KANTOR MEDIA HIZBUT TAHRIR
WILAYAH PALESTINA
No : ص/ ب ن 9/009
Tanggal : 27 Rabiul Awal 1430 H
24 Maret 2009 M
Press Release
Al-Quds Menunggu Para Pahlawan Pembebas Bukan Para Tukang Cetak
Di bawah slogan “al-Quds Ibu Kota Budaya di Bait al-Lahm (Betelhem),” dilakukan launching aktivitas yang disebut sebagai aktivitas kultural. Bersamaan dengan itu diumumkan dimulainya rencana-rencana yang disebut sebagai rencana-rencana kultural dan seni. Rencana-rencana itu didukung dengan dana jutaan dolar termasuk lima dolar AS yang berasal dari penguasa Palestina. Selama launching digelar berbagai perayaan (festival). Kami di Hizbut Tahrir mengadopsi kemaslahatan-kemaslahatan umat. Kami mengemban Islam secara politik. Dan kami berjuang untuk merubah atmosfer politik dengan apa yang sesuai dengan politik syar’i. Maka kami berkeharusan untuk menjelaskan hal-hal berikut:
Pertama, sesungguhnya masalah al-Quds adalah masalah militer yang berkaitan dengan pencaplokan al-Quds oleh Yahudi yang hanya paham bahasa militer dan perang. Dan sesungguhnya pengalihan aktivitas-aktivitas pembelaan atas al-Quds menjadi aktivitas-aktivitas kultural dan upaya melontarkan masalah melalui pertemuan-pertemuan internasional dan berdasarkan asas-asas legalitas internasional merupakan tipu daya, penyesatan dan mengerahkan tenaga secara tidak serius. Bahkan mengarahkannya pada rencana-rencana kompromis atas dasar pengakuan kepada negara agressor.
Kedua, sesungguhnya budaya yang dilekatkan kepada al-Quds adalah budaya Islam, hadharah dan sejarahnya yang bersifat jihad. Ia terpancar dari wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah saw. Bukan budaya pesta, musik dan pertunjukan seni, yang dilakukan di bawah reruntuhan agresi, yang merusak pemahaman-pemahaman kaum muslim.
Ketiga, pengetatan embargo ekonomi terhadap penduduk Palestina dan pengetatan terhadap mereka dalam pembayaran gaji dan biaya hidup; sementara jutaan dolar dibelanjakan untuk aktivitas semacam itu, sungguh menegaskan bahwa harta-harta di Palestina adalah harga-harga politik yang dibelanjakan dan ditahan demi posisi dan kepentingan politik.
Keempat, festival yang mengusung slogan gemerlap, sekilas akan terkesan sebagai hal yang biasa. Padahal pada hakikatnya festival itu telah dirancang untuk menarik pribadi-pribadi arab secara resmi dan kultural untuk datang melalui jendela-jendela kedutaan musuh. Karena tidak mungkin masuk ke Tepi Barat dari negeri-negeri arab kecuali setelah mendapat izin masuk dari kedutaan negara Yahudi. Perilaku ini mengandung pengakuan kepada agressor itu. Dan tentu saja itu termasuk di antara jenis normalisasi dengan negara agressor tersebut. Hal itu turut berperan dalam merealisasi tujuan-tujuan negara Yahudi dalam membangun jembatan kepada bangsa-bangsa umat Islam untuk membuat eksistensi entitas Yahudi sebagai eksistensi yang alami diterima oleh penduduk di kawasan, bukan sebagai entitas yang tertolak dan mesti dicampakkan.
Kelima, sesungguhnya dalih mereka yang mengorganisir festival itu adalah batil. Permasalahan Palestina adalah masalah dinding bukan masalah embargo. Sehingga kami katakan kunjungan ke al-Quds turut berperan dalam meneriakkan pintu dan pembukaan embargo. Dan sesungguhnya normalisasi dengan agressor adalah tercela dalam pandangan semua umat yang tanahnya dicaplok, apapun tujuannya. Dan sesungguhnya pengerdilan masalah Palestina ini dalam putarannya akan memantapkan ke arah kejatuhan yang lebih dalam. Sebaliknya itu tidak akan berperan dalam mentransfer masalah ke tingkat solusi mendasar yang membutuhkan segenap daya umat untuk menciptakan suasana jihad di dunia Islam yang bisa mengantarkan pada mobilisasi pasukan untuk bergerak ke Palestina dan membebaskan seluruh Palestina dari cengkeraman Yahudi.
Keenam, sesungguhnya al-Quds menunggu para pahlawan pembebas dan menolak para tukang cetak. Jalan para pahlawan pembebas sangat jauh berbeda dengan jalan para tukang cetak. Dari sini kami menyeru Umat Islam untuk menolak semua bentuk normalisasi dan tidak ikut serta dalam semua aktivitas normalisasi. Sebaliknya umat harus melaksanakan kewajibannya untuk menolong perjuangan guna membebaskan pasukan pembebas dari cengekeraman para penguasa jadi-jadian. Sehingga pasukan itu bisa bergerak memasuki al-Quds dengan penuh kemuliaan dan kehormatan. Dengan itu al-Quds akan kembali seperti yang diberitakan oleh Rasulullah saw sebagai ibu kota Daulah Khilafah yang akan segera datang atas seizin Allah.
وَاللّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. (QS. Yûsuf [12]: 21)
maksudnya tidak membutuhkan tukang cetak, bagaimana? syukran atas penjelasannya.