Sejak berdiri pada 1948, kekuatan militer Israel diliputi oleh aura mitos bahwa mereka tak tertandingi. Uniknya, dongeng ini tidak berasal dari Israel sendiri, namun diisyaratkan oleh para pemimpin Muslim yang curang.
Performa Israel dalam peperangan melawan bangsa-bangsa Muslim di kawasan tersebut pada 1948, 1956, 1967, dan 1973, sejak lama dianggap sebagai bukti superioritas militer Israel. Terlepas dari superioritas mereka dan pendudukan mereka atas tanah-tanah umat Islam, diperkirakan bahwa konflik militer langsung dengan Israel bukanlah tindakan negara-negara Arab yang sesungguhnya, namun demi mencari alasan untuk melakukan perjanjian dengan Israel. Konsekuensi dari berbagai aksi militer itu berujung pada pengakuan kedaulatan Israel melalui berbagai rancangan semacam proses perdamaian.
Dalam menilai kemampuan militer Israel, kita harus mengingat satu hal: mengapa mitos tentang kekuatan militer Israel ini ada?
Perang 1948, Rekayasa Israel
Perang 1948 dipicu oleh diproklamirkannya negara Israel merdeka. Secara rasional, sangat sulit menerima kenyataan bagaimana 40 juta orang bangsa Arab tidak mampu mengalahkan 600.000 orang Yahudi. Pengamatan mendalam kepada upaya pertahanan wilayah Palestina menunjukkan bahwa aksi tersebut pada kenyataannya diarahkan langsung untuk berdirinya Israel.
Para pembela urusan Palestina, seperti Raja Abdullah dari Trans-Yordania, Raja Farouk dari Mesir, dan Mufti Palestina, adalah para pemimpin lemah yang sebelumnya sering ditipu oleh Inggris. Pencitraan Raja Abdullah atas dirinya sendiri sebagai pembela bangsa Palestina adalah suatu kesalahan. Semua orang tahu bahwa dirinya dan Ben Gurion (Perdana Menteri Israel yang pertama) pernah sama-sama belajar bersama sebagai mahasiswa di Istanbul. Diketahui pula bahwa dalam beberapa pertemuan bawah tanah, Abdullah pernah menawarkan untuk menerima kedaulatan Israel sebagai bayaran atas kembalinya dirinya ke Yordania untuk memerintah di kawasan Palestina yang berpenduduk Arab.
Saat dirinya terusir (dari Hejaz.), Raja Abdullah memiliki sebuah Legiun Arab –satu unit tentara terlatih berkekuatan 4.500 orang– dengan seorang Inggris, Jenderal John Glubb, sebagai komandan utamanya. Dalam memoarnya, Glubb menyebut bahwa dirinya berada dan diperintah langsung oleh Inggris, agar tidak memasuki kawasan-kawasan yang dikontrol oleh Yahudi[1]. Mesir sengaja memperlemah serangan ke Israel ketika Nakrashi Pasha, Perdana Menteri Mesir, sengaja tidak menggunakan unit-unit militer, namun hanya mengirim tentara sukarelawan yang baru dibentuk pada bulan Januari tahun tersebut. Yordania juga menunda keberangkatan tentara Irak di wilayahnya, sehingga menahan serangan atas Israel. Inilah sebabnya mengapa seorang Imam buta yang sengaja didatangkan untuk mendoakan tentara Yordania sebelum pertempuran sengaja mempermalukan Abdullah dengan berkata: “Wahai tentara, andai engkau tentara kami,[2]” (ditujukan kepada Legiun Arab yang dikendalikan Inggris).
Walaupun kekuatan gabungan negeri-negeri Muslim mencapai jumlah 40.000, hanya 10.000 dari mereka yang benar-benar tentara terlatih. Zionis hanya berkekuatan 30.000 orang tentara, 10.000 tentara pertahanan dan 20.000 lainnya penjaga pemukiman. Selain itu, ada sekitar 3.000 geng kriminal Irgun dan Stern yang dilatih dan dipersenjatai secara khusus. Mereka dibekali dengan persenjataan terbaru dan disokong oleh dana agen-agen Zionis di AS dan Inggris. Terlepas dari kesiapan Yahudi dalam perang itu, sikap pengecut dan pengkhianatan para pemimpin Muslim adalah faktor penentu jejak Yahudi di Palestina.
Krisis Suez 1956
Konflik ini bukanlah perang yang sesungguhnya demi kemerdekaan Palestina, melainkan hanya sebuah pergulatan kecil antara AS dan Inggris untuk mengontrol terusan Suez yang memiliki arti penting dalam jalur perdagangan.
AS memandang Mesir sebagai sekutu yang dibutuhkan dalam menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah. Melalui CIA, AS merekayasa sebuah kudeta untuk menjatuhkan Raja Farouk pada 1952. Kemudian AS menempatkan sekelompok perwira yang dipimpin Gamal Abdul Nasser ke tampuk kekuasaan. Pada 1951, CIA menjalankan sebuah proyek bernama ‘The Search for a Moslem Billy Graham’. Mike Copeland, kepala operasi CIA, mengemukakan sejumlah informasi tertentu dalam memoarnya pada tahun 1989 yang berjudul ‘The Game Player’, tentang kudeta yang didalangi AS untuk menyingkirkan boneka Inggris, Raja Farouk. Copeland yang menjalankan proyek tersebut menjelaskan bahwa ‘CIA membutuhkan seorang pemimpin kharismatik yang akan mampu mengalihkan sikap Anti Amerika yang semakin meningkat di wilayah tersebut.’ Ia menjelaskan, baik CIA dan Nasser memiliki kesepahaman soal Israel. Bagi Nasser, pembicaraan tentang Israel sama sekali tidak relevan dengan dirinya. Ia menempatkan prioritasnya pada pendudukan Inggris di kawasan Terusan Suez. Musuh Nasser adalah Inggris.
Pada tahun 1956, Nasser menjalankan pesan AS untuk melakukan nasionalisasi Terusan Suez. Ini dijawab oleh Inggris dengan melibatkan Perancis dan Israel ke dalam pertempuran. Peristiwa ini dijelaskan oleh Corelli Barnet di dalam bukunya ‘The Collapse of British Power’: ‘Perancis marah kepada Nasser karena Mesir membantu pemberontak di Aljazair, dan merasa memiliki keterikatan sejarah dengan Terusan Suez. Orang Perancis-lah yang membuat terusan itu. Sebelumnya, Israel sudah jengkel kepada Nasser karena serangan pasukan fedayeen Palestina dan blokade Mesir atas Selat Tiran. Maka Sir Anthony Eden (Perdana Menteri Inggris) membuat skenario tripartit dengan Perancis dan Israel.[3]’ Lebih lanjut dia menjelaskan, ‘bahwa Israel akan menyerang Mesir melalui semenanjung Sinai.’ ‘Inggris dan Perancis akan menyerukan kepada Israel dan Mesir untuk menghentikan peperangan, atau mereka akan melakukan intervensi untuk melindungi Terusan Suez.’[4]
AS dan Uni Soviet melakukan tekanan diplomatik untuk memaksa Inggris menarik diri. Rusia secara langsung mengancam Paris dan London dengan serangan nuklir. Besarnya tekanan internasional waktu itu memaksa Inggris dan Perancis untuk hengkang dan kehilangan jejaknya di Mesir. Pemerintahan AS, di bawah Eisenhower, bertindak tegas dengan mengancam akan memberikan sanksi ekonomi kepada Israel jika mereka tidak menarik diri dari kawasan-kawasan yang dirampasnya dari Mesir, sesuatu yang akan membawa malapetaka bagi Israel bila terjadi. Setelah krisis berlalu, AS muncul sebagai kekuatan dominan di Timur Tengah.
Perang Enam Hari 1967
Perang ini juga merupakan episode lain dari konflik Anglo-Amerika dalam memperebutkan pengaruh di kawasan tersebut. Setelah 11 tahun kehilangan dominasinya, Inggris masih menyisakan sedikit pengaruh melalui para agennya di Yordania, Suriah, dan Israel. Sebagai salah satu upaya memperlemah Nasser, Inggris menjebak Israel agar menarik Mesir ke dalam perang, di mana Israel dapat memperluas wilayahnya dan menggunakannya sebagai alat perundingan dalam perjajian perdamaian setelahnya; cara mewujudkan keamanan yang mati-matian diusahakan Israel untuk tercapai. Pada 5 Juni 1967 Israel melakukan serangan awal dan menghancurkan 60% kekuatan Angkatan Udara Mesir serta 66% mesin tempur Suriah dan Yordania.
Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari tangan Yordania. Sebelum meletusnya pertempuran, Raja Hussein menempatkan tentaranya di kawasan-kawasan selain kawasan tempat berlangsungnya pertempuran utama. Hanya dalam waktu 48 jam, Israel telah sepenuhnya menduduki seluruh kota di Tepi Barat. Dengan cara yang sama pula, Israel menduduki Dataran Tinggi Golan pada hari ke-6. Pasukan Suriah yang berada di Dataran Tinggi Golan mendengar sendiri berita jatuhnya kawasan tersebut ke tangan Israel dari radio negara mereka, padahal jelas-jelas mereka menduduki kawasan itu. Israel juga memberikan pukulan telak kepada Nasser dengan mencaplok Sharm El Sheikh dan mengamankan jalur perairan Selat Tiran dari blokade Mesir. Tujuan memperlemah rezim Nasser pun tercapai, sehingga menambah pengaruh Inggris ke kawasan tersebut. Israel mampu memperluas wilayahnya dan menggunakannya sebagai alat tawar-menawar dengan kawasan lain dalam negosiasi perdamaian, yang hingga kini juga masih dipakainya sebagai alat tawar-menawar –bukan dengan status 1948. PBB menggagas rencana pembagian wilayah, dengan memberikan 67% wilayah kepada Israel dan 42 % bekas wilayah Palestina sendiri kepada Palestina. Pada Perang 1967, pendudukan Israel menjadikan wilayahnya seluas 78% dari wilayah Palestina dulu.
Perang 1973
Pada awal Oktober 1973, perang yang dilancarkan Mesir dan Suriah kepada Israel menunjukkan bahwa tujuan yang hendak mereka capai bersifat terbatas dan sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kemerdekaan Palestina. Tujuan perang itu bahkan juga tidak mencakup pembebasan Dataran Tinggi Golan yang wajib dikembalikan berdasarkan perjanjian damai antara Israel dan Suriah. Tujuan peran itu yang sesungguhnya adalah demi memperkuat posisi Anwar Sadat dan Hafez al-Assad, yang merupakan pemimpin yang relatif baru di masing-masing negara dan berkuasa karena kudeta. Sadat, secara khusus, menduduki posisi yang rentan karena ia menggantikan posisi Nasser yang kharismatik.
Muhammad Heikal, editor terkemuka harian al-Ahram antara 1957-1974, yang menyaksikan langsung perang tersebut, menjelaskan motif sesungguhnya dari perang yang digagas Anwar Sadat dalam bukunya ‘The Road to Ramadhan’ di mana ia mengamati keinginan Sadat dalam berperang. Heikal mengutip kalimat yang dilontarkan oleh salah seorang jenderal Sadat, Muhammed Fauzi, yang memberikan analogi seorang samurai yang menarik dua pedang –yang satu panjang dan yang satu lagi pendek– sebelum terjun ke dalam pertempuran. Fauzi mengatakan bahwa pedang tersebut adalah pedang yang pendek, menunjukkan bahwa perang tersebut hanya pertempuran terbatas yang dilakukan atas motif tertentu.
Anwar Sadat sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mengalami perang berkepanjangan dengan Israel. Inilah sebabnya mengapa ia mengajukan tawaran damai dengan Israel ketika tentaranya berada dalam posisi unggul di medan perang. Dalam 24 jam pertama peperangan, Mesir memukul pertahanan Israel di Bar Lev, sebelah Timur Terusan Suez dengan hanya kehilangan 68 orang tentara. Sementara 2 divisi Suriah dan 500 tanknya menyapu ke arah Dataran Tinggi Golan dan menduduki kembali kawasan-kawasan yang direbut pada 1967. Dalam dua hari peperangan, Israel telah kehilangan 49 pesawat dan 500 tank. Di tengah kecamuk perang, Sadat mengirimkan pesan kepada Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger, dengan mengatakan bahwa tujuan perang tersebut adalah mencapai perdamaian di Timur Tengah sepenuhnya, dan bukan penyelesaian masalah yang parsial.’ Pesan tersebut bermakna bahwa bila Israel menarik diridari semua kawasan yang didudukinya, Mesir akan siap berpartisipasi dalam pembicaraan damai di bawah PBB atau penengah netral.
Jadi, terlepas dari keuntungan strategis yang dimilikinya, hasrat awal Sadat sejak awal hanyalah negosiasi. Penolakan Sadat untuk mengumumkan posisinya di medan perang dan keputusannya menunda serangan kedua di Sinai memungkinkan Israel melakukan mobilisasi, dengan bantuan AS, dan menduduki kembali kawasan-kawasan yang lepas. Peperangan ini sendiri berakhir secara formal pada 25 Oktober 1974.
Semua peperangan dengan Israel adalah gambaran terbaik yang menunjukkan bahwa para pemimpin Muslim memang tidak pernah serius memerangi Israel demi kemerdekaan Palestina. Semua contoh yang dikemukakan di atas menunjukkan kenyataan di balik mitos, di mana umat ini diperdaya agar mempercayainya.
Pengkhianatan nyata telah dilakukan para pemimpin bermuka dua yang telah berkolaborasi dan membantu menciptakan mitos superioritas Israel, dengan menyatakannya, memelihara dan menjaganya tetap ada. Peperangan-peperangan yang dilakukan negara-negara Arab membuktikan bahwa negara-negara tersebut tidak pernah, baik sendiri ataupun bersama-sama, memerangi Israel untuk menghancurkannya. Masing-masing perang dilancarkan demi tujuan jangka pendek tertentu, tidak ada satu pun yang dilancarkan untuk membebaskan Palestina dan menghancurkan Israel. Tujuan untuk memberikan ancaman kepada Israel tidak pernah menjadi sasaran utama, terlepas dari besarnya kekuatan gabungan angkatan bersenjata seluruh negara Arab.(sumber : buku Mitos Mitos Palsu Ciptaan Barat; Adnan Khan ,Hizbut Tahrir Inggris)
Wahai Kaum Muslimin…
Berbagai krisis yang diciptakan Barat telah menyibukkan kita sehingga kita lupa untuk mencari tahu akar masalah yang melanda seluruh negeri-negeri kaum Muslim. Yakni, dominasi negara-negara kafir Barat atas negeri-negeri kaum Muslim, setelah mereka berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah, mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina, memecahbelah negeri-negeri Islam dengan sekat-sekat geografis, mengangkat penguasa-penguasa yang menjadi kaki tangan negara-negara kafir Barat, menghilangkan sistem dan undang-undang Islam lalu menggantinya dengan sistem dan undang-undang Barat, dan menjajah kembali negeri-negeri Islam dengan bentuk yang lebih moderen dan licik.
Satu-satunya solusi yang sangat mendasar dan komprehensif terhadap krisis Palestina adalah dengan membangun kembali kekuatan yang setara dengan kekuatan adidaya Barat. Kekuatan itu hanyalah ada pada Negara Khilafah Islamiyah, yang akan melindas kepongahan Israel. Sekaligus menyapu dominasi dan pengaruh AS serta sekutunya di negeri-negeri kaum Muslim.
ALLHU AKBAR…7X!!!
Sesungguhnya Islam tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh orang orang kafir manapun, seberapa besar pun kekuatan mereka selama Islam diemban oleh orang-orang Ikhlas yang tiada yang lain yang menjadi motif perjuangannya melainkan Ridho Alloh SWT. Kemenangan kaum kafir tidak akan terjadi selama kaum Muslim berpegang teguh pada Islam yang sesungguhnya dan hanya berharap pertolongan Alloh. Sungguh penghianatan yang rendah dari para pemimpin Muslim lah yang menjadi penyebab kemenangan kaum kafir.
they might have brain, money and political power; but they have no faith. and that’s why they r still beatable.
gue… sejak kecil pengen tahu kayak mana kekuatan israel, pas gue dah tahu islam, ternyata mereka kaum kera…terhina dunia akhirat getoo…! gue puas!!! apa lagi klo khilafah dah tegak insya Allah tinggal selangkah, gue bakal minta izin ikut jihad ama emak di hum, bareng pasukan khilafah yang diberkahi… amin… ya rabb, kabulkan harapan gue n remaja islam lainye… please ya allah….
Benar bahwa sesungguhnya “superiorotas” milliter & intelegen israel tidak sepenuhnya terbukti. Buktinya banyak agen-agen israel (baca: mossad) yang dalam mitologi intelegen “superior” (dalam setiap operasi mereka) ternyata hanya menjadi “jongos” & “tertangkap” ketika berhadapan dengan pihak iran. Kemampuan kontra intelegen iran terhadap agen-agen israel adalah bukti bahwa mitos kemampuan operasi mossad hanyalah bualan belaka. Keunggulah israel adalah kemampuan propagandanya dalam meracuni pendapat umum (baca: dunia) tentang eksistensi superioritas mereka. Ibarat AMERIKA yang menjadi “jongos” dalam perang Vietnam kemudian melansir “Film Rambo” yang ditonton banyak orang yang tanpa kita sadari telah menciptakan “ilusi kosong” (bagi pemirsanya) tentang “superioritas” AMERIKA dalam perang Vietnam.
Israel, Yahudi Go To Hell….
Kekuatan orang kafir tu bagaimanapun kuatnya, tidak lebih kuat dari sarang laba-laba, pantes ja mereka kayak kuat, wong negara khilafahnya kini belum ada, mereka semena-mena membunuhi saudara kita di Palestina, karena penguasa di Palestina tu tidak seperti khalifah yang akan menjaga darah dan kehormatan umatnya. ABdul Hamid II says: aku tidak akan pernah menyerahkan tanah Palestina ini walau sejengkal, karena ini tanah kaum muslim….!!! Kalimat ntu diomongin pas ditawarin pelunasan utang oleh Theodore Herzl dengan syarat ditukar dengan Palestina…!! Kami rindu Khilafah!
Perjuangan peneggakan sariat islam memang harus terus dikobarkan untuk membongkar kebekuan umat yang sudah terlena dan di himpit sistim jahiliyah.jangan dengarkan keraguan bahkan mengecilkan perjuangan ini, mereka bagai burung dalam sangkar pandai berkicau tapi tidak ke mana-mana. ters berjuang saydaraku yakinlah pertolongan Alloh akan datang,
Sebenarnya memang orang2 Islam adalah orang2 yg bodoh. Mereka tidak tahu politik, cara berperang, cara bermuamalah, bersatu dll. Mereka cukup puas dengan agama mereka yg disebut ISLAM, padahal mereka tidak tahu Islam itu apa. Mereka bangga dengan kitab sucinya ALQURAN dan Sunah Nabi AlHadist, tetapi mereka tidak mau mempelajarinya apalagi Mengamalkannya. Lihat pula yg terjadi di Negara2 Islam mereka tercerai berai, bodoh, tidak punya kekuatan. Mereka hanya berdoa Semoga ALLAH membatunya. Dan ALLAH tidaklah bodoh seperti manusia. Makanya diturunkannya ayat bahwa ALLAH tidak akan merubah nasib manusia sehingga di merubah nasibnya sendiri. Kejadian teramat memalukan terjadi pula di Indonesia dimana banyak pemuka agama yg memperkaya diri, DEPAG yg KORUP, pemimpin muslim yg zalim yg berpihak pada Zionis Israel & AS. Sekarang tinggal tunggu kehancuran ISLAM di bumi ini. Di Indonesia tinggal tunggu diinvasi oleh Singapura (dukungan Zionis Israel & AS). Anda masih bisa berpikir bahwa pertolongan ALLAH akan datang sedangkan TIDAK ada yg anda PERBUAT???!!!
Allahuakbar……….7x, saya merasa sedih, karena baru2 ini melihat berita bahwa palestina telah dibombardir dan menewaskan sedikitnya 315 jiwa, saya doakan semoga mereka yg menjadi korban,semoga Allah Swt menerima, menjadikan mereka sebagai syuhada, Amin, dan semoga kejadian ini menjadi cambuk untuk bangkitnya kekuatan Islam yg sesunguhnya,karena apabila Islam bersatu, dan diridhai oleh Allah, maka niscaya mereka kaum Zionis Israel,dan sekutunya tidak pernah akan mampu menghacurkan dan merampas apa yg tlh menjadi milik umat Muslim, tapi saya yakin bahwa bagaimanapun yg namanya keburukan pasti akan binasa. Allahuakbar……….7x
Kehebatan Tentara Israel cuma mitos!!!
________________________________________
Tahukah Anda: Kehebatan Tentara Zionis-Israel Cuma Mitos
Zionis-Yahudi merupakan kaum yang banyak diselubungi mitos dan kedustaan. Beberapa mitos yang terus dipelihara hingga kini dan terus disebar-luaskan lewat corong-corong media massa yang dikuasainya, antara lain: Kaum Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan, kaum Yahudi adalah bangsa yang cerdas.
Mitos lainnya, kaum Yahudi merupakan korban terbesar dalam Perang Dunia II lewat peristiwa pembantaian massa yang dilakukan Nazi-Jerman lewat apa yang dinamakan Holocoust (The Final Solution), MOSSAD dan Israeli Defense Force (IDF) merupakan dinas rahasia dan tentara terhebat di dunia, dan sebagainya.
Klaim Zionis-Yahudi tentang Tanah Palestina juga merupakan kebohongan besar. Karena lewat pengkajian sejarah yang banyak dilakukan sejarawan Barat sendiri, mereka menemukan bahwa klaim Yahudi ini tidak ada dasar ilmiah dan historisnya.
Mitos Tentara Israel
Salah satu mitos yang paling banyak digembar-gemborkan kaum Zionis, adalah klaim bahwa tentara Zionis-Israel merupakan tentara yang paling canggih peralatannya, paling kuat staminanya, paling berani nyalinya, paling cerdik strateginya, dan paling hebat segala-galanya.
Banyak kalangan kena tipu oleh klaim tidak berdasar ini. Bahkan perwira Indonesia juga banyak yang terkecoh dengan promosi Zionis yang menyebutkan bahwa senjata buatan Israeli Military Industries (IMI) merupakan yang terhebat di dunia. Beberapa tahun lalu kita tentu pernah mendengar kontroversi pembelian sejumlah senjata api buatan Israel yang dilakukan militer kita.
Salah satu senjata api yang jadi dibeli TNI adalah sejenis Assault Rifle (Senjata Serbu) bernama Galil-Galatz/99R yang telah dimodifikasi menjadi senjata sniper dengan tambahan teropong dan dudukan di depan magasinnya. Senjata dengan kaliber 7, 62 mm ini oleh IMI dipromosikan sebagai senjata andalan IDF dan termasuk senjata sniper multi target, bisa menembak personel maupun anti-material.
Benarkah Galil-Galatz/99R ini hebat? Ternyata tidak sepenuhnya benar. Menurut review Jane’s Defense International yang melakukan perbandingan (benchmarking) terhadap sejumlah senjata sejenis, disimpulkan bahwa Galil-Galatz/99R jempolan hanya di harga jual alias mahal harganya, sedangkan tingkat akurasi payah.
Senjata made in Israel ini berada di bawah senjata sejenis seperti M76/SVD Dragunov (Rusia), L96A1/Magnum (Inggris), Barret 82 (AS), Heckler & Koch PSG-1 (Jerman), dan FR-F2/F1 (Perancis).
Bukan itu saja, salah satu kebohongan yang dilansir tentara Zionis ini adalah tentang kehebatan Tank Merkava sebagai tank serbu yang sangat lincah, dahsyat daya hantamnya, dan kuat lapisan bajanya. Mitos tank Mekava hancur beberapa bulan lalu saat tank-tank andalan AB Israel ini banyak yang hancur-lebur jadi korban hantaman misil-misil panggul milisi Hizbullah di Lebanon.
Kopassus-nya Israel Pengecut
Seorang dokter yang banyak melanglang buana ke banyak daerah konflik dunia seperti Afghanistan, Irak, Palestina, beberapa bulan lalu baru tiba dari Lebanon. Saat itu perang antara tentara Zionis-Israel melawan milisi Hizbullah baru saja berakhir dengan kemenangan di pihak Hizbullah.
Kepada Eramuslim, dokter ini membawa oleh-oleh cerita yang dia dapat dari lapangan. Dia sempat bertemu dengan sejumlah tokoh puncak HAMAS dan Hizbullah dan mendapat banyak informasi menarik yang bisa diambil sebagai pelajaran.
Ada dua peristiwa menarik. Yang pertama, saat pasukan elit Israel, Brigade Golani, menyerbu Bent Jubail, sebuah wilayah yang dikenal sebagai salah satu basis Hizbullah di Lebanon.
“Tidak ada yang mengetahui siapa saja anggota gerilyawan Hizbullah. Mereka sehari-hari bekerja sebagai penduduk biasa. Ada yang jualan buah, dagang di pasar, dan sebagainya. Namun ketika ada tanda bahaya bahwa tentara Israel menyerbu, maka semua ‘orang biasa’ itu lenyap. Pasar jadi sepi. Mereka semua mengambil senjatanya yang entah disembunyikan di mana dan berlarian secepat kilat menyongsong kedatangan tentara Zionis, ” ujar dokter tersebut.
Hal ini membuat kaget Brigade Golani Israel dan mereka kemudian kabur secepatnya. Banyak anggota milisi Hizbullah mengeluh kecewa karena tidak jadi bertempur satu lawan satu melawan tentaranya Yahudi ini. Yang kemudian datang adalah heli-heli Apache Israel yang menyemburkan ribuan peluru dan rudal-rudalnya ke bawah.
“Kepada saya, orang-orang Hizbullah ini bercerita bahwa tentara elit Israel itu pengecut-pengecut. Tidak berani bertempur secara jantan, berhadapan muka, ” tambahnya.
“Saya juga menanyakan kepada orang-orang Hizbullah ini mengapa RPG mereka bisa menghancurkan tank-tank Merkava Israel yang diklaim sebagai tank yang hebat. Orang-orang Hizbullah ini tertawa dan menyatakan bahwa yang mereka panggul bukan lagi RPG jenis konvensional, tapi sudah semacam misil panggul sejenis misil Milan yang memiliki daya rusak yang jauh lebih dahsyat, ” lanjut dokter tersebut.
Dokter ini juga memaparkan saat tentara elit Israel dari Brigade Golani ini dikepung gerilyawan Hizbullah di sebuah rumah sakit di Lebanon. “Saat itu malam hari dan gelap gulita. Diam-diam dari atas heli Apache yang mengaktifkan sistem senyap, sehingga sama sekali tidak mengeluarkan suara, puluhan personel tentara Israel turun lewat tali yang dijulurkan ke bawah. Mereka segera mendobrak rumah sakit untuk mencari orang-orang Hizbullah yang bersembunyi di lokasi ini. ”
Hanya saja, tentara Israel ini tidak tahu bahwa kontra-spionase yang dijalankan Hizbullah jauh lebih cerdik. Rencana pasukan elit ini sudah bocor sehingga rumah sakit tersebut telah dikosongkan. Bahkan di sekitar rumah sakit sejumlah gerilyawan Hizbullah telah mengepung lokasi tersebut dengan senjata siap ditembakkan.
“Jadilah malam itu bagaikan neraka bagi tentara elit Israel ini. Mereka menjadi sasaran empuk rentetan tembakan yang dilakukan gerilyawan Hizbullah dari segala penjuru. Banyak yang tewas bersimbah darah. Tiba-tiba Apache berdatangan dan melakukan manuver bantuan kepada tentara Israel yang terjebak. Sejak kejadian di rumah sakit itu, tidak pernah lagi Brigade Golani melakukan serbuan besar-besaran dan sendirian, ” lanjutnya.
Menurut sang dokter, umat Islam seharusnya jangan pernah termakan klaim-klaim palsu yang segaja disebarluaskan media-media Zionis. “Mereka bukan kaum yang hebat. Mereka itu pengecut, jadi kita jangan sampai menderita rendah diri di hadapan mereka. Kita harus yakin bahwa umat Islam adalah umat terbaik di muka bumi. Kita harus bekerja keras untuk mewujudkan hal itu. ”
Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok…(QS. Al-Hasyr: 14)
aq stuju dng maya bhwa memang kta harus mempertanyakan ke islaman kta, Alloh telah memulyakan umat muslim dari umat2 yg lain, tetapi kenyataannya umat muslim skrang mlah dilanda penderitaan, hinaan, kebodohan, kemiskinan,bencana alam yg terus menerus, padahal hal itu sangat tidak wajar karena Alloh aja sdah memulyakannya. kejadian2 di atas adalah suatu kehinaan bukanlah suatu kemulyaan mulya menurutku.
Kita pikirkan Rakyat Indonesia aja utk bisa lebih makmur HIDUPnya..dan semua RAKYAT bisa mendapat ekonomi yg cukup…
dan semua orang bisa bekerja dan mendapatkan kehidupan yg Layak
Israel Tentu saja bisa dikalahkan oleh umat Islam. Itu Janji Allah kepada mereka yang sabar dalam keimanan. Ingat, mereka pasti akan kocar-kacir hingga batu pun akan berbicara tentang keberadaan “para babi” kepada muslimin
awal dari permusuhan palestina(arab) – israel adalah inggris,amerika dan sekutunya…….
percuma kita hancurkan israel kalo amerika dan sekutunya masih ada,sama saja kita membunuh produknya tapi pabriknya masih berdiri tegak,dan masih bisa berproduksi lebih baik lagi