HTI-Press. Banyak masyarakat yang berharap akan adanya perubahan ‘nasib’ mereka, terutama perbaikan ekonomi pasca Pemilu 9 April. Dalam penilaian tokoh Jawa Barat Tjetje H. Padmadinata hal itu tak akan terjadi. “Tidak ada perubahan mendasar pasca pemilu nanti”, ujarnya. Menurut Tjetje, hal ini dikarenakan demokrasi masih tetap dijadikan dasar dalam menjalankan roda pemerintahan. Hal tersebut terungkap dalam Foccus Group Discussion (FGD) HTI Jabar dan Lemlit UNPAD (23/03) yang bertajuk “Indonesia Pasca 9 April; Meneropong Peluang dan Tantangan Penerapan Syari’at Islam” di ruang diskusi Lemlit UNPAD, Jl. Cisangkuy, Bandung.
Lebih lanjut Tjetje memprediksi, tidak akan ada perbedaan perolehan suara parpol yang mencolok bila dibandingkan dengan pemilu 2004. Perolehan suara yang besar akan didominasi oleh partai lama, seperti Golkar, PDIP, PD dan PKS serta partai yang memiliki dana besar, seperti Gerindra, ujarnya.
Herman Ibrahim, yang juga hadir sebagai peserta diskusi memberi catatan, bahwa proses peralihan kepemimpinan di negeri ini tidak akan terlepas dari peran dan keinginan negara asing. Siapa capres yang lebih berpihak kepada ‘pasar’ [asing], maka kemungkinan besar dia akan menang. Senada dengan itu, Dr. Bahtiar Moein mengatakan, bahwa sesungguhnya yang menentukan presiden Indonesia bukanlah rakyat Indonesia, melainkan hanya beberapa gelintir orang saja. Dr. Bahtiar menyebutnya sebagai Block Vote, yakni stakeholder yang jumlahnya sedikit, akan tetapi memiliki pengaruh yang besar di negeri ini.
Sementara itu, Ust. M. Ryan, M.Ag., Ketua DPD I HTI Jabar menggambarkan dalam kondisi masyarakat seperti ini, peluang penerapan syari’at Islam terbuka lebar, walaupun bukan tanpa tantangan. Menurut Ust. Ryan, peluang itu terbuka karena beberapa alasan, yakni karena situasi politik yang lebih terbuka, karena adanya berkah terselubung dari krisis multidimensi, mulai tumbuhnya kesadaran akan Islam dan karena kekosongan ideologi di tengah masyarakat.
Selain itu, tantangan penerapan syariat Islam pun tidak kecil, diantaranya karena mulai dilakukannya konsolidasi dan stabilisasi kekuatan Pro Sistem Sekuler, prediksi akan munculnya pemimpin yang anti syariah pasca pemilu 2009, dan pengaruh sekularisasi di tengah masyarakat yang cukup kuat.
Olehkarena itu, Ust. Ryan menyarankan, peluang yang ada harus terus didorong agar menjadi lebih kondusif untuk dakwah dan tantangan harus terus dilemahkan sehingga berubah menjadi peluang. (Kantor Humas HTI Jabar)