Mengungkap Serangan Amerika ke Sudan dengan Sasaran Konvoi Senjata

HTI-Press. Beberapa laporan media massa yang dipublikasikan pada Selasa (24\3) mengungkapkan tentang pesawat tempur Amerika yang melanggar kedaulatan Sudan, serta melakukan serangan udara dengan sasaran sebuah konvoi truk. Dikatakan bahwa truk-truk tersebut berisi senjata dan berjalan menuju perbatasan Mesir-Palestina untuk memasukkan senjata-senjata itu melalui terowongan di Jalur Gaza.

Beberapa laporan juga menambahkan bahwa konvoi tersebut terdiri dari 17 kendaraan dan 39 orang penumpang. Bom yang sangat besar dilekdakan hingga mobil-mobil itu semuanya hangus terbakar, bahkan tidak satupun dari penumpangnya yang selamat, karena kuatnya ledakan. Dari roket-roket yang ditembakkan itu meninggalkan 18 lubang dengan diameter berkisar antara 160 dan 430 meter.

Insiden yang menggemparkan itu terjadi pada akhir bulan Januari yang lalu, di daerah gurun di barat laut kota Port Sudan, dekat gunung Alcanon. Namun, pemerintahan Khartoum menyimpan insiden tersebut, sebab mereka belum mampu mengidentifikasi dari mana pesawat-pesawat Amerika muncul, serta operasi pengeboman yang terjadi di dalam batas-batas wilayahnya. Bahkan insiden itu telah menyebabkan adanya kuburan yang besar.

Insiden ini dianggap sebagai operasi besar pertama terkait usaha penggagalan terhadap aktivitas penyelundupkan senjata yang diduga untuk gerakan Hamas di Jalur Gaza. Hal ini juga dilakukan sebagai pelaksanaan atas resolusi Dewan Keamanan terkait gencatan senjata di Gaza, larangan perdagangan dan ekspor senjata ke Gaza, dan pelaksanaan atas kesepakatan keamanan yang telah ditandatangani antara pemerintah Amerika dan Israel.

Hal itu juga merupakan kesepakatan yang mengharuskan AS bekerjasama dengan NATO dan pelaku lainnya untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza, yang biasanya masuk melalui jalur wilayah Timur Afrika, Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Tengah. Di samping memerlukan kerjasama intelijen untuk mengidentifikasi asal senjata, khususnya dari Sudan dan Iran.

Surat kabar Mesir asy-Syuruq mengutip dari beberapa sumber yang menelitinya bahwa pesawat-pesawat tempur Amerika melakukan aktivitas di beberapa negara di wilayah ini. Dan yang pasti bahwa pesawat-pesawat tempur itu muncul (datang) dari Eritrea atau Jibouti.

Beberapa sumber mengatakan bahwa telah ada kontak tingkat tinggi antara Kairo dan Khartoum, yang terkait dengan persoalan ini. Dimana pemerintahan Sudan masih mengumpulkan data-data rinciannya, serta masih mempelajari mekanisme berinteraksi dengannya. Sebab, meski dalam persoalan ini mereka berusaha untuk mengontrol dan mengawasi jaringan penyelundupan senjata, tetapi serangan bom tersebut adalah bentuk permusuhan Amerika pada wilayahnya.

Dia menambahkan bahwa pangkalan militer Amerika yang berada di Jibouti (Camp Imonner) memainkan peran penting dalam memerangi apa yang disebut dengan perang melawan terorisme, serta dalam mendukung dan menopang aktivitas-aktivitasnya yang lain.

Di pangkalan militer itu terdapat 1.800 pasukan AS, dan ratusan komponen kekuatan khusus, dimana daerah operasinya difokuskan pada tujuh negara yang oleh kepemimpinan militer Amerika dikatagorikan sebagai tempat transit elemen teroris. Negara-negara tersebut adalah: Yaman, Somalia, Kenya, Sudan, Ethiopia, Eritrea, dan Jibouti.

Sebagai bagian dari kekuatan ini, terdapat satu unit yaitu CTF-150. Dalam unit ini turut bergabung dengan militer Amerika negara-negara seperti Perancis, Spanyol, Jerman, dan Inggris. Unit ini dilengkapi dengan kapal-kapal perang, serta mereka melakukan patroli bersama di Laut Merah, Horn di Afrika, Teluk Aden, dan Samudra Hindia.

Pihak yang berwenang di Sudan telah menyediakan file yang komprehensif tentang persoalan ini. File itu berisi kronologis peristiwa dan rincian serangan yang lain, yang mengambarkan adanya sejumlah gudang mesiu yang dibakar dan yang tidak, pasukan penembak C 4, dan pasukan penembak Kalashnikov. Termasuk sejumlah ponsel, yang dijadikan sebagai alat komunikasi antara elemen-elemen suku Arab di Sudan Utara, yang melakukan penyelundupan dengan rekan-rekannya di Sinai, yang merupakan penerimaan dan pengiriman senjata ke Jalur Gaza.

Beberapa media massa melaporkan bahwa sebelumnya telah diadakan pertemuan rahasia di kantor kementerian luar negeri Inggris. Pertemuan itu dihadiri oleh wakil-wakil dari Amerika, 8 negara Eropa, dan anggota NATO. Para peserta pertemuan itu sepakat untuk bekerjasama dalam usahanya memerangi penyelundupan senjata ke Gaza.

Para pejabat di kementerian luar negeri Inggris tidak mengungkapkan tentang mekanisme yang akan diterapkan oleh negara-negara yang telah bersepakat untuk memerangi penyelundupan senjata, tetapi mereka menyatakan bahwa negara-negara tersebut menekankan untuk tidak menggunakan kekerasan dalam melacak pengiriman senjata atau ekspor senjata. Perjanjian dan tindakan yang mereka sepakati tidak ditujukan kepada negara-negara Arab. Sehingga operasi yang akhir-akhir ini terjadi di barat laut kota Port Sudan bukan hal yang disepakati.

Salah satu kesepakatan yang telah diambil dalam pertemuan rahasia itu adalah keharusan mematuhi hukum internasional, dan membolehkan pihak berwenang di negara-negara yang mendukung upaya mencegah penyelundupan senjata untuk melakukan hal-hal termasuk penyelidikan, pemeriksaan, penangkapan, dan penyitaan senjata.

Dikatakan bahwa negara-negara yang telah menandatangani perjanjian dalam pertemuan dengan kementerian luar negeri Inggris pada awal Maret ini adalah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, Denmark, Jerman, Italia, Belanda, dan Norwegia.

Komentar:

Omar al-Bashir melakukan kunjungan luar negeri yang pertama ke Eritrea setelah keluarnya surat penangkapan terhadap dirinya. Padahal sumber berita mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempur itu muncul (datang) dari Eritrea atau Jibouti.

Eritrea dibentuk oleh Amerika, sehingga jelas sekali bahwa rezim Eritrea adalah antek Amerika. Lalu, al-Bashir melakukan kunjungan pertama ke Eritrea! Kemudian diberitakan bahwa kunjungan keduanya ke rezim Mesir, padahal semua orang tahu hingga orang yang tidak berpendidikan sekalipun bahwa Mesir adalah antek Amerika yang setia.

Perancis—Eropa adalah pihak yang ada dibalik keluarnya surat penangkapan terhadap al-Bashir. Surat itu digunakan sebagai alat melakukan pressure (tekanan) untuk mendapatkan peran yang lebih besar tentang persoalan Darfur yang berbeda dari apa yang diinginkan Amerika.

Al-Bashir adalah antek Amerika. Seorang antek pergi mengunjungi rekannya yang sesama antek untuk melakukan pengkhianatan terhadap yang lain, termasuk terhadap sesama antek terdekat sekalipun demi meraih keuntungan yang lebih besar dengannya.

Inilah realitas sepak terjang para antek, yang diwarnai dengan pengkhianatan, intervensi, konflik internasional yang terbuka, dan saling mengorbankan satu dengan yang lain. Padahal mereka adalah kaum Muslim!! Apakah salah seseorang yang mengingkari kesungguhan serangan itu? Atau seseorang yang membongkar persekongkolan terhadap “pembumihangusan” daerah Sudan ini? Pertanyaannya, sampai kapan kaum Muslim rela dengan keadaan yang penuh dusta ini, serta rela dengan para penguasa antek pengkhianat ini?! (sumber: al-aqsha).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*