Pemilu, Perubahan, dan Kebangkitan Umat

Pesta demokrasi babak pertama telah usai. Layaknya sebuah kompetisi, ada yang menang dan ada juga yang kalah. Para caleg yang berhasil meraih kursi di senayan bersuka cita. Sementara yang gagal hanya bisa kecewa dan berurai airmata. Meski pesta rakyat tahun 2009 ini dinilai gagal dengan berbagai cacat termasuk angka golput yang mencapai 40%, tapi rakyat tetap setia menunggu janji-janji perubahan seperti yang diumbar para caleg dan petinggi partai pada masa kampanye.
Demi mengurai janji perubahan pasca pemilu, DPD HTI Kota Bogor menggelar acara Halqah Islam dan Peradaban (HIP) dengan tema “Pemilu, Perubahan, dan Kebangkitan Umat” pada hari Minggu, 18 April 2009. Bertempat di ballroom Hotel Pangrango 2, peserta yang hadir lebih banyak dari kursi yang tersedia. Sehingga tak sedikit peserta yang rela berdiri selama acara berlangsung agar tetap bisa mengikuti uraian dari Dr. Bima Arya (pengamat politik) dan Ir. Syamsuddin, M.Sc (Aktivis HTI) selaku narasumber.
Dalam uraiannya, mas Arya (panggilan akrab Dr. Bima Arya) menilai banyak caleg yang ikut bertarung dalam pemilu dengan tujuan cari penghidupan yang lebih baik. Sedikt sekali yang bener-bener punya idealisme dan keinginan kuat untuk memberikan kontribusi bagi perubahan masyarakat. Walhasil, banyak caleg gagal yang depresi dan menarik kembali segala pemberiannya bagi pemilih lantaran perolehan suaranya anjlok.
Meski begitu, mas Arya masih melihat peluang perubahan masih terbuka luas dengan berjuang dalam sistem demokrasi. Selain konsep pemerintahan rakyat itu yang ada di depan mata, beliau masih meragukan keberhasilan perubahan revolusioner yang diupayakan dari luar sistem. Dengan catatan, perlu ada pembenahan dalam demokrasi menuju perubahan yang dikehendaki. Yaitu dengan diberlakukannya prakondisi dalam bentuk pendidikan politik bagi rakyat serta penyempurnaan dalam pelaksanaan pemilu agar ‘kemenangan’ golput dalam setiap pemilu bisa ditekan.
Sementara Ust. Syamsuddin mendefinisikan perubahan hakiki bukan dalam bentuk perubahan fisik atau materi. Melainkan peningkatan taraf berpikir. Dari pola pikir sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan menuju pola pikir islami yang menjadikan hidup adalah bagian dari ibadah. Dari pemikiran materialistis yang berorientasi kenikmatan dunia menuju pemikiran ruhiyah yang berorientasi ridho Allah. Perubahan hakiki ini akan mempengaruhi perubahan perilaku dan akhirnya membawa perubahan yang fundamental dalam sebuah masyarakat. Seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw yang merubah masyarakat arab dari jaman jahiliyah menuju kemuliaan Islam.
Untuk itu, jalan perubahan yang layak ditempuh tentunya mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah saw. Bukan melalui jalan demokrasi yang tak akan pernah menerima diberlakukannya hukum Islam oleh negara untuk rakyatnya. Metode dakwah Rasulullah saw dimulai dari pembinaan masyarakat menuju pembentukan pola pikir dan pola sikap islami. Hingga pendekatan kepada pihak-pihak yang punya kekuatan agar bisa ikut ambil bagian dalam upaya untuk merubah masyarakat menjadi lebih baik. Semua langkah diarahkan pada satu tujuan, berlangsungnya kembali kehidupan Islam dengan diterapkannya hukum-hukum Islam secara kaffah oleh negara dalam bingkai daulah khilafah Islamiyah. Seperti itulah yang tengah diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir di seluruh dunia.
Dengan dipandu Gus Uwik, Islamic Performance Booster, acara berlangsung cukup meriah dan cukup banyak mengundang pertanyaan lebih dari 150 peserta yang berasal dari berbagai elemen masyarakat. Melalui acara ini, kita semua berharap, masyarakat bisa melihat kebobrokan demokrasi dari kegagalan yang disodorkan dalam setiap pemilu serta janji perubahan yang tak pernah datang. Sehingga umat tercerahkan dan ikut ambil bagian dalam perjuangan Islam menuju tegaknya Khilafah Islamiyah ‘ala mihajin Nubuwwah. Wallahu a’lam.[]

Narasumber 1 : Ust. Syamsudin

Narasumber 2 : Dr. Bima Arya

Host Gus Uwik

Peserta Akhwat

Peserta ikhwan memadati ruangan

Pemutaran multimedia