Persoalan Kashmir

HTI-Press. Sehubungan dengan perkembangan di Kashmir, kami memuat analisis terjemahan dari Bahasa Arab suatu bab dari buku kecil ‘Isu Politik – Tanah Kaum Muslim yang Diduduki yang dikeluarkan oleh Hizb ut-Tahrir pada tahun 2004. Bab ini memberikan informasi latar belakang mengenai apa yang sedang terjadi di Kashmir dan menyoroti beberapa dari peristiwa kekejaman yang dilakukan oleh India terhadap kaum Muslim di sana. (Redaksi)

Kashmir

India melakukan tindakan yang liar atas Kashmir, sambil mengulangi retorika terorisme dan teroris, sehingga menciptakan ketidakjelasan atas masalah tersebut. Negeri itu ingin agar orang berpikir bahwa Kashmir adalah milik orang Hindu, dan karena itu seharusnya berada di bawah kekuasaan mereka. Tindakan balasan kaum Muslim di Kashmir atas agresi yang dilakukan India itu, dalam pandangan mereka, dianggap sebagai pemberontakan terhadap negara India, yang memiliki kekuasaan untuk menghancurkan mereka. Dengan demikian, mereka ingin memberikan pencitraan yang salah atas masalah itu. Dalam kenyataannya, Kashmir adalah tanah kaum Muslim; bahkan seluruh India merupakan tanah kaum Muslim, yang ditaklukkan kaum Muslim dan mendapatkan cahaya setelah hidup dalam kegelapan. Otoritas Islam di sana berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-19 ketika Inggris menyerang India dan melakukan pembunuhan massal dan pelanggaran HAM dan penghancuran alam.

Dalam kenyataannya Kashmir adalah tanah Islam, yang ditaklukkan Muslim dan Islam memasukinya di akhir abad pertama Hijriah. Islam datang dengan penaklukkan Sind dan Hind di tangan seorang Jendral Muslim, Muhammad al-Qasim, yang dimulai pada tahun 94 H (712 M). Islam kemudian tersebar di sana dan pada sebagian wilayah anak benua India pada zaman Khalifah Abbasid, al-Mu ‘tasim, 218-225 H (833-839 M). Otoritas Islam berlanjut dan seluruh anak benua itu, yang kini dikenal sebagai India, Pakistan, Bangladesh dan Kashmir adalah bagian darinya.

Inggris menginvasi anak benua India tahun 1819, di mana negeri itu mendapat perlawanan kuat dari kaum Muslim. Perang berlanjut dengan kemenangan yang silih berganti antara otoritas Islam di anak benua itu dan kaum penyerbu Inggris yang datang dengan bantuan kekuasaan kafir dari Hindu, Sikhs, Buddha dan lain-lain. Inggris tidak dapat mencapai stabilitas dan kontrol atasnya kecuali setelah 27 tahun yang penuh peperangan dengan Muslim, yaitu pada 1846.

Setelah itu Inggris mampu memperluas otoritasnya di seluruh wilayah itu, dan negeri itu membaginya menjadi tiga bagian: Inggris langsung memerintah salah satu bagian wilayah itu, yang mewakili 55% dari anak benua itu, di mana kaum muslimin adalah mayoritas di dalamnya. Inggris memerintah bagian lain melalui para gubernur provinsi termasuk orang Hindu dan Muslim. Para Gubernur ini ditunjuk untuk lebih dari 565 provinsi otonomi. Bagian ketiga, yakni Kashmir, disewakan oleh Inggris kepada seorang feodal Hindu untuk 100 tahun, sesuai dengan kontrak sewa yang ditanda tangani di (Amristar), dan kemudian dikenal menjadi Perjanjian Amritsar. Kesepakatan ini meliputi periode antara tahun 1846 dan 1946.

Dengan demikian, Kashmir, tanah kaum Muslim tersebut diperintah oleh orang Hindu sesuai dengan perjanjian kontrak sewa yang disebutkan itu.

Kashmir adalah wilayah dengan luas sekitar 217.935 km2, yang dikelilingi oleh Pakistan, India, Cina dan Afganistan. Penduduknya adalah 12 juta jiwa; 85% dari mereka adalah Muslim, sisanya 15% adalah dari sekte-sekte lainnya, seperti Hindu, Sikhs dan Buddha. Para Penakluk Muslim menyebut Kashmir sebagai langit-langit dunia atau kebun Allah di muka bumi karena iklim yang baik, hutan-hutan yang luas dan sumber daya dan di dalamnya ada puncak gunung tertinggi di dunia (Himalaya). Kashmir adalah sebuah negeri yang kaya akan perairan dan sungai-sungai, karena ia memiliki sungai-sungai Sind, Jhelum dan Chenab. Kebanyakan dari tanah negeri itu ada pada sekitar 1.200 m di atas permukaan laut. Ini adalah negeri tempat perlintasan Jalan Sutra (Silk Road) yang terkenal, dan negeri ini adalah satu-satunya penghubung dengan Cina dan Pakistan. Pada tahun 1983, permata safir dan rubi ditemukan di sana, suatu hal yang meningkatkan keteguhan India untuk menduduki negeri itu dan mendominasi terus menerus Kashmir.

Negeri itu adalah Kashmir yang diduduki Inggris, sebuah negara kriminal dan suka perang. Negeri itu merampasnya dari penduduk Muslim dan menyewakannya ke seorang tiran Hindu yang merupakan seorang musuh atas rakyatnya sendiri. Mereka sekarang mengatakan bahwa Kashmir adalah milik negara India, dan bahwa perlawanan kaum Muslim terhadap mereka dianggap sebagai terorisme dan agresi. Maharaja Hindu yang memerintah Kashmir dalam kontrak sewa yang dibuat dengan orang Inggris telah menggunakan segala cara kekejaman dan penyiksaan terhadap Muslim sehingga salah seorang menterinya mengundurkan diri karena kejahatan yang mengerikan yang dilakukan oleh sang Maharaja terhadap masyarakat Kashmir. Menteri tersebut menyatakan bahwa orang Kashmir diperlakukan seperti hewan gembala sebagaimana sapi, mereka ditindas dan ditekan tanpa didengarkan oleh pejabat manapun. Dia menambahkan bahwa pemerintah di Kashmir adalah sepenuhnya terisolasi dari masyarakat. Ini merupakan sesuatu yang dikatakan oleh musuh, maka bagaimana dengan kenyataan itu sendiri?

Kekuasaan Hindu di Kashmir digunakan untuk mencemari kesucian kaum Muslim Quran Suci dan masjid-masjid seperti yang terjadi pada tahun 1931, ketika salah seorang petugas keamanan Hindu mencemari Quran Suci yang menyebabkan pemberontakan kaum Muslim di sana. Kaum Muslim Kashmir dikenal akan ketabahan dan keteguhan dalam kebenaran. Salah satu tanda keteguhan mereka adalah pada peristiwa yang terjadi pada tanggal 13/7/1931, di mana kaum Muslim Kashmir membandingkannya dengan Perang Mu’tah. Pada hari itu, banyak kaum Muslim Kashmir yang berkumpul dan menyatakan solidaritas atas seorang yang bernama Abdul Qadir Khan yang memberikan ceramah pada Shalat Jumat untuk menentang keputusan dari raja Hindu, yang memusuhi kaum Muslim. Seorang petugas keamanan Hindu menghentikkan ceramahnya dan dia kemudian dimasukkan ke penjara. Pertemuan jamaah untuk menyatakan solidaritas itu dilakukan di halaman penjara. Saat waktu zuhur tiba, salah seorang dari mereka mengumandangkan azan, tapi dia langsung ditembak dan terbunuh oleh petugas keamanan Hindu. Laki-laki lain berdiri dan terus mengumandangkan azan, namun dia juga ditembak dan terbunuh satu demi satu sampai 22 orang terbunuh dalam insiden itu sebelum akhirnya azan dikumandangkan secara lengkap.

Walaupun perjanjian itu telah berakhir, pemerintahan Hindu terus berjalan dengan dukungan Inggris, terkadang dilakukan secara terbuka dan terkadang secara diam-diam. Pada tahun 1947 Inggris membagi anak benua India, selain Kashmir, menjadi dua negara: India dan Pakistan, sesuai dengan penduduknya. Namun, gubernur Kashmir yang beragama Hindu bergabung dengan India dan menentang keinginan populasi Muslim. Perlu diketahui bahwa saat Inggris membagi anak benua India antara India dan Pakistan, utusan kementerian Inggris mengkonfirmasi dalam memorandumnya tertanggal 12/5/1946, yang telah dialamatkan kepada 565 gubernur provinsi India provinsi, bahwa mereka harus mematuhi kemauan penduduk mereka sendiri yang berkaitan dengan keputusan unifikasi provinsi-provinsi dengan salah satu dari dua negara, India dan Pakistan.

Namun, unifikasi ketiga provinsi ke dalam Pakistan menjadi terhalang, yakni Hyderabad, Jonagra dan Kashmir. Alasan penghalangan adalah karena para gubernur provinsi Hyderabad dan Jonagra adalah Muslim, sementara mayoritas dari mereka adalah orang Hindu, sehingga mereka dianeksasi ke India. Namun, sebagian besar penduduk Kashmir yang Muslim dan gubernurnya yang Hindu, juga dianeksasi ke India juga. Bias dari sikap Inggris terhadap Hindu adalah faktor yang memungkinkan India untuk mengambilalih tiga provinsi, khususnya Kashmir, untuk India. Hal ini menyebabkan banyak peperangan antara India dan Hindu di satu sisi, dan Pakistan serta Muslim dari Kashmir di sisi lain..Dengan demikian, India menduduki dua pertiga Kashmir (65%), sedangkan bagian lain (30%) tetap dengan Pakistan di sisi lain; Cina mengambil alih (5%) dari Kashmir. Ini adalah situasi Kashmir saat ini.

Pada awal perang, pada tanggal 13/8/1948, resolusi pertama mengenai Kashmir dikeluarkan oleh Dewan Keamanan, yang memutuskan gencatan senjata dan pembentukan Angkatan Bersenjata Pengawas Internasional untuk menjaminan berlanjutnya gencatan senjata.

Hal ini diikuti oleh resolusi lain untuk penarikan mundur tentara India dan Pakistan dari Kashmir dalam persiapan untuk melakukan suatu referendum, di mana masyarakat Kashmir memutuskan masa depan akhirnya. Tanggal 5/1/1949 India dan Pakistan menerima resolusi, namun India menolak untuk menarik mundur. Kemudian Jawaharlal Nehru pada tahun 1956 memutuskan untuk mengambil alih sebagian dari Kashmir yang dikontrol oleh tentara India ke India, dan dia mengibarkan bendera India di atas kantor-kantor pemerintahan, dan menganggapnya merupakan bagian tak terpisahkan dari India.

Pada tangga14/2/1957 resolusi lain dikeluarkan oleh Dewan Keamanan yang menegaskan perlunya penarikan tentara India dari provinsi itu. Namun, seperti biasa, negeri itu mengabaikan resolusi, dengan berkolusi dengan Inggris. Kemudian India mulai mempelajari gaya dan cara yang digunakan oleh kaum tiran untuk menyerang Islam dan kaum Muslim, serta untuk membujuk mereka agara keluar dari Deen, dan menggunakan gaya serta cara ini di Kashmir.

Karena itu, di tahun 1965 India mengirimkan sebuah delegasi yang terdiri dari para pakar ke Spanyol untuk belajar bagaimana kaum Muslim dienyahkan di Andalusia setelah jatuhnya Granada. India juga mempercayakan duta besarnya di Moskow untuk mempelajari gaya pelenyapan karakter Islam yang digunakan oleh bekas Uni Soviet terhadap Islam di sana. Kemudian otoritas India meningkatkan kerjasamanya dengan negara Yahudi setelah negara itu diakuinya dan menerima perampasan Palestina, dan mulai mempelajari rencana-rencana orang-orang Yahudi yang digunakan untuk melakukan pembunuhan massal terhadap Muslim. Deklarasi yang mereka lakukan mengungkapkan kerjasama ini.

Benyameen Shan, seorang anggota dalam pemerintahan Shamir berkata: “India dan Israel akan menghadapi bahaya yang sama, yakni fundamentalisme Islam di Palestina dan Kashmir. Kami memahami bagaimana berurusan dengan orang Arab dan Muslim, dan pada gilirannya kita akan berbagi pengalaman kami dengan di bidang ini“.

India bersiteguh untuk menggunakan cara-cara yang berbeda di Kashmir yakni dengan menjadikan generasi-generasi berikutnya terlepas dari agama mereka, atau bodoh dalam pemahaman yang benar akan Islam. Hal ini karena negara itu percaya bisa menghapuskan Islam dari Kashmir setelah beberapa tahun. Namun, hasilnya jauh dari apa yang mereka kehendaki. Kaum Muslim meningkatkan ketaatanya pada Islam, dan loyalitas pada Islam semakin kuat setelah setiap serangan ganas otoritas India terhadap Muslim, apakah serangan itu melalui penindasan, penyiksaan atau dengan gaya lain dengan pemutar balikkan fakta dan pencitraan yang salah.

India melakukan pembunuhan massal di Kashmir pada tahun 1989 yang mengakibatkan syahidnya 25 ribu orang; yang kemudian diikuti dengan pembunuhan massal pada tahun-tahun berikutnya. Siaran radio yang dibuat oleh komite bantuan Kashmir Muslim mengumumkan hal ini berdasarkan statistik yang diperoleh dari sumber-sumber PBB, media India, dan lembaga-lembaga Media Internasional dan dari sumber-sumber Kashmir yang dibuat oleh otoritas berwenang di India di Kashmir, sejak Januari 1990 hingga Desember 1998, terjadi kejahatan-kejahatan berikut:

– 63275 mati syahid setelah dibunuh dengan tembakan bersenjata.

– 775 orang politisi, Ulama dan imam mesjid dilenyapkan.

– 3370 mati syahid dengan cara disiksa sampai mati.

– 81.161 orang dijebloskan dalam penjara tanpa sidang pengadilan.

Hal ini adalah selain insiden-insiden pelanggaran kehormatan dan kesucian, orang yang luka-luka dan hilang, yang ada dalam bilangan ratusan ribu orang. Laporan-laporan dari organisasi internasional dipenuhi dengan laporan kekejaman yang dilakukan India di Kashmir, seperti laporan dari Amnesty International yang dikeluarkan pada tanggal 6/2/1999.

Ini merupakan bagian dari penindasan dan penyiksaan yang dilakukan oleh pihak berkuasa India di Kashmir. Mengenai gaya yang lain dari pemutarbalikkan fakta dan penipuan, pihak berwenang mengeluarkan gagasan untuk menghentikan pembelajaran Quran Suci dan bahasa Arab di sekolah-sekolah negeri, selain memperkenalkan bahasa Hindi sebagai bahasa wajib. Kemudian mereka menggunakan media untuk melaksanakan kampanye intensif melawan nilai-nilai Islam dalam keluarga dan pakaian wanita. Hal ini dilakukan dengan cara memperkenalkan alkohol di Kashmir dan undang-undang perkawinan campuran antara Muslim dan Hindu, diikuti dengan pelaksanaan keluarga berencana dengan menggunakan operasi pembedahan karena diketahui bahwa provinsi Kashmir dikenal dengan mayoritas Muslim dan telah memenangkan medali tertinggi dalam kontrol kelahiran.

Inilah Kashmir yang menderita dan masih menderita atas kekejaman barbar yang dilakukan oleh tentara India dan polisinya terhadap Muslim di sana. Masalah ini terlihat sama dengan masalah di Palestina. Orang-orang Hindu menduduki Kashmir pada saat yang sama ketika orang-orang Yahudi dan Palestina menduduki Palestina dan mendirikan sebuah negara di sana. Penguasa-penguasa Pakistan telah mengabaikan Kashmir dari segi perlindungan dan kemerdekaan wilayah itu dengan cara yang sama yang dilakukan oleh para pemimpin Arab disekitar Palestina atas negeri Palestina.

Pakistan dalam waktu yang lama, semenjak tahun 1947, yang merupakan tahun pemecahan (anak benua India) dan kemerdekaan (Pakistan), sampai tahun 2003, menyerukan pelaksanaan resolusi-resolusi internasional dan memberikan masyarakat Kashmir hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Namun, India terus menolak resolusi-resolusi ini sebagaimana yang dilakukan Israel. Kemudian posisi Pakistan berubah di awal tahun 2004, ketika Pakistan meninggalkan negosiasi-negosiasi yang berlandaskan resolusi-resolusi internasional dan hak penentuan nasib sendiri, dan menerima negosiasi bilateral dengan India dan perlunya menjadikan isu ini sebagai masalah internasional. India kemudian menyerah pada syarat-syarat yang diberikan oleh Pakistan yang berkaitan dengan hak penentuan nasib sendiri di Kashmir.

Alasan di balik hilangnya Kashmir dan mengabaikan pertahanan Muslim bukanlah karena lemahnya muslim di Pakistan. Hal ini karena sebenarnya mereka mampu mendapatkannya lagi dari India dengan mudah. Tapi hilangnya Kashmir dikarenakan fakta bahwa para pemimpin Pakistan adalah agen-agen Amerika, yang membuat mereka menyerahkan wilayah itu kepada India, dengan konsesi yang terus-menerus tentang Kashmir. Jenderal Ayub Khan melancarkan perang di tahun 1965 karena Kashmir, tapi dia menyerahkan pada India tiga sungai yang merupakan bagian Pakistan. Seperti yang terjadi pada Yahya Khan dan Zulfiqar Ali Bhutto, mereka hilang pada tahun 1971 di Pakistan Timur yang kemudian menjadi Bangladesh. Pada saat pemerintahan Zia ul Haq, India menduduki pegunungan Siachen. Pada saat pemerintahan Nawaz Sharif, para mujahidin dan tentara Pakistan tidak lagi bisa menguasai wilayah dataran tinggi Kargil pada tahun 1999 setelah Muslim akan memperoleh kemenangan. Namun, sesuai dengan pesanan AS, Nawaz Sharif memberikan perintah kepada tentaranya dan para pejuangnya untuk mundur. Hal ini untuk mendukung Vajpayee, Perdana Menteri India pada waktu itu, dengan membuat popularitas heroik baginya di hadapan lawan-lawannya di Partai Konggres, dengan darah kaum Muslim.

Pada akhirnya, saat Pervez Musharraf untuk pertama kalinya memberikan masyarakat Kashmir hak penentuan nasib sendiri dan pembebasan mereka dari otoritas India yang telah telah ditinggalkan. Persoalan Kashmir telah menjadi bahaan diskusi serius sejak kunjungan Musharraf ke Amerika dan diterima oleh Presiden Bush di Camp David tanggal 24/6/2003, dimana kunjungan itu merupakan suatu titik balik yang berkaitan dengan aksi politik dan militer terhadap Kashmir. Tidak satu penguasa Pakistan pun pada masa lalu yang berani berbicara mengenai sebuah solusi untuk Kashmir melalui negosiasi dengan India, dalam rangka untuk memecah wilayah itu. Ini cukup jelas pada tiap usulan politik mengenai Kashmir, yang meliputi Azad Kashmir wilayah dengan Pakistan, Jammu dan Kashmir dengan India, dan semuanya menjadi merdeka dari India. India telah biasa untuk menolak hal itu dan menganggap Jammu dan Kashmir adalah bagian dari wilayahnya, sebagaimana yang disebutkan dalam deklarasi Nehru pada tahun 1956.

Musharraf secara eksplisit mengumumkan dalam kunjungan itu persetujuannya pada Peta Jalan Damai (Road Map) untuk memecahkan persoalan Kashmir, dengan model yang sama seperti model Timur Tengah. Dia menambahkan mengenai kesiapannya untuk memberikan konsesi-konsesi penting untuk mencapai suatu solusi permanen tentang Kashmir. Proposal atas konsesi-konsesi diberikan selama perundingan dengan Amerika perwakilan (Kongres) di Washington tanggal 26/6/2003, yakni selama kunjungan itu dilakukan. Ia menambahkan dengan mengumumkan bahwa ia akan berdiri berhadapan dengan para ‘ekstremis’ Muslim, yaitu kelompok-kelompok jihadi di Kashmir.

Jadi pada tanggal 11/8/2003, Pervez Musharraf menyerukan untuk melakukan negosiasi untuk menyelesaikan sengketa dengan India. Pernyataan-pernyataan Musharraf menekankan tanggung jawabnya untuk perundingan dengan New Delhi hanya berselang satu hari setelah pernyataan yang diberikan oleh Atal Bihari Vajpayee, Perdana Menteri India, yang menyerukan perlunya penghentian pertumpahan darah antara kedua negara.

Kantor berita Reuters melaporkan tanggal 17/12/2003, setelah sebuah wawancara dengan Musharraf, “bahwa ia siap untuk tampil berani dan fleksibel untuk melakukan usaha-usaha perdamaian diantara kedua negara tetangga dengan senjata nuklir.” Musharraf tampil dalam wawancara itu dengan fleksibilitas mengenai Kashmir. Dia berkata bahwa “jika kita ingin menyelesaikan masalah ini, maka kedua belah pihak perlu berbicara satu sama lain dengan fleksibilitas, dengan mengesampingkan posisi-posisi yang sudah dinyatakan dan menemukan jalan tengah“.

Setelah itu Musharraf melanjutkannya dengan mengeluarkan undang-undang, satu demi satu, untuk mencegah dan melecehkan penentangan apapun dari Muslim atas pendudukan Kashmir oleh India. Pada akhirnya dia bertemu dengan Vajpayee tanggal 5/1/2004, dimana landasan-landasan praktis untuk negosiasi dengan India mengenai Kashmir telah diletakkan.

Posisi-posisi yang dekat di antara kedua negara mulai muncul. Lal Krishna Advani, Wakil Perdana Menteri India pada tanggal 12/3/2004 berkata bahwa negaranya, “siap untuk mengambil dan memberikan apapun, dalam upaya untuk mendapatkan perdamaian dengan Pakistan mengenai wilayah Kashmir” yang dipersengketakan.

Kemudian Vajpayee mengatakan pada hari Jumat tanggal 18/4/2004, dalam suatu proposal yang langka kepada Pakistan, bahwa dialog adalah satu-satunya cara untuk membawa perdamaian ke Kashmir. Jamali cepat menyambut seruan ini, dengan mengatakan bahwa ini merupakan ‘sebuah perkembangan positif’. Zafarullah Jamali Kahn, perdana menteri Pakistan saat itu, menyambut proposal itu untuk melakukan pembicaraan tentang Kashmir, yang telah disampaikan oleh Perdana Menteri India, Atal Bihari Vajpayee.

Jamali menginformasikan pada para koresponden media di Islamabad, dengan mengatakan: “Posisi Pakistan masih sama seperti sebelumnya. Namun, setelah negosiasi dimulai ……. akan ada fleksibilitas dari kedua belah pihak“.

Pada tanggal 16/2/2004, India dan Pakistan telah melanjutkan dialog yang telah terputus ketika ketegangan mencapai puncak dua setengah tahun sebelumnya. Delegasi dari kedua negara melakukan pembicaraan di Islamabad untuk membuat agenda dan kerangka kerja untuk negosiasi, yang diharapkan akan menuju pada penyelesaian sengketa antara mereka atas Kashmir, sebagaimana poin utama dalam berkas catatan mengenai perbedaan. Sejak beberapa waktu lalu, Amerika berupaya meningkatkan hubungan dengan India. Ini terjadi setelah keruntuhan Uni Soviet di awal tahun sembilan puluhan. Setelah Amerika menyelesaikan tahap untuk menyertakan Cina, lalu Amerika mulai dengan tahap mengurangi (luas wilayah) Cina. Karena India telah menjadi musuh tradisional Cina, selain karena India memiliki sumber daya manusia dan kemampuan militer yang besar, India adalah calon terbaik untuk memainkan peranan ini. Amerika memahami nilai India untuk peran ini. Amerika benar-benar mencoba, sejak Kemerdekaan India pada 1947, untuk memiliki pengaruh di dalamnya. Namun, orang-orang Inggris dan partai Kongres mencegahnya. Melalui pembangunan yang signifikan, Amerika menningkatkan usahanya pada tahun 1990, di mana negeri itu mengirim Robert Gates, salah seorang pejabat CIA, ke India, tapi dia tidak memberikan hasil yang dikehendaki kecuali setelah kemunculan agennya, Vajpayee, tahun 1998. Ada pembicaraan dalam lingkup internal Amerika mengenai negara-negara terkemuka di berbagai wilayah di dunia, di mana Amerika Serikat akan mendorong mereka untuk memimpin di wilayah mereka ada; dan AS merekomendasikan India untuk memimpin wilayah Asia Selatan

Karena isu Kashmir merupakan beban bagi India, dan itu seperti duri daging, Amerika berupaya untuk menghapus rasa sakit dari bagian dalam India, sehingga perhatian sepenuhnya akan difokuskan pada pelepasan dari Cina atas wilayah itu. Ini juga untuk mencegah isu panas Kashmir memiliki pengaruh pada perang yang dilakukan Amerika di Afghanistan.

Oleh karena itu, setelah dua negara bagian di India dan Pakistan berada dibawah pengaruh Amerika, negeri itu berupaya untuk menciptakan saling pengertian antara mereka atas Kashmir. AS juga merubah cara pandang awalnya mengenai solusi masalah ini. Pada awalnya AS menginginkan untuk menjadikan ini masalah internasional, tapi sekarang AS mendesak kedua pihak untuk menyelesaikannya secara bilateral. Keberadaan yang aktif dari Amerika mengenai penyelesaian masalah ini adalah untuk membagi Kashmir, dimana bagian yang dimerdekakan dari Kashmir akan menjadi bagian Pakistan, sedangkan bagian yang berada di bawah dari India akan menjadi bagian India. Bagian Kashmir yang diduduki India, dengan mayoritas Muslim, akan diberikan beberapa bentuk otonomi, tetapi tetap dalam kewenangan pemerintah India. Meskipun Musharraf dan Vajpayee (sebelum pemilu India terakhir) ada di bawah kendali Amerika, namun ada beberapa kendala sebelum dilakukan rencana pembagian ini, yang diwakili oleh beberapa elemen Pakistan, tentara dan sebagian Hindu garis keras. Peristiwa 11 September 2001 memungkinkan Amerika untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Strategi Amerika adalah untuk memaksa Pakistan membuat beberapa kompromi atas Kashmir. Akibatnya Pakistan membuat beberapa konsesi, yang pada akhirnya memperkuat posisi di antara Vajpayee dan kelompok garis keras.

Konsesi-konsesi tersebut terdiri dari penarikan dukungan atas kelompok-kelompok jihadi, penutupan kamp-kamp pelatihan, pengurangan pasukan Pakistan dari LOC (Wilayah Kontrol), dan mengabaikan dukungan untuk Muslim Kashmir. Akhirnya, situasi mencapai titik dimana Pervez Musharraf, yang merupakan agen utama Amerika dan musuh utama Muslim di wilayah itu, mengumumkan dalam kunjungannya ke Amerika, seperti yang disebutkan di atas, mengenai persetujuan atas Peta Jalan Damai (Road Map) untuk memecahkan persoalan Kashmir, pada model yang sama dari Peta Jalan Timur Tengah. Peta ini akan menuntun ke arah negosiasi langsung dengan India sesuai dengan studi Amerika atas solusi ini. Dia mengatakan akan menghadapi ekstremis Muslim, yaitu kelompok jihadi di Kashmir dan partai-partai dan dan organisasi-organisasi Islam di Pakistan.

Konsesi Amerika ini diharapkan akan meningkatkan popularitas Vajpayee dan partainya dalam pandangan pemilih India, terutama hal ini akan dipergunakan untuk mendukung Vajpayee secara militer dan untuk mencegah Pakistan untuk memiliki senjata yang dikembangkan (seperti menunda kesepakan penyerahan pejuang walaupun Pakistan telah membayar harga atas hal ini). Amerika juga memasukkan suatu perjanjian kemitraan strategis, sehingga Vajpayee muncul di hadapan publik sebagai penyebab superioritas militer mereka atas lawan mereka, Pakistan.

Amerika juga mendukung Vajpayee secara ekonomi untuk menciptakan kebangkitan ekonomi. Amerika melakukan semua itu karena melihat dukungan kuat dari partai Kongres, dan BJP memiliki koalisi yang tidak dapat bertahan dihadapan partai Konggress tanpa adanya dukungan.

Namun titik lemah BJP berasal dari dukungan ini, khususnya dukungan ekonomi. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat memberikan banyak dukungan ekonomi, memberikan dana kepada pemerintahan BJP dan menekannya untuk melakukan privatisasi. Kebijakan ini membuat perusahaan-perusahaan besar dan peningkatan ekonomi sesuai dengan model kapitalis, yakni konsentrasi lebih besar pada kekayaan. Namun kebijakan ini tidak sesuai untuk sebuah negara di mana kemiskinan melanda. Oleh karena itu, orang-orang kaya, perusahaan-perusahaan jasa keuangan dan pabrik-pabrik tumbuh di kota-kota, tetapi kemiskinan meningkat, terutama di wilayah perkampungan dan pedesaan.

Faktor lain yang ditambahkan, yang merupakan akar yang dalam dari sifat alami partai Kongres, dan kecerdasan politik yang mengikuti gaya Inggris. Jadi, hal ini menantang posisi garis keras dari partai agama BJP dengan menampilkan sekularisme kongres, yang tidak mendukung salah satu agama tertentu. Faktor lain juga sifat alami kaum kapitalis yang gencar atas privatisasi dengan menampilkan partai Kongress wajah sebelah kiri, dan menyerukan untuk menciptakan proyek-proyek, yang akan dibiayai pemerintah dan kemudian menciptakan lapangan pekerjaan bagi buruh dan masyarakat miskin. Partai Kongres kemudian memfokuskan pada posisi BJP mengenai Kashmir, di mana ia menunjukkan kelemahannya dihadapan Pakistan. Hal ini karena pihak partai Kongres tidak dapat menerima pendudukan Kashmir sebagai subyek perundingan, karena Nehru menganeksasi wilayah itu dengan suatu deklarasi pada tahun 1956, dan menganggapnya sebagai bagian tak terpisahkan dari India.

Dengan demikian, hasil pemilu tanggal 10/5/2004 menjadi suatu kekalahan partai BJP yang berkuasa dan kemenangan untuk partai Kongres yang mendukung Inggris. Kegiatan ini dilanjutkan dengan membesar-besarkan rencana Amerika untuk menyelesaikan sengketa atas Kashmir melalui pendekatan kembali antara kedua negara. Kekalahan (BJP) merupakan pukulan telak atas rencana Amerika yang lebih luas, yakni menempatkan India untuk berhadapan dengan kekuatan China yang sedang tumbuh

Kemenangan partai Kongres berarti India akan terus memperkuat cenkramannya di Kashmir lebih dari yang dilakukan oleh BJP, karena ini muncil ke permukaan setelah kemenangannya. Pada tanggal 09/05/04 penasehat kemanan India saat ini JN Dixit berkata, “Kami akan memiliki kebijakan yang lebih tegas di Kashmir … Disana tidak ada keterasingan teritorial negara India atas Jammu dan Kashmir. Ada penyesuaian marjinal disepanjang Garis Kontrol di Kashmir.” Pada tanggal 23/05/04, Menlu India Natwar Singh mengatakan bahwa prinsip-prinsip dari hubungan India dengan Pakistan adalah Perjanjian Shimla tahun 1972 dan beberapa perjanjian dan deklarasi antara kedua negara yang muncul setelahnya. Pada tanggal 24/05/04, Musharraf menanggapi pernyataan Natwar dengan berkata, “Jika ia (Natwar Singh) bermaksud bahwa tidak akan ada gerakan atau keputusan status quo, maka saya akan mengambil sikap yang sama sekali berbeda dengan dia. Itu bukanlah solusi. Jika Garis Kontrol dibuat permanen dan itu berarti semuanya, ini bukanlah solusi. Jika dia bermaksud kita akan mengikuti perjanjian Shimla, maka saya tidak setuju dengan dia.

Meskipun partai kongres menjelaskan bahwa ia ingin hubungan yang baik dengan Amerika, seperti yang dikatakan Natwar Singh, “ini menjadi kepentingan kita, ini menjadi kepentingan mereka dan kepentingan masyarakat dunia bahwa hubungan antara India dan Amerika Serikat harus tetap pada keadaan berlasan lancar dan bukannya hubungan yang temporer“. Namun keamanan, pertahanan dan kertas agenda kebijakan yang ditulis oleh Kongres untuk Manifesto tahun 2004 menyatakan: “Sayangnya negara besar seperti India telah direduksi untuk memiliki hubungan bawahan dengan Amerika Serikat di mana Amerika menerima India apa adanya. Ini adalah akibat dari keinginan pemerintah BJP/NDA untuk menyesuaikan prioritas AS dan kebijakan-kebijakannya tanpa memberikan perhatian yang cukup pada kebijakan luar negeri India sendiri yang vital dan kepentingan keamanan…

Kongres akan memberikan kebijakan tidak berpihak yang baru dalam menjaga arah politik dan perubahan ekonomi yang terjadi di wilayah kami dan ditempat lain.

Manifesto itu juga menyerukan bagi kebijakan luar negeri India untuk dibangun atas dasar visi Nehru sambil menandakan kembalinya kebijakan asing yang pro-Inggris. Manifesto itu menyatakan ‘tugas yang paling penting dari Kongres tersebut adalah mempertahankan pilihan-pilihan yang bebas atas India untuk melaksanakan hubungan luar negeri … ini adalah esensi dari kebijakan luar negeri India dimana Jawaharlal Nehru membangun konsensus sebuah nasional, suatu kesepakatan yang telah hilang selama masa jabatan pemerintah yang dipimpin BJP-NDA ‘.

Semua ini berarti bahwa Amerika saat ini harus mempertimbangkan posisinya dengan India. Pilihan untuk menggunakan Pakistan untuk menggerakkan pemberontakan baru di Kashmir untuk melemahkan partai Kongres dan partner-partner koalisinya tampaknya menarik dalam jangka pendek. Tetapi mengingat perasaan kuat untuk kembali kepada Islam dan puncaknya, jihad, diantara kalangan Muslim Pakistan dan posisi genting Musharraf, adalah tidak mungkin bahwa Amerika Serikat akan menerapkan kebijakan yang berisiko tersebut. Hal yang buruk bagi Amerika adalah bahwa partai kongres sudah mulai membangun kembali angkatan bersenjata, yang sempat menikmati hubungan hangat dengan militer AS. Kongres telah mulai pembersihan pejabat-pejabat pro- Amerika. Tidak diragukan lagi, ini akan melemahkan kemampuan Amerika untuk mendapatkan pengaruh di dalam angkatan bersenjata. Oleh karena itu hal ini akan membuat Amerika memiliki sedikit pilihan kecuali untuk menunggu. Kemungkinan besar setelah pemilu Amerika Serikat sebelum ada gerakan yang tegas untuk menyatukan kebijakan yang baru bagi India. Bagaimanapun juga Amerika akan dengan mudah meninggalkan India setelah negara itu mengkontrolnya selama pemerintahan Vajpayee pemerintah. Dengan demikian, isu Kashmir akan tetap berada di tangan orang-orang kafir, di mana mereka akan mengupasnya sesuai dengan kepentingan dan pengaruh mereka.

Bagaimana kita dapat mengakhiri pengkhianatan para pemimpin Pakistan terhadap mujahideen dan kaum Muslim Kashmir?

Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada tindakan aktif kaum Muslim Pakistan untuk menyingkirkan pemerintah Musharraf dan membentuk sebuah negara Islam di Pakistan yang berdiri untuk merebut kembali Kashmir dengan jihad dan kekuatan. Negara Islam itu juga akan terus melawan India sampai mereka mengembalikan seluruh anak benua India India kepada otoritas Islam sebagaimana sebelumnya ia berada dalam otoritas Islam untuk waktu yang lama. Ini bukan hal yang mustahil dengan adanya iman yang kuat, keteguhan dan keyakinan untuk melanjutkan hal ini kecuali sampai kaum Muslim menyadari dan memiliki tujuan dalam membebaskan negara mereka orang Hindu. Ini adalah suatu hal yang pantas, karena Pakistan memiliki kekuatan militer besar dan senjata nuklir, yang dapat dipakai untuk membebaskan Kashmir, dimana cara diplomasi telah gagal untuk tercapai selama kurun waktu lebih dari setengah abad.

Wahai Kaum Muslim:

Kashmir memang merupakan tanah Islam, sebagaimana seluruh wilayah India. Karena Khilafah Islam telah menaklukkan wilayah itu dalam abad pertama hijriah, maka negeri itu dapat membawa Kashmir kembali dalam otoritas Islam dan anak benua India. Negara itu juga dapat menghapus penindasan, kesewenang-wenangan dan tindakan kejam dari orang Hindu dan pengikutnya terhadap kaum Muslim. Muslim di anak benua India mampu untuk melakukannya.

Pakistan sendiri mampu melakukannya saat seorang penguasa yang tulus, seorang khalifah yang lurus yang memerintah dengan hukum Allah, memimpin dan berjuang bersamanya melawan musuh-musuh Allah. Pakistan mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk berdirinya Khilafah Rasyidah yang akan dapat merebut kembali kekuasaan kaum Muslim dan membebaskan mereka dari bencana yang menimpa mereka siang dan malam, dan bukan dari tangan orang-orang kafir saja, tetapi juga dari tangan penguasa-penguasa boneka, yang mensia-siakan angkatan bersenjatanya untuk memerangi saudara-saudara Muslim sendiri di mana-mana, sehingga melindungi kepentingan Amerika dan India.

Wahai rakyat Pakistan; anda mampu menyalakan obor kebaikan, mengibarkan dengan tinggi bendera Khilafah, bendera la ilaha illa Allah, Muhammadun Rasulullah.

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” [QS 22:40]

Sumber: www.khilafah.com, Diterjemahkan oleh Riza Aulia

3 comments

  1. Jazakallah. Ini informasi yang luar biasa dan sangat bermnafaat.

  2. Jalur yang memungkinkan langgengnya intervensi akan senantiasa dijaga dan dipelihara oleh para penjajah kafir, palestina, kashmir, libanon adalah segelintir contoh betapa lihainya makar mereka. Kaum muslim harus difahamkan bahwa di semua arena pertarungan mereka harus tetap memegang teguh Islam sebagai satu-satunya sudut pandang dalam menilai semua persoalan. jadilah individu2 umat ini sebagai politisi pemikir (as-siyasiyun al-mufakkirun) dengan kesadaran politik yang tinggi, engeuh dengan berbagai kejadian dan realita politik, dalam dan luar negeri, sedikit banyak bisa membantu kita memahami realita sebenar dari berbagai benang kusut persoalan umat, termasuk persoalan kashmir, Palestina dan negeri muslim lainnya.

  3. Egal syuhada

    Semoga Allah SWT Memberikan kemenangan bagi setiap jiwa-jiwa kaum muslimin yg telah ditindas dan membalas setiap keburukan Para penjajah musyrikin.amin ya Robbal alamin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*