Kontes waria yang digelar di Kota Pagaralam, Sabtu, 21 Maret 2009, sekitar pukul 19.00 WIB oleh salah satu calon anggota legislatif yang juga pimpinan DPRD setempat dipusatkan di Gedung Balai Kota Nendagung itu, menuai protes tokoh masyarakat setempat.
Reaksi keras atas penyelenggaraan kontes waria itu, dilontarkan Deni Priansyah SAg, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pagaralam, dan H Demyati Rais, tokoh masyarakat setempat, yang disampaikan kepada wartawan, di Pagaralam, Minggu, 22 Maret 2009.
Menurut keduanya, kontes waria yang diadakan salah seorang caleg itu dapat menimbulkan kontroversi, dan dinilai dapat mencerminkan citra yang kurang baik terhadap masyarakat Kota Pagaralam itu. MUI Pagaralam menilai, kontes waria tidak sesuai dengan visi dan misi Kota Pagaralam sebagai kota agrobisnis dan pariwisata yang bernuasa Islami.
“Masyarakat Kota Pagaralam cukup menjunjung tinggi nilai etika, dan religius, sehingga dengan adanya kotes waria ini justru seakan terjadi penyimpangan,” kata Deni Priansyah pula.
Deni menyatakan, sangat menyayangkan kegiatan yang mengandung kontroversi itu justru dilakukan seseorang yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat Kota Pagaralam.
“Kegiatan ini justru akan menimbulkan citra yang kurang baik, apalagi dilakukan pejabat, mengingat cukup banyak acara yang bisa dilakukan dengan tidak menciderai Pagaralam yang bernuansa Islami,” kata dia lagi.
Tak Sesuai dengan Nilai Islami
Ia berpendapat, alangkah baiknya jika mengadakan acara dan kegiatan disesuikan dengan visi dan misi nuasa Islami, seperti kontes busana muslim, bukan kontes waria dengan gaun malam.
“Apalagi ajaran agama juga melarang keras laki-laki menyerupai perempuan, dan perempuan menyerupai laki-laki. Apalagi hal ini dipertontonkan dengan masyarakat banyak,” ujar dia.
Dia menilai, kontes waria dari nilai estitika juga sudah kurang baik, apalagi kebanyakan yang menonton adalah kawula muda.
MUI mengimbau kepada masyarakat Kota Pagaralam, khususnya para caleg dapat melakukan kegiatan yang memberikan contoh yang baik kepada masyarak, khususnya anak-anak muda, ujar Deni lagi.
Senada disampaikan H Dimyati Rais, tokoh masyarakat Pagaralam bahwa kontes waria memang kurang pantas jika diadakan di Kota Pagaralam yang bernuansa Islami.
“Sangat disayangkan dengan adanya kontes yang kontradiksi dengan nuasa Islami di sini,” ujar dia.
Dia menilai, kontes waria itu akan berdampak kurang baik bagi kondisi lingkungan masyarakat di daerah itu.
Ia menyayangkan pula, kontes waria ini juga dibalut dengan nuansa kampanye untuk mencari dukungan yang dilakukan salah seorang caleg di daerah itu.
“Masyarakat berhak memberikan masukan dan kritikan jika yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan, mengingat semua ini dilakukan demi kebaikan bersam,” kata dia lagi.
Caleg bersangkutan, ketika dikonfirmasi mengatakan, kontes waria ini sifatnya hanya pribadi dan tidak ada hubungan dengan yang lain, termasuk dirinya yang menjadi caleg DPRD Sumatra Selatan itu.
“Kontes busana waria ini tujuannya untuk menampung aspirasi mereka yang selama ini terkesan kurang mendapatkan perhatian. Kelompok waria sering mengeluh kepada saya, kalau mereka merasa kurang dipedulian atau terkesan disihkan,” kata dia lagi. (antara news)
tidak ada kompromi utk perkara yg prinsip(sdh jelas hukum scra syariah islam). ktkan yg haq adlh haq dan yg bathil adlh bathil.. trus brjuang utk beramar ma’ruf nahi munkar dan mngembalikan izzah umat islam serta tegaknya syariah islam d muka bumi.. ALLAHUAKBAR..!!