HTI-Press. New-York – Menyusul kejatuhan bursa-bursa Asia dan Eropa, bursa Wall Street pun ikut babak belur. Saham-saham kembali mendapat tekanan dengan sentimen kekhawatiran resesi yang akan menghantam kinerja industri.
Dalam sebuah perdagangan yang penuh gejolak pada Jumat (24/10/2008), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 312,30 poin (3,59%) ke level 8.378,95. Indeks Dow Jones bergerak dalam kisaran hingga 500 poin.
Indeks Teknologi Nasdaq merosot 51,88 poin (3,23%) ke level 1.552,03 dan Standard & Poor’s 500 merosot 31,34 poin (3,45%) ke level 876,77.
Kemerosotan saham-saham di Wall Street ini mengikuti pelemahan di Asia dan Eropa sebelumnya. Di Asia, bursa Tokyo merosot hingga 9,6%, sementara bursa Eropa rata-rata turun hingga 5%.
Kejatuhan bursa-bursa saham ini terjadi karena kepanikan pasar. Investor ramai-ramai menarik dananya karena khawatir perekonomian negara-negara maju akan menghadapi resesi dan selanjutnya menyeret ke negara-negara berkembang, terutama yang bergantung pada ekspor.
“Kerusuhan ini terjadi karena kekhawatiran tentang resesi global yang akan mengganggu kinerja laba perusahaan,” ujar Jason Kunkel dari Economy.com seperti dikutip dari AFP, Sabtu (25/10/2008).
Al Goldman dari Wachovia Securities mengatakan, kejatuhan pasar terjadi karena aksi jual besar-besaran oleh hedge fund yang menggunakan dana pinjaman dan harus memenuhi kewajiban redemptions.
“Penyebab utama adalah karena hedge fund terus ditekan untuk berada dalam posisi likuidasi karena mereka sangat banyak rasio utangnya sehubungan dengan Credit Default Swap (CDS). Rasio utangnya diperkirakan mencapai 30 sampai 40 kali.,” jelasnya.
“Kita sekarang mencapai satu titik dimana fundamental dan valuasi jangka panjang tidak lagi menjadi hal yang penting di pasar finansial,” jelas ekonom Nouriel Roubini dari New York University.
“Apa yang penting saat ini hanyalah aliran, ketimbang saham-saham dan fundamental. Dan yang mengalir adalah tidak satu arah karena setiap orang menjual dan tidak ada seorang pun yang membeli karena siapapun yang membeli saham-saham seperti menangkap pisau yang jatuh,” ujarnya.
detikFinance, 25/10/08
Gila.. Rasio Utang hingga 30 s/d 40 Kali.. itu artinya hutang yang dimiliki lebih besar 40 Kali Seluruh Asset yang dimiliki… dari mana bayarnya..? yaa. dari bantuan pemerintah.. itulah Idiologi Kapitalis.. Nyawa Negaranya digantungkan kepada Aktivitas di Scuritas dan transaksi-transaksi hutang piutang yang berbunga.. kalau bantuan likuiditas tidak bisa membantu kejatuhan seluruh perusahaan yang bertransaksi di Wall Street… maka selamat tinggal Perusahaan2 dan Bank2 Besar.. dan selamat tinggal Negara-negara Kapitalis.. Ekonomi Mereka ikut keseret atas jatuhnya Perusahaan2 dan Bank2 besar kedalam jurang kehancuran… kepada Para ekonom Nasional apakah masih punya optimisme pada sistem Ekonomi Kapitalis.. dengan kesombongannya mereka masih menutup-nutupi kelemahan dan kerusakannya.. bahkan meminta kepada seluruh dunia untuk melibatkan diri dalam menyelamatkan kehancuran sistem Kapitalisme..
Beginilah Contoh Kalau Kapitalisme Ribawi Diterapkan….
Mengapa kita tidak Pernah berani mencoba lagi Sistem Syariah dibawah naungan Khilafah.???????
Bagaimana RM09 berani????????
Kapitalisme mmg bukan manusia, tp utk binatang, tamak, rakus, egois, cengeng adalah yg menyertainya. Ketika jaya tamak+rakus+egois jadi andalan, tp ketika bangkrut merengek-rengek minta tolong, minta pd org lain utk berkorban.