Reportase: Pawai Remaja Rindu Khilafah di Yogyakarta

HTI-Press. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat besar dengan jumlah penduduk sebanyak 234.693.997 jiwa di tahun 2008, 62 juta jiwa (27%) diantaranya adalah remaja. Remaja adalah aset bangsa. Dipundak merekalah masa depan bangsa ini nantinya. Namun kondisi remaja saat ini sungguh memprihatinkan, bahkan mereka kehilangan masa depannya. Orientasi hidup remaja sudah sangat menyimpang dari yang semestinya, yakni menjadi penerus estafet kepemimpinan bangsa ini. 

 

Fakta menunjukkan tidak sedikit remaja yang terpengaruh gaya hidup (lifestyle) liberal dan hedonis, menjauhkan dan mengeluarkan remaja dari gaya hidup (lifestyle) yang beradab, yaitu gaya hidup hidup (lifestyle) yang bersumber dari hukum-hukum Allah Swt yang menciptakan manusia. Atas nama kebebasan, banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas, silau dengan kehidupan gemerlap demokrasi (liberalisme). Fakta di Indonesia, 75% dari pecandu narkoba berasal dari remaja berusia 15-25 tahun, 30% pekerja seks berusia 18 tahun, bahkan yang sangat tragis adalah 100 remaja aborsi setiap hari-nya dengan 36.000 janin dibunuh akibat dari pergaulan bebas (freesex).  

 

Kemasan indahnya kehidupan ‘serba boleh’ masih memukau para remaja, sehingga seakan-akan sulit remaja keluar dari perangkap gaya hidup bebas (liberalisme). Liberalisme adalah pemikiran turunan dari sistem Demokrasi-Kapitalisme.

 

Premanisme remaja juga terlihat makin menggeliat. Aksi tawuran antar pelajar sering terjadi, bahkan premanisme pelajar merembet ke dalam urusan gank seperti yang dilakukan anggota Gank cewek ‘Naro’ di Pati Jawa Tengah. Atau aksi kekerasan antara senior terhadap junior di SMAN 70 Bulungan, Jakarta.

 

Memang banyak remaja yang tidak menggunakan narkoba, isap nikotin atau terjun ke dunia seks bebas. Sayangnya mereka lebih memilih kegiatan perlombaan untuk meraih popularitas lewat jalan pintas dalam audisi pencarian bakat. Atau mengisi waktu luang dengan nongkrong di pinggir jalan, hangout ke arena dugem, atau ngetem di playstation. Sangat berbeda dengan gaya dunia (lifestyle) remaja dalam tatanan hidup yang Islami. Seorang pemikir dari Beirut, Musthafa Al Ghalayaini mengungkapkan bahwa “Adalah terletak di tangan para pemuda (remaja) kepentingan umat ini, dan terletak di tangan pemuda juga kehidupan umat ini.”

 

Bisa dibayangkan bahwa kelak di masa depan kalau kader-kader pemimpin saat ini yang lebih banyak memilih tatanan kehidupan hedonisme, liberalisme, berfikir bagaimana dirinya mengejar kesenangan dunia akan dapat memimpin bangsa ini menuju manusia yang mulia sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dari Sang Pencipta, Allah SWT?

 

Oleh karena itu Muslimah Hizbut Tahrir DPD I HTI DIY menyelenggarakan Pawai Remaja Rindu Khilafah tanggal 22 Februari 2009. Pukul 08.30-11.30. Dari Masjid Syuhada sampai DPRD DIY. Diikuti oleh kurang lebih 160 remaja putri se-DIY. Di samping Pawai juga ada orasi yang disampaikan oleh perwakilan remaja dari Muslimah Hizbut Tahrir DIY. Puisi, teatrikal dan tausiyah serta pembacaan Surat Pernyataan Jubir Muslimah HTI oleh Ketua Muslimah HTI DPD I HTI DIY, Agustina Purlina, S.T.  Walaupun disertai guyuran hujan, akan tetapi para remaja tetap semangat menyuarakan kerinduan mereka akan Khilafah.

 

Orasi pertama yang disampaikan oleh Febri menjelaskan, potret buram remaja saat ini yang banyak memilih kesenangan dunia, hura-hura, tak peduli masa depan umat. Orasi kedua disampaikan oleh Dita, memaparkan bagaimana potret remaja saat di bawah naungan Khilafah. Menurutnya, diuraikan bahwa pada tahun 92H/711 M pasukan muslim dipimpin oleh panglima muda berusia 25 tahun menyeberangi selat Gibraltar (Jabal Thariq) agar sampai di Spanyol. Atas pertolongan Allah Swt pasukan raja Rhoderick (Spanyol) yang berkekuatan 100.000 pasukan tumbang di tangan pasukan muslim yang hanya berjumlah 7000 dan 5000 pasukan tambahan. Panglima muda itu adalah Thariq bin Ziyad yang membuka penyebaran Islam di negeri matador Spanyol. Thariq bin Ziyad hanya satu dari pemuda-pemuda pilihan yang memiliki kontribusi penyebaran Islam, pemuda-pemuda lainnya diantaranya Ali bin Abi Thalib (8 th), Thalhah bin Ubaidillah (11 th), al-Arqam bin Abil Arqam (12 th), Abdullah bin Mas’ud (14 th), atau Sa’ad bin Abi Waqash (17 th). Sudah seharusnya remaja muslim saat ini memikirkan masa depan ke arah yang lebih baik seperti remaja-remaja di masa hukum-hukum Allah Swt masih ditegakkan di dalam seluruh tatanan kehidupan manusia dibawah naungan Khilafah.

 

Sementara itu, orasi ketiga disampaikan oleh Fitri yang menegaskan kembali tentang saatnya remaja peduli masa depan, bukan hanya bisa hura-hura. Remaja bisa berkarya nyata bagi bangsa, negara dan agama.

 

”Jika kita bersungguh-sungguh untuk keluar dari tatanan kehidupan demokrasi-kapitalisme ini, memiliki kemauan yang kuat serta kebulatan tekad, maka remaja akan memiliki masa depan. Untuk itu hal pertama yang harus kita perbuat adalah menuntut ilmu, belajar Islam, menambah wawasan Islam, tahu kondisi umat Islam dan makin mengenal kemuliaan aturan hidup Islam. Informasi ini akan dapat menghantarkan kita kepada pemahaman bahwa umat Islam sedang terjajah termasuk dunia remaja dibelenggu oleh demokrasi-kapitalisme dan pemikiran-pemikiran turunannya seperti liberalisme-hedonisme, hak asasi manusia, dll. Sehingga kita meninggalkan tatanan hidup yang rusak tersebut dan mengambil kehidupan mulia yang diatur dengan hukum-hukum Allah SWT. Selanjutnya kita harus berani untuk menjadi martir revolusi yang membakar semangat umat untuk mengembalikan kejayaan Islam dan kaum muslimin. Disitulah peran remaja menjadi martir revolusi.”

 

 

Hizbut Tahrir menyerukan untuk selamatkan remaja dengan hukum-hukum Allah Swt dan Khilafah sebagai solusi yang fundamental bagi remaja agar keluar dari jeratan gaya hidup liberal, hedonisme yang berasal dari sistem demokrasi-kapitalis. Saatnya Islam menjawab persoalan remaja dan mengantarkan remaja memiliki masa depan, generasi kuat, tangguh dan terdepan dalam naungan Khilafah Islamiyyah.

 

Imam Asy-Syafii mengatakan: “Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).” Maka, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) mengajak remaja (khusunya perempuan) Indonesia sebagai salah satu pilar kekuatan SDM bangsa untuk meninggalkan gaya hidup (lifestyle) yang berasal dari Barat dan mengambil Ideologi Islam mengatur seluruh aspek kehidupannya. Dengan ini menawarkan agenda yang perlu kita kerjakan bersama untuk selamatkan remaja dengan syariah dan Khilafah.

 

Rangkaian agenda pemberdayaan politik remaja :

  1. Training remaja Be The Real Moslem, “Ubah Dunia dengan Tanganmu”, yang menghadirkan peserta dari SMP, SMA se-kabupaten Bantul
  2. Kajian Politik Tematik. Yang dihadiri oleh remaja se-kota Jogjakarta
  3. Training Remaja se-kabupaten Sleman, dengan tema : “Menjadi Pribadi Muslimah yang Tangguh”.
  4. Forum Silaturahmi Remaja se-DIY, yang menghadirkan remaja se-DIY. Dengan tema “Valentine Day dalam Pandangan Islam”.

Yogyakarta, 22 Februari 2009,

LI Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I HTI DIY

6 comments

  1. Nice movement !

  2. Ayo terus memberi pencerahan kepada masyarakat, dan jangan banyak menyalahkan orang lain. Berikanlah lebih banyak alternatif solusi yang bisa dicerna dengan baik oleh rakyat indonesia, juga memberikan teladan yang menarik hati untuk mengikutinya

  3. nah gitu dong seharusnya remaja islam yang ideologis….
    lanjutkan lagi perjuangannya….
    ALLAHUAKBAR…….
    buat masyarakat melek dengan remaja bertitelkan “islam” itu SMART, INOVATIF dan PEDULI.. ,MABDA’I LAGI,

  4. Bangkitlah Negeriku Harapan Itu Masih ada…

  5. Berjuanglah bangsaku jalan itu masih terbentang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*