Umat Muslim di Kota Hotan, Provinsi Xinjiang, Cina, kembali mendapat perlakuan buruk dari otoritas Partai Komunis Cina (PKC). Kongres Uighurs Dunia, sebuah organisasi perjuangan umat Muslim Uighurs, mengungkapkan, otoritas Cina telah menutup paksa sekolah-sekolah Islam dan menggeledah rumah-rumah penduduk di Kota Hotan pada malam hari.
Penduduk Hotan umumnya adalah etnis Uighurs yang beragama Islam. Masyarakat Muslim yang tinggal di wilayah Jalan Sutera itu selama bertahun-tahun berada dalam tekanan dan intimidasi otoritas PKC. Selain dilarang melaksanakan aktivitas keagamaan, Muslim di wilayah itu juga kerap dituduh dan dicurigai sebagai teroris.
Menurut Juru Bicara Kongres Uighurs Dunia, Dilxat Raxit, pasukan tentara dan polisi Cina telah menciptakan ketakutan. Menurut Raxit, pada malam hari, aparat menggeledah rumah-rumah. Selain itu, papar dia, tak kurang dari tujuh sekolah agama ditutup secara paksa. ”Sejauh ini sebanyak 39 Muslim ditangkap tanpa alasan yang jelas,” tutur Raxit.
Kantor berita resmi RRC, Xinhua News Agency, awal bulan ini melaporkan otoritas Hotan telah meluncurkan sebuah program perlawanan terhadap ‘aktivitas keagamaan yang ilegal’. Menurut Xinhua, otoritas PKC di kota itu telah menutup sekolah-sekolah Islam yang dinilai ilegal. Tak hanya itu, penguasa Cina juga menyita buku-buku, tulisan, compact disk, dan rekaman audio.
Namun, seorang pejabat Departemen Propaganda PKC membantah telah menutup sekolah dan menangkap warga Muslim serta menyita peluru dan bahan peledak. Pejabat itu hanya mengatakan, telah menghentikan aktivitas keagamaan ilegal serta menyita buku-buku, tulisan, compact disk, serta rekaman audio ilegal.
Otoritas PKC telah melakukan tindakan represif terhadap Muslim Uighurs yang tinggal di Provinsi Xinjiang. Setahun lalu, ratusan Muslim di Hotan sempat memprotes kebijakan Cina yang melarang wanita Muslim berjilbab. Selama 2008, sekitar 1.300 Muslim Uighurs ditangkap otoritas Cina. Bahkan, 17 orang di antaranya dijebloskan ke penjara Guantanamo.
Baru-baru ini, otoritas PKC juga berupaya mengusir dan memusnahkan identitas dan budaya Muslim Uighurs yang tinggal di Kashgar. Dengan alasan sudah terlalu padat, Rezim PKC telah berencana untuk ‘mengusir’ sekitar 50 ribu umat Muslim dari kota tua Kashgar. Kota Kashgar dihuni sekitar 220 ribu jiwa. Mereka dipindahkan penguasa Cina ke bangunan modern.
Padahal, bangunan tua khas Uighurs itu telah dirawat secara baik-baik oleh umat Muslim di wilayah itu. Bangunan yang terbuat dari bata lumpur itu merupakan identitas dan budaya masyarakat Muslim. Sebanyak 100 keluarga telah dipaksa pindah dan harus menempati rumah yang dibangun pemerintah.
”Bangunan-bangunan itu justru sangat kaya dengan ilmu pengetahuan,” papar Prof Wu Dianting, seorang guru besar perencanaan wilayah pada Fakultas Geografi, Beijing Normal University. (republika online)