serta tingginya harga minyak dan komoditas pangan telah memperburuk prospek perekonomian Pakistan.
Cadangan devisa negara itu terkuras dari 14,3 miliar dollar AS pada Juni 2007 menjadi 4,7 miliar dollar AS pada September 2008. Kurs rupee turun 25 persen sepanjang tahun 2008.
Lebih dari setengah bantuan untuk Pakistan berasal dari IMF, sisanya dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan para donor seperti Arab Saudi.
Lolos dari risiko
Dari Brussels, Belgia, Direktur IMF untuk Urusan Eropa Alessandro Leipold mengatakan, tindakan serempak Uni Eropa mengatasi krisis keuangan menyebabkan kawan bisa menghindari risiko buruk dari krisis keuangan global.
Pekan lalu, setidaknya 15 negara di zona Euro—pengguna mata uang tunggal euro—menjamin simpanan perbankan, merekapitalisasi bank-bank bangkrut. Namun, Leipold mengatakan, krisis keuangan global makin bisa dihindari jika zona Euro dan anggota Uni Eropa merealisasikan komitmen mereka untuk menalangi kerugian perbankan, yang juga terjebak dalam kredit macet ratusan miliar dollar AS di sektor perumahan AS.
Kompas, 22/10/08