HTI-Press. Salah satu yang sangat menyolok tampak di depan mata saat krisis finansial global dunia saat ini adalah ketidak jujuran. Ketidakjujuran para pemimpin, ketidak jujuran para intelektual . Padahal kejujuran pastilah dibutuhkan oleh siapapun. Sebaliknya pendusta tentu saja tidak disukai oleh siapapun dan yang jelas dilaknat Allah SWT. Ketidakjujuran itu sekarang tampak jelas dari mereka-mereka yang mengusung dan mempertahankan ideology kapitalisme.
Ketidakjujuran yang pertama adalah menolak bahwa persoalan ini merupakan persoalan system kapitalisme itu sendiri. Mereka mengatakan krisis financial ini bukan persoalan system ideology kapitalisme. Ini hanya masalah naik turun biasa dalam system ekonomi, upaya mencari keseimbangan, hanya sekedar recovery ekonomi. Karena itu menurut mereka , kita tidak membutuhkan pergantian system ideology. Kita cukup memainkan instrument teknis ekonomi seperti naik turun suku bunga, buyback saham, kucuran dana, intervensi pasar, bailout dan lain-lain. Dengan optimis mereka mengatakan , ekonomi dunia akan kembali membaik.
Padahal sudah sangat nyata didepan mata krisis ekonomi ini bukan pertama kali terjadi. Sudah terjadi berulang kali. Tentu sangat mengherankan kalau ada yang mengatakan tidak ada yang salah dalam system kapitalisme ini. Kalau tidak ada yang salah kenapa terjadi berulang-ulang ?
Yang menggelikan masih ada intelektual atau pengamat ekonomi di negeri kita yang dikenal pro liberal berjibaku membela ekonomi kapitalisme. Padahal disisi lain, kritik terhadap ekonomi kapitalisme justru bermunculan dari pakar ekonomi Barat maupun pengusaha kapitalis sendiri.
Dalam editorial 20 September The New York Times dengan sangat keras mengecam sistem kapitalisme liberal yang diterapkan pemerintahan Presiden Bush sebagai sumber malapetaka ini. Menurut editorial itu, rakyat Amerika harus diberi tahu kebenaran yang fundamental bahwa krisis yang sekarang menerpa Amerika terjadi sebagai hasil sebuah kesengajaan dan kegagalan sistematik dari pemerintah untuk mengatur dan memonitor aktivitas bankir, kreditor, pengelola dana (hedge funds), asuransi dan pemain pasar lainnya.
Tak urung pemenang hadiah nobel Joseph E. Stiglitz, mengkhawatirkan AS akan terpuruk pada depresi hebat. Ia pun mengingatkan negara-negara peniru sistem kapitalisme AS, untuk bersiap-siap hancur. “Upaya penyelamatan Bush berupa kucuran dana US$ 700 milyar dan nasionalisasi sejumlah bank adalah tanda kematian sistem kapitalisme ala AS,” ujarnya.
Rencana penyelamatan yang dilakukan juga diperkirakan tidak akan benar-benar menyelesaikan masalah. Dalam pandangan Goerge Soros sebenarnya krisis demi krisis sudah bermunculan sejak tahun 1980-an. Namun menurutnya krisis ditangani justru untuk menciptakan krisis baru. Penyelamatan yang dilakukan selama ini bagaikan obat bius yang sekedar meringankan rasa sakit untuk sementara waktu. Itu karena sebab-sebab kehancurannya membutuhkan penyelesaian hingga ke akarnya, bukan hanya kebijakan tambal sulam
Hizbut Tahrir sendiri sudah berulang kali mengatakan yang terjadi sekarang adalah persoalan system yang fundamental. Ada kesalahan fundamental dari system ekonomi kapitalisme sekarang. Tahun 1997, Hizbut Tahrir telah mengeluarkan booklet, Hazzat al-Aswaq al-Maliyah: Asbabuha wa Hukm as-Syar’i fi Hadzihi al-Asbab (Goncangan Pasar Modal: Sebab dan Hukum Syara’ terkait dengan Sebab ini). Dengan tegas dan jelas disebutkan dalam booklet itu persoalan krisis ekonomi kapitalisme berpangkal pada tiga hal ; system keuangan yang ribawi, pasar saham yang spekulatif seperti judi, dan mata uang kertas yang tidak berdasarkan pada emas . Tiga perkara inilah yang membuat ekonomi non riil menggelembung lebih besar dari ekonomi riil. Hal ini menciptakan ekonomi yang rapuh yang kelihatan besaar namun gampang pecah (bubble economic). Dan sekarang tahun 2008, krisis kembali berulang, apa yang sudah lama diingatkan oleh Hizbut Tahrir kembali terulang.
Ketidakjujuran yang kedua adalah menutup mata bahwa system kapitalisme telah membawa penderitaan yang luar biasa bagi umat manusia. Rizal Malarangeng dalam diskusi Halaqoh Islam dan Peradaban yang diselenggarakan Hizbut Tahrir (23/10) dengan menyakinkan mengatakan satu-satunya system ekonomi yang mampu mensejahterakan manusia adalah kapitalisme. Kita tidak habis pikir, bagaimana Bang Rizal bisa menutup mata terhadap korban-korban kapitalisme dunia sekarang ini.
Jauh sebelum terjadi krisis saja kapitalisme telah gagal mensejahterakan manusia. Untuk di Indonesia, berdasarkan data BPS , setelah dinaikkannya BBM,penduduk miskin meningkat dari 15,75 % (2005) menjadi 17,95 % (2006) 39,05 juta hidup miskin (Kompas, 6/11/2006). Memang terakhir jumlah penduduk miskin Indonesia berkurang, tapi tetap saja jumlah yang miskin mencapai puluhan juta. Kalau menggunakan standar 2 dollar /hari (standar Bank Dunia) berarti 50 % rakyat Indonesia (100 juta jiwa) hidup dalam kemiskinan. Nasib dunia juga tak jauh beda, berdasarkan laporan FAO, 800 juta orang terancam mati akibat kelangkaan pangan karena kemiskinan dan keterbelakangan (Kompas, 1/11/2004).
Memang kita akui system kapitalisme telah mensejahterakan manusia. Namun pertanyaannya seberapa banyak yang sejahtera itu ? Hanya segelintir orang yang memiliki modal yang kuat ! Kapitalisme telah menciptakan kesenjangan yang luar biasa. Rudolf H. Strahm (1980) menulis negara-negara industri dg penduduk hanya 26 % menguasai lebih 78 % produksi, 81 % perdagangan dunia, 70 % pupuk, dan 87 % persenjataan dunia. Sedang 74 % penduduk dunia (di Asia, Afrika, dan Amerika Latin) hanya menikmati sisanya, yakni seperlima produksi dan kekayaan dunia.
Laporan UNDP (1999) juga menggambarkan potret yang sama. seperlima orang terkaya dari penduduk dunia mengkonsumsi 86 % semua barang dan jasa dunia. Sebaliknya seperlima penduduk termiskin hanya mendapatkan 1 persen lebih sedikit barang dan jasa dunia. Dalam laporan pendapatannya untuk tahun 2007, pihak ExxonMobil memperoleh keuntungan sebesar $40.6 Billion . Nilai penjualan ExxonMobil mencapai $404 billion, melebihi Gross Domestic Product (GDP) dari 120 negara di dunia. Kita harus memberikan catatan tegas, negara kapitalis dengan perusahaan multinasionalnya memang sejahtera, namun dengan memiskinkan negara berkembang.
Bang Rizal dan para pendukung sistem kapitalisme, mungkin boleh-boleh saja dengan enteng mengatakan, krisis ini hal yang biasa, ekonomi akan kembali seimbang. Dalam diskusi kemarin, Bang Rizal, sambil agak tertawa mengatakan, soalnya kenapa kalau kita kapitalis?Tentu saja masalah bang ! Sebab sistem ini telah membunuh ratusan jutaan manusia.
Kita perlu perlu pertanyakan bagaimana dengan korban-korban krisis ekonomi dunia ini, apakah kita menutup mata dengan semua ini? Di Amerika Serikat sendiri saat ini 28 persen penduduknya – dari sekitar 300 juta orang – termasuk kategori miskin. Data terakhir menunjukkan 37 juta orang malah telah berada di bawah garis kemiskinan. Kini setiap hari orang-orang miskin itu mendapatkan bantuan sebesar 5,6 dolar AS (60 ribu rupiah)/hari untuk makansuatu jumlah yang sangat kecil dan tidak cukup.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memprediksikan, 20 juta orang akan menjadi pengangguran sampai akhir tahun 2009 sebagai dampak dari krisis keuangan yang memicu krisis perekonomian global. Dalam konferensi internasional World Food Day di Dublin, Irlandia, mantan sekjen PBB Kofi Annan menekankan kemungkinan 10.000 anak-anak di Dunia Ketiga meninggal dunia Kamis (16/10) kemarin akibat kekurangan gizi.Beberapa pakar krisis pangan di pertemuan puncak itu sepakat bahwa jumlah orang yang kelaparan di seluruh dunia akan meningkat sekitar 920 juta. Bagaimana kita menganggap perkara ini adalah biasa sementara korbannya ratusan juta manusia? Bukankah mereka itu adalah manusia, bukan sekedar angka-angka?
Walhasil kita butuh kejujuran yang terakhir, untuk menerima sistem ekonomi Islam yang bersumber dari Dzat yang Maha Benar, Allah SWT. Sistem ekonomi yang akan memberikan kesejahteraan pada manusia, bukan hanya muslim tapi non muslim. Bukan hanya segelintir orang , tapi pada semua orang. Sangat tegas politik ekonomi Islam adalah menjamin kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) tiap individu rakyat, menjamin pendidikan dan kesehatan gratis.
Sangat jelas pula sistem ekonomi Islam yang berdasarkan mata uang emas , perekonomian yang jauh dari riba dan judi yang spekulatif akan mendorong ekonomi sektor riil. Ekonomi Islam lewat pengaturan pemilikan yang disamping mengakui pemilikan individu dan negara juga akan tegas mengatur pemilikan umum yang merupakan milik rakyat dan tidak boleh diserahkan kepada swasta. Air, listrik, hutan, tambang emas,minyak, perak, batu-bara adalah milik rakyat (milkiyah ‘amah) yang dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Akankah kita masih menolak sistem islam yang agung ini? Lagi-lagi butuh kejujuran. (Farid Wadjdi)
Firman Allah:
“Dan sungguh Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakannya dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (surah Al-a’raaf 179)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.,” (Qs.Al Hajj:46)
“bahkan adakah engkau kira,bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memikirkan? mereka tiada lain,hanya seperti binatang,bahkan mereka lebih sesat jalannya..”(Qs.Al Furqon:44)
Rasanya sulit memang untuk mengharapkan para kapitalis tuk jujur. Landasan berpikirnya saja sudah tidak jujur, mengakui Tuhan ada, diagungkan dan disembah tapi tidak mau mengagungkan aturan Tuhan. Kalaulah diibaratkan orang yang sudah mati sekarat karena penyakit ganas, maka kapitalis akan mengatakan, saya ini tidak sedang sakit, tapi mata kalian yang salah lihat, dokter lah yang salah mendiagnosa, laboratorium lah yang salah meneliti, semuaaa orang salah, semua pihak tidak benar. Jadi yang benar adalah KEMATIANNYA yang sebentar lagi
Baca buku ber Judul : KAPITALISME;
Teori dan Sejarah dan Perkembangannya
Penulis : Robert Lekachman dan Borin van Loon
Penerbit : Resist Book
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Jumlah Halaman : 179 Halaman
Buku ini membuka ruang pemahaman yang lebih kritis atas ideologi-ideologi dunia, baik karena kedzaliman kuasa yang diciptakannya maupun kekuatan perubahan yang didemonstrasikannya. Dalam buku ini, pikiran tokoh-tokoh besar, suara kelompok dominan dan seruan dogmatis yang mewakili “reputasi sejarah” ideologi-ideologi itu, akan dipahami ulang, dianalisis, sekaligus dibongkar dengan seksama. Kajian-kajian ini dirancang karena ratusan juta manusia telah menjadi korban ideology menjadi korban ideology tersebut sedangkan jutaan orang lainnya berharap dan bermimpi karena energi magis ideologi.
Kapitalisme adalah ideologi yang yang akan dibongkar kebobrokannya. Apa itu kapitalisme? Mengapa ia dianggap sebagai biang dari ketidakadilan dan kesengsaraan? Sejak kapan sistem ekonomi ini mulai berkecambah? Dan bagaimana masa depannya?
Robert Lekachman, penulis buku ini dan seorang Professor ekonomi di Universitas New York menghadirkan kepada kita sebuah buku yang cerdas, penuh humor dan memikat. Ia mulai membedah kapitalisme dengan mempersoalkan Amerika Serikat, sebuah Negara di mana kapitalisme tampak wajar dan alamiah. Benarkah kapitalisme memang sebuah keniscayaan?
saudara2ku…mari kita siapkan peti mati&kita gali liang lahat untuk menyambut kematian M.R KAPITALIS,kita letakkan kuburnya berdampingan dengan saudara kembarnya M.R SOSIALIS..KITA KUBUR DALAM2…klw perlu sekalian sama para PEMBELANYA YANG SETIA.TERIMA KASIH……….
Alangkah hebatnya “fanatisme” RM thd kapitalisme.
Fundamentalist islam sering disebut kaum fanatik, tapi setidaknya mereka fanatik terhadap firman Tuhan yg pantas diyakini.
Fanatisme RM adalah keyakinan thd “firman manusia” (a.l Milton Friedman) yg sangat mungkin salah besar.
Bisa jadi ini sebuah tanda kebesaran ALLAH yang memperlihatkan betapa manusia yang kehilangan petunjuk (walaupun ia berpendidikan tinggi) menjadi sangat sulit menggunakan akal sehat dan ilmunya untuk membedakan benar dan salah.
Biangnya kapitalisme aja sudah mau bangkrut lalu tewas seperti Uni Soviet, eee masih ada juga orang yang over optimis bakalan selamat dengan kapitalisme, kayak RM ini.