Hidup Bayi P yang singkat dan kematiannya yang memilukan adalah sebuah tragedi yang untung saja jarang terjadi. Tapi hal ini sebenarnya tidak benar-benar jarang terjadi. Di Inggris, dalam setiap minggu rata-rata dua orang anak dibunuh karena penyiksaan fisik di rumah dan banyak lainnya menjadi korban kekerasan dalam tingkat yang bervariasi.
NSPCC melaporkan bahwa seperempat jumlah anak-anak itu mengalami satu atau beberapa bentuk kekerasan fisik selama masa kanak-kanaknya seperti dipukuli, dicekik, dibakar dengan sengaja, atau diancam dengan pisau atau senjata. Laporan terbaru dari Lancet mengatakan bahwa satu dari sepuluh anak mengalami penyiksaan, suatu bilangan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Identitas ibu dari Bayi P dan pacarnya, yang tindakan menelantarkan dan menyiksanya kepada bayi itu menyebabkan kematian sang bayi, dilindungi dengan undang-undang. Jadi, dengan tidak mengarahkan sasaran pada pelakunya, beberapa orang politisi yang populis dan media murahan mencari-cari berita dari sisi kekerasan yang berdarah. Mereka telah mendapatkannya dalam bentuk Pelayanan Sosial.
Kebanyakan dokter dan pekerja sosial setuju bahwa adalah sesuatu yang benar jika pihak berwenang melihat peran Pelayanan Sosial dan profesi kedokteran dalam kasus ini dan bahwa orang-orang yang terbukti menelantarkannya harus dianggap bertanggung jawab.
Tapi tuduhan yang dilakukan pada saat ini adalah lebih jauh lagi daripada hal ini. Yang terburuk adalah mengucilkan orang-orang itu, dan yang terbaik adalah telah adanya pemeriksaan forensik atas sistim kesejahteraan dan perlindungan anak.
Tapi yang belum diperiksa secara jujur dan mendetil adalah sesuatu yang sebagian menganggapnya terlalu menyakitkan untuk direnungkan. Hal itu adalah sifat alami dari masyarakat modern itu sendiri. Masyarakat pada hari ini tidak seluruhnya terdiri dari keluarga-keluarga yang berantakan – tapi yang pasti ada banyak keluarga semacam itu. Banyak keluarga yang menjadi lebih lemah, lebih berbeda dan kurang akrab, dan hubungan antar generasi begitu rapuhnya sehingga nasehat yang diberikan kepada orang yang baru menjadi orangtua dari orangtua yang lebih berpengalaman terkadang tidak ada. Jika trend seperti ini berlanjut pada beberapa generasi mendatang maka nasehat yang diberikan tidak akan didengarkan.
Terlebih lagi saat ini kita hidup dalam suatu masyarakat dimana – jika seseorang punya pekerjaan – maka dia akan memprioritaskan diatas segalanya. Keluarga tidak hanya menduduki tempat kedua tidak hanya bagi sang ayah tapi juga bagi sang ibu, yang terpaksa bekerja dengan meninggalkan anak di tempat pengasuhan anak atau dibawah seorang pengasuh anak.
Dalam masyarakat semacam itu, kita melihat berkembangnya rasa tidak bahagia, meningkatnya sakit jiwa dan perilaku anti social. Kemarin saja, BBC melaporkan bagaimana kehidupan di Inggris ‘menjadi lebih menyendiri’ dam laporan dari Children Society yang diterbitkan tahun kemarin mengatakan bahwa kehidupan di Abad 21 ‘membuat keluarga terpecah belah’ dan memberikan resiko menurunnya perkembangan dan kesejahteraan bagi generasi mendatang, walaupun Inggris adalah salah satu negeri yang paling kaya dan negeri dengan teknologi paling maju di dunia. Namun, ada beberapa hal yang memerlukan usaha yang lebih terus-menerus daripada hanya tindakan yang seketika. Dana talangan yang jumlahnya miliaran poundsterling sekalipun tidak akan dapat memberikan anda kasih saying bagi anak-anak. Pelayanan Sosial mungkin memerlukan lebih banyak dana, tapi dapatkah kita percaya bahwa ‘nasionalisasi’ masalah-masalah keluarga adalah solusinya?
Bagaimana Pelayanan Sosial atau departemen pemerintah lainnya mengatur hal ini? Hal ini ibarat mengirimkan perawat dengan membawa perban tempel dan beberapa helai perban untuk diberikan pada seorang korban kecelakaan lalu lintas dengan luka yang parah. Kemudian menyalahkan sang perawat karena korbannya lalu meninggal!
Islam mempromosikan keluarga dan komunitas yang tinggal dan memberikan respon atas kehidupan modern yang individualistik yang menyebabkan kehancuran keluarga. Hal inilah, yang mendorong kaum Muslim untuk menjawab budaya pop. Dalam dunia Muslim, suatu tipe pemerintahan Islam yang dirindukan orang tidaklah mengarah pada kehidupan keluarga saja, tapi yang menciptakan lingkungan yang memungkinkan keluarga-keluarga dan masyarakat itu untuk bisa tumbuh dan menyokong satu sama lain.
Selama kaum Muslim melihat semakin meningkatnya masyarakat yang rusak maka mereka seharusnya melihat pada apa yang diajarkan oleh Islam – yakni memprioritaskan keluarga, memahami peran dan tanggung jawab orang tua, mempromosikan kepedulian atas tetangga dan menjaga hubungan kekerabatan. Banyak orang yang akan menyerang kita karena melawan arus liberal (atau seperti tsunami) yang tampaknya melanda semuanya – dengan menggambarkan kita sebagai kaum isolasionis atau separatis – tapi kewajiban tetap ada pada kita untuk tidak membutakan mata kita atas hal-hal itu yang menyebabkan begitu banyak kerusakan, mempertahankan nilai-nilai kita, dan mengajak orang lain untuk ikut serta dalam aktivitas ini. (hizb.org.uk, 2 December 2008)
mengerikannya,…
Individualistik memang hasil dari kapitalisme materialism