Injeksi Dana Tak Menolong

Kesalahan Serius Telanjur Terjadi, Ratusan Miliar Dollar AS Modal Hengkang

Washington, Kamis – Ekonomi global mengalami kontraksi 0,4 persen pada tahun 2009 dengan pola resesi yang lebih sinkron sepanjang sejarah. Resesi terburuk sejak 1960-an tak terhindarkan. Pemerintah dan otoritas moneter mencoba mencegahnya, tetapi kerusakan serius telanjur terjadi. Injeksi dana tak menolong.

Demikian diutarakan The Institute of International Finance (IIF) yang berbasis di Washington, Kamis (18/12). IIF beranggotakan 375 lembaga keuangan dunia.

Direktur Pelaksana IIF Charles Dallara menyebutnya sebagai resesi terburuk dunia. Kontraksi ditandai dengan resesi sinkron di sejumlah negara. Resesi merujuk pada pertumbuhan yang menurun setidaknya selama dua kuartal berturut-turut. Meski derajat penurunan berbeda-beda dan titik awal penurunan berbeda- beda, ada satu hal yang terjadi jelas atau terjadi sinkron, yakni semua perekonomian di dunia sama-sama mengalami penurunan.

Sejak 1960-an, resesi di satu kawasan biasanya teratasi dengan pertumbuhan di kawasan lain. Hal ini tidak terjadi. Semua ekonomi dunia serentak ambruk.

Resesi tidak dimulai dengan penurunan permintaan swasta atau pemerintah, tidak diawali dengan penurunan pasokan barang. Resesi dimulai dengan kredit macet massal dan global. Kerusakan serius sistem keuangan dan perbankan telanjur terjadi.

Studi empiris menunjukkan resesi karena kekacauan sektor keuangan lebih besar potensinya menjungkalkan perekonomian.

Kekacauan lembaga kuangan tidak saja membuat aliran kredit seret. Kekacauan ini memacetkan pinjaman antarbank, memacetkan pinjaman untuk konsumen lewat penggunaan kartu kredit.

Kekacauan ini mengganggu kelancaran transaksi perdagangan, baik secara nasional maupun global. Episentrum kekacauan sektor keuangan ini terjadi di AS, mesin ekonomi dunia. Macetnya transaksi keuangan makin memerosotkan aktivitas ekonomi.

Pasar uang terganggu

Kekacauan juga menyebabkan terganggunya bursa saham dan pasar modal, dua sumber pembiayaan berjangka pendek dan berjangka panjang. Kekacauan ini mengimbas ke sejumlah negara.

Para penyedia modal atau pemilik modal, yang selama ini menjadi sumber pinjaman, memegang sikap hati-hati.

Hal ini yang membuat injeksi modal dan penurunan suku bunga tidak berhasil mencegah resesi. Ketersediaan pinjaman relatif murah dari Bank Sentral AS, bahkan hanya 0,1 persen dari Bank Sentral Jepang, tak mampu menggerakkan ekonomi.

Kantor berita Associated Press menuliskan, lembaga keuangan menimbun uang. Fenomena ini sudah terjadi sejak Desember 2007, yang menyebabkan resesi sudah mulai terjadi sejak tahun 2007.

Steven Hansen di situs Seeking Alpha mengatakan, dalamnya beban utang korporasi, pemerintah, dan individu di AS membuat keberadaan pinjaman murah bank sentral tak mampu lagi diserap.

Transaksi atau spekulasi di bursa dan penempatan dana di negara berkembang yang dianggap prospektif dihentikan atau dikurangi untuk sementara.

Presiden Argentina Cristina Kirchner terpaksa melakukan pencegahan pelarian uang, yang sudah terjadi sebesar 100 miliar-120 miliar dollar AS. Argentina mencanangkan, antara lain, pembebasan pajak bagi modal yang ditanamkan kembali ke dalam negeri.

Wakil Gubernur Bank Sentral Rusia Alexei Ulyukayev mengatakan, ”Sejak September sudah terjadi pelarian modal 80 miliar dollar AS atau bahkan akan mencapai 100 miliar dollar AS sepanjang 2008.”

Krisis ekonomi, di samping kekacauan sektor keuangan, membuat pemodal menarik dana dari negara berkembang dengan menempatkan ke lokasi yang dianggap jauh lebih aman.

Sebab itu, Philip Suttle, Direktur Analisis Ekonomi Makro IIF, mengatakan, data sejak 1950-an menunjukkan tidak pernah ada kontraksi ekonomi global. Namun, kini semua negara terimbas krisis.

Respons bersama

Dallara mengatakan, respons global yang terkoordinasi dibutuhkan untuk mencegah keadaan lebih buruk. Dallara memuji tindakan Pemerintah AS menurunkan suku bunga dan pencanangan stimulus ekonomi berupa penyiapan dana talangan 700 miliar dollar AS.

”Adalah penting bagi Eropa dan Jepang untuk melakukan hal serupa,” kata Dallara.

Namun, Jepang dan Uni Eropa tidak meluncurkan paket penyelamatan ekonomi selengkap AS. UE tidak mau karena khawatir peluncuran dana-dana itu akan mengalir kembali ke pasar uang AS, yang tidak tertata rapi, dan bahkan bisa dimainkan ke bisnis yang penuh tipu muslihat seperti yang terlihat dari skandal ”skema Ponzi”, yang diotaki Bernard Madoff, mantan ketua bursa saham AS, Nasdaq.

Ketua Komisi Urusan Moneter Uni Eropa Joaquin Almunia, mengatakan, 27 negara anggota UE mencanangkan dana stimulus 292,32 miliar dollar AS.

Namun, Uni Eropa memiliki rambu-rambu yang harus dituruti, yakni tidak boleh menjalankan defisit anggaran pemerintah melampaui 3 persen dari total produk domestik bruto. Gubernur Bank Sentral Eropa Jean- Claude Trichet mengingatkan semua pemerintah untuk menghargai peraturan UE tentang peraturan anggaran yang dianggap aman. (Kompas, 20/12/08)

Artikel Terkait:

3 comments

  1. Ya Gitu dech kalo pake ekonomi kapitalis, jangankan sejahtera?? Bikin makmur juga engga’!!!

  2. Si Pahit Lidah

    AYO DENGUNGKAN SISTEM EKONOMI ISLAM!!!
    KEMBALI KEPADA DINAR DAN DIRHAM!!!
    KEMBALI KEPADA PANGKUAN ISLAM!!!
    KEMBALI KEPADA DAULAH KHILAFAH ISLAM!!!
    MENUJU RIDHA ALLAH SWT!!!

    ALLAHU AKBAR!!!
    ALLAHU AKBAR!!!
    ALLAHU AKBAR!!!

  3. Menanam ekonomi Kapitalisme, Menuai Kesengsaraan en Kehinaan. Udah saatnya aturan bikinan manusia yang selama ini ngendon dan ga punya penyelesaian, diganti ama aturan Islam yang mengupas tuntas berbagai hal. Ingat lho hanya Islam. Yang lain? lewat!.
    ALLAHU AKBAR…!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*