HTI-Press. Diktator Aljazair, Presiden Abdul Aziz Boutefilika mencalonkan dirinya kembali untuk menjadi presiden yang ketiga kalianya, setelah sebelumnya ia memerintahkan para koleganya yang ada di struktur khusus negara agar mengamandemen perundang-undangan yang membolehkannya untuk menjabat presiden yang ketiga kalinya, sebab hal itu bertentangan dengan UUD Aljazair yang lama.
Partai Oposisi, Front Kekuatan Sosialis mengungkapkan tentang kegagalan harapan dan cita-cita rakyat Aljazair atas situasi politik yang digambarkannya sebagai sebuah kegelapan, bahwa pemilihan presiden yang pelaksanaanya ditetapkan pada bulan April mendatang akan menjadi ajang untuk tetap mempertahankan kepentingan sang presiden.
Sebuah statemen yang disebarkan oleh partai tersebut menyebutkan: “Sesungguhnya mayoritas rakyat Aljazair bersikap apatis (masa bodoh) terhadap pemilihan presiden”. Sehingga seksi urusan dalam negeri yang dengan gencar mendorong masyarakat agar berpartisipasi dalam pemilihan presiden itu menyebutnya “Sebagai para milisi (kelompok perlawanan) model baru”.
Dalam Statemen itu dikatakan, “Sejak lima dekade yang lalu, di Aljazair pemilu telah diadakan di tengah-tengah rakyat yang sangat yakin bahwa pemilihan ada dalam bayang-bayang sistem politik yang dipaksakan pada mereka sejak kemerdekaan, sehingga pemilihan demi pemilihan tidak menghasilkan apa-apa selain mengulang krisis, serta melanggengkan sistem yang lama”.
Dalam statemen itu juga dikatakan, “Sesungguhnya diam terhadap sistuasi seperti ini adalah pengkhianatan, dan mempertahankannya berarti bunuh diri”. Statemen ini ditujukan pada sebuah pernyataan bahwa “Tidak melakukan aktivitas politik (bersikap apaptis terhadap pemilihan presiden) adalah seburuk-buruk sikap politik”. (mb/nl/hti)
Ini tipe pemimpin yang ngotot padahal rakyat sudah tidak percaya. Kok saya jadi inget ya di sebuah negeri dengan populasi Muslim terbesar dunia keadaan seperti ini juga gak beda jauh keadaannya….