MHTI Malang : Remaja Undercover, Anti Mati Gaya Dengan Syariah
MHTI DPD II Malang Raya mengadakan acara talkshow bertema, ”Anti Mati Gaya Dengan Syariah” Ahad (12/4). Ratusan pelajar memenuhi Aula Perpustakaan Kota Malang. Acara yang dipandu Mbak Maya Issama, dibantu dua orang asisten, Mbak Dita dan Mbak Dewi berlangsung sangat interaktif. Apalagi dihadirkan narasumber yang sangat berkompeten untuk membahas permasalahan remaja. Diantara pembicara yang hadir yaitu Ibu Ir. Syamsiyah W., S.Ag, praktisi pendidikan sekaligus pengajar di salah satu sekolah negeri di Malang. Juga hadir narasumber psikolog yaitu Ibu Yulia Solichatun, S.Psi, M.Psi yang sekarang sedang menempuh program doktornya dan Ibu Iffah Mahmudah, S.Pt dari Muslimah HTI Malang.
Talkshow diawali dengan pembahasan mengenai definisi ”mati gaya”. Peserta yang merupakan pelajar SMP dan SMA serempak menjawab, ”Pernah…” saat ditanya mengenai pengalamannya dalam ”Mati Gaya”. Beberapa peserta pun diminta untuk mencoba membuat definisi mengenai ”mati gaya”, yang sebenarnya merupakan istilah yang sering disebut-sebut oleh remaja. Hingga diperoleh kesimpulan forum, bahwa mati gaya merupakan kondisi dimana seseorang dalam keadaan tidak produktif, tidak bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat dan berarti bagi kehidupannya dan kehidupan orang-orang di sekitarnya, bahkan kecenderungannya mengarah ke negatif atau kenakalan remaja.
”Jika begitu, apa yang menyebabkan banyak remaja saat ini mengalami mati gaya?” demikian pancing mbak Maya kepada peserta.
”Penyebabnya bisa macam-macam. Bisa dari pengaruh teman atau keluarga yang broken. Akhirnya remaja menjadi ikut-ikutan teman, tivi, majalah dan akhirnya begitu-begitu aja, hidupnya jadi hampa, tidak bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,” seru salah seorang peserta.
Bu Syam membenarkan hal tersebut. Beliau juga menambahkan, bahwa sistem pendidikan saat ini, terutama kurikulumnya juga ikut berperan dalam memunculkan remaja yang ”mati gaya”. ”Saya sebagai guru agama saja, kesulitan. Bagaimana caranya agar bisa membentuk siswa yang berkepribadian Islam. Kurikulum sekarang sangat tidak mendukung, bahkan program-program untuk mengatasi permasalahan remaja tidak berhasil”.
Bu Yulia juga menambahkan mengenai masa pencarian jati diri remaja yang seringkali membuat remaja mudah terpengaruh lingkungan. ”
Menghadapi keadaan ini, maka Bu Iffah menawarkan solusi agar remaja tidak mati gaya yaitu dengan menggunakan syariat. ”Remaja harus menyadari fungsinya sebagai makhluk dari pencipta. Sehingga remaja Islam itu khas, punya prinsip hidup yang jelas. Yaitu hidupnya untuk Ibadah. Sehingga tidak mudah mati gaya. Nggak terpengaruh global teen yang sekarang ini sedang dipaksakan ke dunia Islam. Kaum muslimin, khususnya remaja dibiarkan dengan simbol-simbol Islam, tetapi pemikiran dan gaya hidupnya kebarat-baratan”.
Acara juga dimeriahkan dengan penampilan rebana dari siswi-siswi SMPN 16 Malang dan teater dari siswi-siswi MAN 3 Malang.
Semoga acara ini menjadi titik awal bangkitnya remaja, khususnya remaja di kota Malang. Bangkit menjadi pejuang syariah yang menaburkan rahmat Islam di seluruh penjuru alam. Allahu Akbar !! []
memang bener….dengan syariah kita anti mati gaya.always the best with syari’ah
wah.. keren
remaja memang juga harus jadi pejuang syariah dan khilafah!!
Assalamu’alaikum…
Congratulation mbak Maya n’team. Acara yang kreatif, keren memilih judul, pas banget buat remaja, semoga diskusinya juga asyik… Kita tunggu kreativitas remaja di kota-kota yang laen yach…
Remaja itu full inspiration,energik, gak boleh lama-lama dibiarin bengong atau asyik dengan dunianya sendiri. Ayo ibu-ibu, jangan sibuk ngumpulin ibu-ibu MT aja, baagaimanapun yang punya harapan hidup & energi untuk estafet perjuangan adalah anak-anak kita, para remaja…
wahh….acara yang baguzz…adain terusss dunk..!!!
Subhanallah…
Semoga seterusnya bisa gini, terus. Keren euy!!