HTI-Press. Puluhan muslimah HTI Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten mengikuti training menulis artikel (gagasan), berita, serta surat pembaca di media. Kegiatan yang digelar Ahad, 01/02/09, di sebuah TPA Desa Ranjeng, Ciruas itu menghadirkan pengurus HTI Banten Ali Mustofa dan mantan Redaktur Pelaksana (Redpel) Harian Banten Raya Post Dadan A Hudaya. Selama 4 jam lebih, peserta disuguhi tata cara menulis dan mengungkap ide-ide yang diadopsi HTI dalam bahasa jurnalistik. Harapannya, semakin banyak penulis prosyariah yang bisa menembus media dan bisa dipublikasikan dengan baik.
Dadan mengatakan, menjadi penulis yang baik maka dia pun harus menjadi pembaca, pendengar, pengamat yang baik atas fakta yang ada. Sehingga, apa yang dituliskan tidak “mengawang-ngawang” namun realitas yang bisa dipahami secara mudah oleh pembaca.
“Menulis tidak terlalu berbeda dengan berkata-kata. Hanya saja, menulis memiliki tata cara yang baku,” ujar Dadan.
Dadan yang mengaku telah menjadi wartawan selama 5 tahun itu mengungkap bahwa visi media akan terkait erat dengan gagasan atau berita yang diterbitkan. Juga terkait dengan “jiwa” redaktur media itu sendiri.
“Kadang kala, jika medianya mengemban visi sekuler tapi redakturnya Islami, biasanya apa yang dimuat sesuai kehendak redaktur itu. Karena itu, para pengemban dakwah juga harus menjalin hubungan baik dengan insan pers. Baik wartawannya atau redakturnya. Jika perlu pimpinan redaksinya harus dekat,” ucapnya.
Soal menulis, dikatakan Dadan, kita bisa berlatih dengan membandingkan tulisan jurnalistik yang ada. Berita di media, baik koran maupuan majalah, bisa kita tiru untuk mereportasekan kegiatan yang dilakukan. “Dan yang terpenting harus ada unsur 5W dan H yaitu what, why, where, when, who dan how”.
Sementara itu, Ali Mustofa yang beberapa kali menjadi kolumnis di harian lokal menegaskan bahwa pengemban dakwah selain pandai berbicara juga harus pandai menulis. Menulis kemudian terpublikasi di media adalah sebuah cara efektif untuk menebarkan gagasan yang diadopsi HTI.
“Opini merupakan pengubah masyarakat yang cukup efektif. Karena itu, menyampaikan opini sesering mungkin lewat media adalah jalan dakwah yang harus dimaksimalkan. Barat sangat intens memanfaatkan media untuk beropini. Karena itu, kita juga bisa lawan dengan media lagi,” ujarnya.
Kendala seseorang dalam membuat tulisan, sebut Ali, yang paling utama adalah malas. “Namun saya yakin para syabab bukanlah orang yang pemalas,” ujarnya. Acara diakhiri dengan sebelumnya dilakukan simulasi menulis. (DPD HTI Banten)