Abu Ghraib Dibuka Kembali: Sekitar 10 Ribu Orang Akan Ditahan di Penjara Ini

BAGHDAD — Pemerintah Irak secara resmi kembali membuka penjara Abu Ghraib, Sabtu (21/2). Penjara yang selama ini dikenal sebagai tempat penyiksaan para tahanan oleh tentara Amerika Serikat (AS), kini namanya juga berubah menjadi Baghdad Central Prison.

”Penjara ini secara resmi dibuka dan kami telah menampung tahanan. Ratusan tahanan berada di penjara ini,” kata Dirjen Baghdad Central Prison, Alsharif al-Murtadha Abdul al-Mutalib kepada para wartawan dalam acara pembukaan Baghdad Central Prison, di sebelah barat Baghdad.

Sebelumnya, penjara ini ditutup pertengahan 2006. Pembukaan kembali penjara ini juga diiringi upaya mengubah citra buruk yang melekat. Pernjara ini sempat mengundang kontroversi ketika foto penyiksaan tahanan oleh tentara AS lolos ke publik. Salah satunya pose para tahanan untuk bertelanjang dan membentuk piramida manusia.

Upaya menghapus citra buruk itu dilakukan dengan membangun sejumlah fasilitas baru bagi para tahanan. Ada fasilitas medis dan gigi, ruang komputer chatroom, lapangan olah raga, tempat tukang cukur, dan ruangan bagi keluarga tahanan saat berkunjung yang dilengkapi taman bermain bagi anak-anak serta air mancur.

Para tahanan juga akan bisa menyeterika pakaian sendiri di ruang setrika kecil. Dinding-dinding bangunan penjara juga dicat kembali hingga bau menyengat cat itu masih dapat dirasakan. Sebagian dari fasilitas tersebut masih dalam pembangunan.

Shareef al-Raddi yang ditunjuk menjadi direktur Baghdad Central Prison, mengatakan akan menampung sebanyak 10 ribu tahanan. Sebelumnya penjara ini menampung 30 ribu tahanan.

”Kami menampung 400 tahanan mereka adalah warga Arab dan warga asing. Sekarang, Abu Ghraib adalah tempat rehabilitasi,” katanya seperti dikutip harian Inggris, the Guardian.

Raddi mengungkapkan, sejumlah ruang tetap dipertahankan. Antara lain ruang tempat tahanan yang divonis hukuman mati dan eksekusi pada pemerintahan Presiden Saddam Hussein. Ini untuk mengenang kebrutalan Presiden Saddam Hussein. Sementara tak ada upaya dokumentasi atas perlakuan kejam tentara AS.

”Di bawah rezim Saddam Hussein, penjara ini mewakili tindakan kekerasan, penghinaan, dan penyiksaan terhadap rakyat Irak,” ujar Raddi.

Bulan ini, penjara tersebut akan semakin bertambah penghuninya. Para tahanan yang ditahan di dua pusat penahanan AS, yaitu Kamp Cropper dan Kamp Bucca akan dipindahkan ke penjara tersebut. Raddi mengatakan sebagian dari penjara Abu Ghraib ini dibuka kembali pada November lalu dan menampung sebanyak 400 tahanan. Dalam waktu dekat hampir 10 ribu tahanan akan ditampung di sana.

Berdasarkan kesepakatan keamanan antara Irak dan AS akhir tahun lalu, pasukan AS harus ditarik dari Irak hingga akhir 2011. AS juga harus menyerahkan seluruh tahanan yang ditahan di pusat tahanan mereka kepada pemerintah Irak. Di Kamp Bucca, AS menahan sebanyak 8.000 tahanan sedangkan di Kamp Cropper sebanyak 3.200 tahanan. Melalui kesepakatan itu, AS tak akan melakukan penahanan tanpa adanya perintah penahanan yang dikeluarkan pengadilan Irak.

”Kami mengakhiri operasi penahanan pada akhir 2009. Semua tahanan akan dipindahkan ke penjara Irak,” kata Brigjen David Quantock, penanggung jawab program penahanan AS.

”Saya yakin penegakan hukum akan berjalan. Kami akan mengirim mereka yang memang benar-benar terlibat dalam kelompok teroris ke Abu Ghraib. Kami tak bisa membebaskan mereka,” katanya. (Republika, 23/02/09)

2 comments

  1. Para penguasa Irak rupanya belum puas menyiksa rakyatnya sendiri. Perbaikan fasilitas penjara tidak akan pernah bisa membuat sosok mereka lebih baik.

  2. Penegakan hukum tidak akan pernah bisa berjalan selama mereka menerapkan standar ganda terhadap pelaku terorisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*