Bulgaria Melarang Pemakaian Hijab di Sekolah

HTI-Press. Pemerintahan Bulgaria menyetujui rancangan undang-undang yang melarang pemakaian hijab dan simbol-simbol agama di sekolah. Langkan ini tidak ayal lagi menimbulkan kecemasan yang amat sangat bagi minoritas Muslim di sana.

Hal itu dilakukan dalam rangka rencana yang dimaksudkan sebagai “reformasi” untuk pendidikan dasar dan menengah di negara yang berada di daerah Balkan. Pemerintah menyetujui rancangan undang-undang dan merujuknya ke parlemen untuk ratifikasi.

Jika parlemen meratifikasinya, maka Bulgaria akan menjadi negara Eropa pertama yang melarang pemakaian hijab di sekolah untuk saat ini. Perancis yang menerapkan ideologi sekularisme telah membolehkan pemakaiannya secara mutlak di sekolah-sekolah pemerintah (umum). Undang-undang pada tahun 2004 yang melarang pemakaian hijab (kerudung) dan simbol-simbol yang menonjolkan agama tertentu di sekolah, sekarang tidak lagi. Dan hal itu terjadi setelah dilakukan beberapa perdebatan sengit terkait boleh tidaknya wanita Muslim memakai hijab di dalam kelas.

Setelah Perancis, sejumlah negara Eropa mengikuti langkahnya. Namun Bulgaria sampai saat belum juga mentolerir pemakaian simbol agama di sekolah, meski larangan itu tidak secara tegas dilarang oleh undang-undang.

Keputusan salah
Keputusan Bulgaria yang melarang pemakaian hijab di sekolah-sekolah mendapatkan dikritik keras dari minoritas Muslim. Bahkan, Kantor Umum Mufti Kaum Muslim Bulgaria menilai keputusan itu sebagai sebuah “kesalahan”.
Hussein Hafezov dari Kantor Mufti mengatakan: “Kami menyatakan ketidakpuasan kami pada keputusan ini. Bahkan kami merasa sangat pahit (sakit) dengan hal ini”.

Kantor berita Reuters pada hari Kamis (26/3) mengutip dari Hafezov yang berkata: “Sungguh keputusan ini benar-benar menyerang dan menyakiti hak-hak perempuan sebagai Muslim, sebagaimana hal itu membahayakan terhadap tanggung jawabnya sebagai perempuan”.

Terkait dengan konteks ini, Hafezov memperingatkan bahwa keputusan larangan pemakaian hijab akan mengakibatkan pada meningkatnya arus ketegangan rasisme di tengah-tengah masyarakat Balkan. Hal itu dapat dilihat dengan adanya serangan-serangan (pengrusakan) secara sengaja terhadap masjid dan bangunan-bangunan Islam lainnya. Dan bentuk nyata dari rasisme ini juga adalah larangan perempuan memakai hijab (kerudung) di sekolah.

Sebelumnya, organisasi Amnesty International telah mengecam negara-negara Barat dan Turki, yang menggunakan perundang-undangan (hukum) sekuler yang melarang para perempuan Muslim memakai hijab di beberapa lembaga. Organisasi tersebut meminta negara-negara di dunia menghormati kebebasan perempuan dalam hal menjalankan kewajiban agamanya.

Kaum Muslim Bulgaria mewakili sekitar 12% dari penduduk Bulgaria yang berjumlah 7,6 juta jiwa. Kebanyakan keturunan kaum Muslim di Bulgaria berasal dari Turki, yang merupakan perpanjangan dari Kekaisaran Ottoman, yang sebelumnya mereka hidup berdampingan dengan Kristen dalam hal budaya yang dikenal sebagai “Komshuluk” atau “Hubungan baik hati”.

Padahal sebelumnya, masjid-masjid dan sekolah-sekolah milik kaum Muslim menjadi bagian dari hak-hak yang diakui di Bulgaria ketika partai “Gerakan untuk Hak dan Kebebasan” mewakili komunitas asal Turki yang telah menjadi kekuatan politik yang berpengaruh, dan partai tersebut ikut dalam dua pemerintah yang terakhir. (moheet.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*