HTI-Press. Presiden Suriah, Bashar al-Assad kemarin menegaskan bahwa terealisasikannya perdamaian adalah kunci stabilitas di wilayah Timur Tengah.
Pernyataan itu keluar di sela-sela pertemuan al-Assad dengan dua delegasi dari Kongres Amerika yang dipimpin oleh anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika, Senator Benjamin L. Cardin.
Dikatakan bahwa pertemuan al-Assad dengan delegasi Kongres Amerika fokus pada hubungan dua negara, yaitu Suriah dan AS. Dan juga pentingnya terus mengembangkannya melalui dialog-dialog secara serius dan positif, yang dilakukan atas dasar saling menghormati dan kepentingan bersama untuk membuat solusi-solusi yang adil terhadap problem-problem yang ada di kawasan Timur Tengah.
Dikemukakan bahwa dalam pertemuan itu dibicarakan juga tentang situasi terkini di kawasan Timur Tengah, dan apa yang mungkin dilakukan untuk konsolidasi solusi perdamaian di Timur Tengah, di samping pemberantasan teroris.
Delegasi kongres menekankan pentingnya terus melakukan dialog antara Damaskus dengan Washington khususnya dengan akses pemerintahan Amerika yang baru, yang ingin berbuat untuk kebaikan dunia dengan politik barunya.
Pertemuan itu dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Muallim, penasehat politik dan sekaligus jubir kepresidenan, Batsinah Sya’ban, dan Dubes Suriah di AS, Ammad Mustafa.
Delegasi kongres Amerika telah sampai di Damaskus kemarin dalam kunjungan kedua bagi delegasi kongres selama bulan ini. Kunjungan-kunjungan itu untuk diskusi-diskusi tentang hubungan Suriah dengan Amerika, dan situasi kawasan Timur Tengah.
Tidak lama sebelum kedatangan kunjungan delegasi Amerika, ada kunjungan yang dilakukan oleh anggota Senat dan calon presiden sebelumnya, John Kerry ke Damaskus dalam safarinya di kawasan Timur Tengah.
Kembalinya Duta Besar
Presiden Suriah, dalam wawancara dengan harian The Guardian Inggris meminta AS mengirim Dubesnya yang baru ke Damaskus. Dia berkata bahwa dia bercita-cita membangun hubungan-hubungan baru dengan AS. Hal itu dijelaskan melalui kunjungan yang dilakukan oleh Panglima Angkatan Bersenjata Amerika, Jenderal David Petraeus ke Damaskus untuk mendiskusikan beberapa topik dan yang penting kerjasama seputar Irak.
A-Assad berkata “Bahwa dia bercita-cita membangun hubungan baru dengan As setelah kedatangan Presiden George Bush, dan setelah melihat Washington menjalankan peran penengah sendirian untuk proses perdamaian di Timur Tengah”. Dia mengeaskan “Bahwa dalam hal (proses perdamaian) ini AS tidak ada duanya”.
Dia menambahkan “Bahwa keberadaan Dubes penting. Hal yang penting juga adalah pengiriman delegasi diplomasi. Sebagaimana sejumlah anggota Kongres Amerika yang datang berkunjung ke Suriah mencerminkan sinyal yang baik bahwa pemerintahan (AS) ini ingin melihat dialog dengan Suriah. Apa yang kami dengar dari Obama dan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, dan yang lainnya sangat positif. Namun kami masih menunggu isyarat-isyarat, dan di sana tidak ada sesuatu apapun yang sesungguhnya hingga sekarang”.
Dia menegaskan bahwa Amerika tidak dapat membodohi Suriah. “Sebab, Suriah pemain di kawasan Timur Tengah. Sehingga apabila ingin membicarakan perdamaian, maka jangan bermimpi akan mampu membuat kemajuan tanpa keterlibatan Suriah”.
Melonggarkan Genggaman
Al-Assad mengungkapkan tentang keyakinannya bahwa ajakan Obama kepada beberapa negara agar melonggarkan genggamannya (mau terbuka), “Yang dimaksud dibalik itu adalah Iran. Sebab kami belum pernah sama sekali menggunakan genggaman kami. Bahkan kami terus menerus berbicara tentang perdamaian, hingga terhadap seragang Israel ke Gaza sekalipun”.
AS dan Eropa menyerukan “Agar berhubungan dengan Iran, dan tidak menggantungkan nasibnya dengan cita-cita palsu untuk mengadakan perubahan setelah pemilihan presiden di sana, yang ditetapkan pada musim panas tahun ini”.
Optimisme al-Assad tampak tentang kemungkinan sampai pada perdamaian secara permanen dengan pemerintahan Israel dan harapan bersekutu dengan kelompok kanan moderat, maka dia menegaskan “Bahwa taruhan atas pemerintahan Israel yang baru dianggap hilang untuk beberapa waktu”.
Al-Assad mengingatkan bahwa serangan Israel terakhir ke wilayah Gaza, “Bahwa hal itu menambah kesulitan bagi pembicaraan-pembicaraan damai dengan Suriah dan menjadikannya lebih sulit lagi”. Namun dia mengungkapkan tentang kepercayaan dirinya “Bahwa akan diulang dan mengajak kembali kedua belah pihak untuk berdialog”.
Dia berkata “Bahwa Bush gagal dalam setiap hal”. Dan pemerintahannya “Telah mengerahkan semua usahanya untuk mengubah sistem di Suriah, namun usahanya itu gagal. Sebab, saya bukan darah Amerika, dan saya telah membangun hubungan baik dengan rakyat saya. Dan kami tidak mengizinkan pihak manapun memanfaatkan masalah-masalah dalam negeri sebagai pintu untuk memperbaiki hubungan”. Dia menambahkan “Orang-orang Eropa dan Amerika mendukung pendudukan Irak. Oleh karena itu, ketika mereka berbicira tentang nilai-nilai dan moral, maka tidak ada yang mendengarnya”.
Seputar hubungannya dengan Libanon. Al-Assad menegaskan “Bahwa dia akan mengirim Dubesnya ke sana. Hal itu dilakukan bukan karena Inggris, Perancis, dan AS yang menginginkan semua itu. Ini murni cermin masalah kedaulatan. Kami tidak melakukan itu karena Eropa atau pihak manapun”.
Dan dia menegaskan bahwa permintaan apapun untuk menyerahkan orang-orang Suriah yang diajukan oleh Pengadilan Internasional seputar pembunuhan Presiden Rafiq Hariri yang pelaksanaannya akan dilangsungkan pada bulan Maret mendatang “Itu butuh pada persetujuan Suriah”. Dia berkata bahwa “Dia tidak tertarik dengan pengadilan itu”.
Komentar.
Penguasa Suriah, sebagaimana yang diulang-ulang dan terus diulang-ulang menginginkan “Agar Amerika menjalankan peran sebagai penengah sendirian dalam proses perdamaian di Timur Tengah”. Bahkan dia mengeaskan bahwa “Dalam hal (melakukan proses perdamaian) ini AS tidak ada duanya”.
Dan kami tidak tahu jika masih ada seseorang yang menyakini mitos untuk penyelesaian konflik negara-negara “oposisi”?! (al-aqsa.org, 21/02/09)